Turun dari tangga dalam balutan gaun biru tua semata kaki dengan bagian depan terbelah sampai ke pertengahan betis. Bagian atas gaun tanpa lengan dengan leher berbentuk 'V', bahan gaun mengembang dengan bahan kain yang glamour bersinar. Menenteng tas warna serupa serta memakai sepatu hak tinggi hitam, Siera terlihat sangat anggun dan cantik. Berdiri di depan River lalu memutar tubuh.
"Bagaimana penampilanku?"
River bersiul kecil. "Wow, sangat cantik, Sayang."
Siera meneggakan kepala. "Oke, aku siap bertempur."
Sikap sang istri sungguh sangat menggemaskan bagi River. Berdandan cantik hanya untuk menghadapi teman-teman dari masa lalunya. Ia maju, meraih tangan Siera yang bebas dan menggenggamnya.
"Aku menstranfer energy untukmu. Semangat, Sayang dan libas mereka."
"Hahaha, kamu menyemangatiku untuk bertengkar?"
"Tidak, tapi menyemangatimu untuk berjuang dan menegakkan harga diri. Ingat, kabari aku begitu ada masalah. Aku akan datang menjemputmu."
Siera menerima pelukan ringan dari River. Bergegas keluar dan masuk ke mobil. Sepanjang jalan menuju hotel di mana tempat reuni diadakan, hatinya berdetak tidak menentu. Seharusnya ia tidak perlu takut, mereka adalah kawan lama. Sejahat-jahatnya mereka, sekarang ini ia bukan orang yang sama. Reuni harusnya bukan hal menakutkan jika dibandingkan dengan drama keluarganya di mana antar saudara saling jegal demi kekuasaan. Kalau tragedy di pernikahan ia bisa hadapi, harusnya reuni adalah hal mudah.
Sopir mengantarnya sampai ke teras lobi, kali ini Siera datang sendiri tanpa didampingi siapa pun. Tidak juga Tori yang selalu bersamanya. Ia tidak berharap akan terjadi kekacauan di acara ini. Melangkah anggun melewati lantai lobi yang mengkilat, Siera masuk ke lift. Tiba di venue yang ada di lantai lima, ia bertemu beberapa orang dengan wajah cukup dikenalnya pada masa lalu. Ia masuk ke ruangan di mana ada meja panjang berserta deretan kursi berhadapan, orang-orang yang ada di sana semua menoleh saat melihatnya.
"Siera, kamu datang juga!"
Seorang perempuan bergaun hitam bangkit dari kursi dan menghampiri Siera. Memberikan pelukan ringan dan berujar dengan ramah.
"Siera, aku senang kamu datang, Darling."
"Tiffany, apa kabar?" ucap Siera.
Tiffany melepaskan pelukannya. "Kabar baik, Darling. Kamu terlihat sangat cantik, Siera. Aku senang melihatnya. Tragedy di pernikahanmu pasti memukul perasaanmu. Aku mengerti kalau kamu sedih. Rupanya, kamu cukup kuat menghadapinya. Tidak mudah menjadi pengantin yang ditinggalkan di altar."
Kata-kata Tiffany memicu gumamam di seluruh ruangan dan pandangan mengasihani dari orang-orang yang tertuju pada Siera. Sang pengantin malang yang tidak diinginkan oleh calon suaminya sendiri. Siera memaki dalam hati. Genderang perang sudah ditabuh bahkan sebelum dirinya duduk. Tiffany masih kurang ajar seperti dulu.
"Siera, silakan duduk. Jangan malu-malu, Darling. Kita akan bersenang-senang malam ini."
Tiffany bersikap ramah pada semua orang, tidak peduli dengan Siera yang duduk dengan bahu kaku. Orang-orang yang duduk dekat dengan Siera mulai melontarkan kata-kata penyemangat seolah dirinya baru saja terkena bencana besar. Siera menatap Tiffany lekat-lekat, menyadari kalau perempuan itu memang sengaja menyudutkannya dan malam ini, ia tidak akan kalah.
**
Setelah Siera pergi, River berniat untuk duduk santai di sofa ruang tengah. Memanggil Levin dan anak buahnya yang lain dan membicarakan tentang Black Eagle ataupun masalah bisnis yang lain. Ia baru saja mengenyakkan diri di sofa setelah merapikan dapur, membuka laci untuk mengisap cerutu dan dering bel pintu membuatnya bertanya-tanya. Siapa yang datang malam-malam begini, tidak biasanya ada tamu ke rumah ini. Dari semenjak tinggal di rumah ini, River tidak pernah kedatangan siapa pun. Ia membuka pintu dan mendapati Titus berdiri di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband
RomanceKisah Siera yang terpaksa menikah dengan River untuk menutupi rasa malu. Tidak ada yang tahu kalau di balik sikap River yang periang, tersembunyi rahasia besar.