Bab 3

1.8K 325 8
                                    

Para tamu mulai berbicara satu sama lain, ada yang mencemooh, kebingungan, dan juga menganggap sebagai hiburan lucu. Keluarga Marco bahkan tidak bisa menahan tawa senang mereka, Monik dengan terang-terangan menunjuk Deana yang berdiri di belakang Garvin dengan acungan jempol. Begitupula dengan Philip yang tidak bisa menyembunyikan gembiranya. Sedari dulu mereka tidak pernah menyukai Siera, anak dari istri muda yang tidak tahu diri.

Verman terlalu memanjakan Siera, memberikan semua keinginannya, dan bahkan mendidiknya untuk menjadi penerus perusahan. Padahal Verman punya dua anak yang lebih berhak yaitu Marco dan Monik. Selain itu punya adik yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk membantu perusahaan. Philip tidak masalah kalau Verman mengangkat Marco menjadi Presdir, dan bukan papanya, Titus. Ia masih bisa menerimanya. Tapi, dengan gamblang dan terus terang, surat wasiat justru memberikan kedudukan tertinggi untuk Siera, dengan catatan harus menikah. Lihat yang terjadi sekarang, sebuah bencana yang memalukan karena pengantin perempuan mengambil sesuatu yang bukan haknya.

"Jadi, pernikahannya batal?"

Istri Marco bertanya dengan suara keras dan tidak ada yang bisa menjawab pertanyaannya.

"Deana, apa yang kamu lakukan, hah!" teriak Titus pada anaknya. Wajah keriputnya diliputi kemarahan. "Kenapa kamu merebut calon suami saudaramu sendiri!"

Deana maju, meraih lengan Gavin dan mengapitnya. "Papa, kami saling mencintai. Garvin sebenarnya tidak ingin menikah dengan Siera. Karena merasa kasihan jadi tidak bisa menolak pernikahan ini. Tapi, kami tadi bicara dari hati ke hati dan menyadari kalau hati kami tidak bisa berbohong. Garvin mencintaiku, Papa!"

"Tutup mulut! Kamu membuat malu!"

"Paa, sudahlah. Deana itu perempuan dewasa. Kenapa memarahinya?" Dahlia membela anaknya. Tidak suka Deana dimarahi depan umum. "Lagipula, pernikahan ini sudah selesai, sudah dibatalkan bukan? Untuk apa masalah diperpanjang?"

Tidak ada yang lebih kejam dibandingkan orang-orang yang menganggap diri mereka adalah keluarga Siera. Saat dirinya tertimpa masalah dan dipermalukan, tidak satupun maju untuk membelanya. Monik dengan terang-terangan memuji Deana. Marco sebagai kakak sulung hanya duduk diam dan tidak ada niat menengahi masalah. Begitu pula kelurga sang paman, mereka pun terlihat tidak ingin ikut campur. Justru pemuda yang tidak dikenalnya, pegawai baru yang polos itu memberanikan diri melamarnya. Mencoba menyelamatkan Siera dari penghinaan dan rasa malu.

"Siera, bisakah kami pulang sekarang?" Istri Marco bangkit, sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sangat tidak menghargai.

Siera menatap Wang Lo yang berdiri di samping River dan melambaikan tangan. "Paman, kemarilah!"

Wang Lo bergegas menghampiri Siera, menaiki lorong yang sedikit lebih tinggi dari lantai ballroom. "Iya, Miss. Anda ingin melakukan apa?"

"Paman, aku mempercayaimu sepenuhnya. Tolong katakan padaku apakah pemuda yang melamarku tadi orang baik?"

Untuk sesaat Wang Lo terdiam, menatap River lekat-lekat lalu mengangguk tegas. "Tidak ada keraguan untuk itu, Miss. River adalah pemuda yang baik."

"Jadi, kalau aku menikah dengannya apakah kamu setuju?"

Pertanyaan Siera membuat semua orang yang mendengar kembali menegang. Wang Lo justru sebaliknya, tersenyum cerah dan menaikkan kacamatanya. "Miss, saya setuju seratus persen dan kalaupun Tuan Verman ada di sini, saya yakin beliau pun setuju."

"Baiklah, terima kasih dukunganmu. Suruh River naik, kami harus menikah sekarang!"

Terjadi kehebohan saat Tori menghampiri Siera dan menyerahkan buket bunga serta memasang tudung di kepala. River melangkah tegap melewati meja tamu undangan yang menatapnya kebingungan. Garvin meraung, menunjuk ke arah Siera dengan pandangan liar.

My Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang