Ruangan remang-remang itu terletak di sebuah gedung bertingkat. Jendela kaca menghadap langsung ke luar dan menampakkan pemandangan kota dalam temaram senja. Seorang laki-laki berkacamata berdiri di dekat jendela, raut wajahnya terlihat tenang meskipun hatinya bergemuruh dalam kecemasan. Apa yang terjadi hari ini di luar dugaannya, bagaimana Nuna bisa memutuskan untuk bunuh diri. Melihat kejadian di CCTV, ia sangat berharap Nuna benar-benar melompat, dengan begitu tidak akan ada yang tahu apa yang telah menimpa gadis itu. Sayangnya niat gadis itu gagal dilakukan karena bantuan Siera dan suaminya. Ia menggertakan gigi menahan marah pada Siera yang sudah merusak keinginannya.
Nuna yang bodoh, ia menawarkan kenikmatan tapi ditolak. Padahal ia sanggup memberikan uang berapa pun yang diinginkan, tapi gadis itu terlalu penakut. Teringat bagaimana ia menghimpit gadis itu di ruang arsip, menaikkan roknya dan mengusap paha yang mulus. Tidak peduli kalau Nuna merengek dan meminta ampun. Saat pertama kali ia berhasil memasukkan kejantanan ke tubuh gadis itu, rasa nikmat membanjirinya dan seterusnya ia pun ketagihan. Tubuh Nuna yang legit, rengekan ketakutan, serta sensasi melakukan hubungan sexsual di ruang yang sempit dengan banyak orang berada di luar. Setiap saat akan selalu ada orang yang memergoki, tapi justru di situ tantangannya dan makin menambah gairah.
"Nuna yang bodoh, harusnya kamu tetap diam dan semua akan aman. Sekarang lihat apa yang terjadi padamu!"
Siera dan River memang berhasil menyelamatkan gadis itu tapi satu hal yang pasti adalah, hati serta pikiran Nuna tidak akan sama lagi. Ia sudah mencari tahu informasi terkini dari Nuna dan mendapati gadis itu menjadi gila.
"Nuna, kalau kamu menurut harusnya sekarang kita bercinta di ruang arsip. Kamu bebas berteriak dan setelah itu permainan akan semakin mengasyikan setelah aku memukulmu. Gadis Bodoh, menolak kenikmatan yang aku berikan."
Laki-laki berkacamata itu menghela napas panjang, mengusap selangkangannya. Kejantanannya menegang hanya karena mengingat Nuna. Sayangnya sekarang tidak ada lagi pelampiasan. Yang bisa dilakukannya hanya mengusap-usapnya. Ketukan di pintu membuatnya menggeram jengkel. Ia akan membunuh siapa pun yang mengganggu kesenangannya. Padahal ia sedang merencanakan untuk mengunjungi Nuna di rumah sakit jiwa dan mengajak bercinta. Pasti sangat mengasyikan.
Ketukan semakin keras dan ia pun berteriak. "Masuk!"
Seorang laki-laki muda membungkuk di dekat pintu.
"Ada apa?"
"Saya sudah membereskan apa pun tentang ruang arsip dan juga Nuna."
Laki-laki itu menatap asistennya yang bekerja dengan cekatan. Ia memanggil sang asisten mendekat dan menepuk pundaknya perlahan. "Kamu memang bisa diandalkan."
"Terima kasih, Pak. Sudah tugas saya untuk melayani Anda."
"Bagus! Tidak sia-sia aku menjadikanmu asistenku. Ngomong-ngomong, kamu menyimpan alamat rumah sakit Nuna?"
"Iya, Pak."
"Berikan padaku, dan bayar suster ataupun dokter di sana untuk melapor padamu. Sepertinya sesekali aku harus mengunjungi Nuna. Takut dia kangen."
Ia tertawa terbahak-bahak dengan kegembiraan yang menjijikan saat menginginkan bercinta dengan gadis yang mentalnya terganggu.
"Pak, saran saya sebaiknya tidak gegabah."
Perkataan si asisten menghentikan tawa dari laki-laki itu. Ia memiringkan kepala dan mengernyit. "Kenapa? Apa yang terjadi?"
Si asisten menghela napas panjang. "Takut kalau Miss Siera akan meminta penyelidikan."
"Menurutmu aku takut menghadapi Siera?"
"Bukan masalah takut atau tidak takut, tapi demi keamanan. Proyek besar Anda sedang berlangsung, tentunya Anda tidak mau Miss Siera mengetahuinya bukan? Dari penyelidikan Nuna bisa melebar kemana-mana. Itu yang sedang saya takutkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband
RomanceKisah Siera yang terpaksa menikah dengan River untuk menutupi rasa malu. Tidak ada yang tahu kalau di balik sikap River yang periang, tersembunyi rahasia besar.