Bab 23

1.6K 293 11
                                    

Keesokan harinya Siera mendapat kiriman penanda foto dari Tiffany. Ada banyak sekali foto yang diposting di media sosial milik perempuan itu, tapi hanya ada satu yang menampakkan wajahnya. Itupun sangat buram. Ia tidak mengerti kenapa Tiffany menandainya dalam postingan media sosial, di mana mereka tidak berteman. Ternyata hanya untuk menunjukkan banyak komentar yang memuji penamp;ialn Tiffany serta Deana. Siera hanya mendengkus sebelum menutup aplikasi. Waktunya terlalu berharga hanya untuk mengurus hal yang tidak perlu dan remeh seperti itu.

Di depannya berdiri Philip yang menatap dengan wajah muram. Ia sudah menerima laporan keuangan dan memeriksanya. Berdecak tidak puas sebelum akhirnya memutuskan memanggil sepupunya itu.

"Kamu sudah lama kerja di sini, kenapa hal kecil begitu masih salah!"

Philip menyipit. "Jangan sok mengajariku, Siera. Kamu jelas tahu kalau membuat laporan tidak mudah!"

"Memang, dan kamu digaji besar untuk itu. Banyak sekali hal yang tidak kamu catat dan hitung. Jangan bilang kamu sengaja melakukannya, Philip!"

Ketegangan melanda ruangan, Philip menampar meja lalu membungkuk ke arah Siera dengan penuh kebencian. "Untuk kamu tahu, jabatanmu sekarang hanya sementara. Berhenti memerintahku seakan kamu pemilik perusahaan!"

Siera menyipit, tidak peduli melihat kemarahan Philip. Ada banyak hal janggal dalam laporan Philip dan tugasnya adalah bertanya serta meminta penjelasan. Bagaimana ia bisa diam saja kalau ada orang yang bekerja tidak becus seperti halnya Philip. Bisa-bisa ia ditertawakan oleh sang papa kalau nanti sehat dan bisa bekerja. Dianggap terlalu lunak dan mudah mentolerir kesalahan, padahal bukan seperti itu niatnya.

"Kita semua tahu, aku adalah pemimpin tertinggi di perusahaan ini. Terserah kamu mau bilang apa, tapi aku memintamu mengoreksi laporanmu. Ingat, kalau masih salah aku akan menurunkan tim audit. Kita lihat siapa yang salah dalam hal ini. Kamu atau anak buahmu?"

Philip meneggakkan tubuh, memaki keras sebelum meninggalkan ruangan Siera. "Brengsek!"

Di pintu hampir saja menubruk Tori yang hendak masuk. Nyaris membanting pintu kalau Tori tidak menahannya.

"Astaga, Miss. Apa yang terjadi? Anda membuatnya marah?"

Siera mengangkat bahu. "Sudah biasa bukan? Aku sebenarnya tidak ingin membuatnya kesal tapi kamu lihat sendiri laporan yang dibuatnya bukan?"

Tori mengangguk dengan wajah penuh sesal. "Ada banyak sekali kejanggalan."

"Itulah, aku menegurnya dan dia tidak suka. Ngomong-ngomong, jadwal kita hari ini apa?"

Tori membacakan jadwal pekerjaan Siera. Nyaris tidak ada jeda untuk istirahat. Resiko menjadi pimpinan memang seperti ini. Semua pekerjaan harus selesai sebelum pukul tujuh, karena ia berniat ke rumah sakit menjenguk sang papa.

"Miss, ini bekal makan siang dari Pak River." Tori menyerahkan totebag berisi kotak makanan yang ternyat berbobot cukup berat.

"Di mana dia?" tany Siera.

"Tidak tahu, Miss. Yang mengantar ke atas tadi security. Mungkin sibuk."

Siera meletakkan kotak makanan di atas meja, merasa aneh karena tidak biasanya River menitipkan makanan pada security. Ada secarik kertas di tutup kotak, ia mengenali tulisan River.

"Jangan lupa makan, meskipun sibuk sekali. Maaf, nggak bisa menemanimu makan siang. Aku akan menjemputmu nanti. Daah, with love your hubby!"

Tanpa sadar Siera tersenyum, sikap dan kelakukan River makin lama memang makin lucu. Ia mengingatkan diri sendiri untuk makan bekal siang nanti. Sekarang harus ke ruang pertemuan karena ada beberapa klien menunggu. Saat menyusuri lobi lantai tiga, Siera tertegun dengan apa yang dilihatnya. Garvin melangkah cepat di belakang Titus. Mantan tunangannya itu berpakaian rapi dengan jas kerja dan bicara cepat dengan Titus. Untuk apa laki-laki itu ada di kantor ini pada jam kerja? Masuk ke kantor Titus dengan wajah semringah.

My Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang