Bab 19

1.3K 276 10
                                    

Setelah mengantar istrinya pulang dan memastikan Siera aman, River bergegas menemui anak buahnya. Ia sudah menempatkan banyak penjaga di sekitar rumah, dengan begitu tidak kuatir saat meninggalkan istrinya sendiri. Ia teringat bagaimana istrinya bertanya keheranan saat mereka keluar dari spa. Dimulai dengan para pegawai yang membungkuk hormat sampai bau anyir darah di halaman.

"Bau apa ini?" Siera mengernyit saat melangkah keluar pintu.

"Nggak ada bau apa-apa."

"Benarkah? Kok kayaknya aneh, ya? Semacam bau anyir."

"Oh, mungkin ada yang nangkap ikan di danau." River berusaha mengelak.

Sayangnya tidak mudah meyakinkan istrinya itu, River menunggu dengan tenang saat Siera mendadak menghentikan langkah dan menatap truk besar yang terparkir tidak jauh dari banguan spa. Ia berharap Siera tidak menghampiri truk karena di dalamnya berisi mayat-mayat tapi rasa penasaran istrinya sangat kuat.

"Kenapa ada truk di sana?"

"Mungkin truk sampah, makanya bau anyir."

"Benarkah? Sepertinya bau sampah nggak gini." Siera melangkah hendak menghampiri truk dan River menahan lengannya.

"Sayang, ayo, sudah malam! Kamu katanya capek."

"Memang awalnya capek tapi aku sudah tidur pulas tadi." Kata-kata Siera terhenti saat melihat bayangan Atoki melintas tidak jauh dari mereka dan menghilang ke balik truk. "Hei, aku kenal perempuan itu. Dia petugas spa, ngapain dia ke sana?"

River mulai kuatir dengan rasa ingin tahu istrinya. Setengah memaksa mendorong Siera ke dalam mobil. "Bukan urusan kita dia mau kemana dan melakukan apa. Sebaiknya kita pulang sekarang."

Di tengah jalan pun River nyaris terkena serangan jantung saat Siera menunjuk lehernya. "Kenapa ada darah di lehermu?"

Mengusap lehernya, River menjawab sambil lalu untuk menghilangkan gugup. "Oh, mungkin darah nyamuk. Tadi aku berdiri di pinggir danau dan banyak sekali nyamuk."

"Tapi lehermu nggak bentol-bentol. Biasanya kalau digigit nyamuk'kan bentol?"

River berdehem dan tersenyum. "Menurutmu aku bagus pakai celana denim atau setelan?" Ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Hah, kenapa mendadak tanya soal outfit? Memangnya mau kemana?"

Setelah itu pembicaraan berubah arah tentang River yang ijin untuk pergi. Dalam hati River berjanji untuk lebih hati-hati ke depannya, jangan sampai Siera curiga tentang dirinya. Suatu hari nanti, ia pasti mengatakan yang sebenarnya tentang identitas aslinya dan alasannya menikahi Siera. Tapi, itu nanti. Sekarang ia hanya ingin menjalani kehidupan rumah tangga biasa bersama istrinya. Meskipun bersama Siera tidak pernah ada kata biasa saja. Selalu terjadi hal mengejutkan atau konflik yang membuat marah.

Iring-iringan mobil berhenti di pinggir jalan. River menggunakan teropong untuk mengawasi sebuah gedung berlantai enam. River mengenali gedung itu sebagai pusat hiburan malam. Ada tempat judi, bar, dan juga pelacuran di sana termasuk perdagangan narkotika. Kelompok Black Eagle mengoperasikan semua aktivitasnya dari sana. River mendesah, melempar teropong ke jok belakang.

"Si brengsek itu ada di sana. Malam ini kita sudah kehilangan banyak anak buah, kita hindari pertarungan. Lemparkan mayat ke halaman lalu pergi!" ucap River di earphone yang bisa didengar seluruh anak buahnya. "Aku dan Levin berada paling depan, baru kalian menyusul."

"Tuan, bukankah sebaiknya kami paling depan. Untuk berjaga-jaga," sela Flint.

"Tidak, kamu menjaga Jorel dan truk. Lakukan segala cara agar mayat bisa dilempar. Mengerti semua?"

My Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang