Dua kelompok berhadapan di halaman yang remang, saling mengacungkan senjata.Dari kejauhan terdengar lolongan anjing menebus kesunyian malam. Satu bola lampu di dekat atap berpijar sesaat sebelum meredup, menambahkan kepekatan malam. Dari dalam gudang tercium aroma basi yang memuakkan. Entah apa yang mereka lakukan di dalam sana, orang-orang pun enggan mendekat karena baunya.
Jhoni Khan menatap River yang berdiri santai di dekat mobil. Senjatanya teracung tepat ke dada laki-laki itu tapi sepertinya River tidak peduli. Ia mengerjap, berusaha menembus keremangan malam, sampai akhirnya terdengar batuk ringan. Pandangan River menyapu Levin yang malam ini memakai setelan abu-abu, seolah hendak ke pesta alih-alih melakukan penyerbuan. Ia mengenalinya.
"Levin?"
Levin melambaikan tangan. "Hai, nggak nyangka kamu akan ingat aku, Jhoni. Bagaimana? Apakah berminat untuk bertaruh denganku sekali lagi?"
Jhoni Khan meludah ke tanah, wajah perseginya menyeringai dan menunjukkan gigi-gigi tajam. Menatap Levin dari atas ke bawah dengan senjata tetap siaga, ia mendengkus.
"Mau apa kamu kemari, Levin? Seingatku kita tidak ada dendam apapun. Lalu, siapa orang-orang ini?"
Mata Jhoni Khan menyapu cepat pada laki-laki tampan berjaket, perempuan cantik dengan samurai, serta laki-laki berambut pirang dengan ikat kepala. Selebihnya ada banyak laki-laki bertato di belakang mereka. Ia berusaha mengingat tentang semua masalah yang barangkali telah diperbuatnya dengan Levin dan teman-temannya. Tapi satu-satunya kesalahan yang dilakukannya adalah berbuat curang saat berjudi dengan Levin di bar. Menurutnya itu bukan kejahatan besar. Apakah Levin marah karena hal itu dan berniat merminta uang kembali. Kenapa harus membawa banyak orang? Ia pagar yang terbuka, dan tidak terlihat sosok dua penjaga di sana. Kemana mereka?
Levin tersenyum, menunjuk River yang berdiri di sampingnya. "Jhoni, kenalkan ini tuanku. Namanya River."
Jhoni Khan mengernyit bingung, berusaha mengingat tentang nama River. Namun ia tidak pernah merasa punya urusan dengan laki-laki di depannya.
"Ada apa dengan bossmu, setahuku kami tidak pernah kenal!"
River mengangguk. "Memang kita tidak pernah kenal. Cecunguk macam kamu, bukan orang penting yang harus aku kenal, Jhoni."
Wajah Jhoni Khan mengeras dengan mata melotot. Terhina dengan kata-kata River. "Heh, aku tidak menembak kepalamu sekarang karena melihat ada Levin. Bagaimanapun kami sering berada di bar dan tempat perjudian yang sama. Bagiku, Levin bisa dikatakan kenalan. Tapi kamu siapa? Berani-beraninya datang mengacau dan menghinaku!"
"Kenapa tidak berani? Tidak ada yang harus aku takuti dari kamu," sahut River tegas. "Kamu jelas tidak perlu tahu siapa aku. Yang aku ingin tanyakan adalah kenapa kamu mengirim anak buah untuk membunuh Verman Verco dari DWC."
Mata Jhoni membulat sesaat lalu tertawa terbahak-bahak. "Apa urusannya denganmu, hah! Aku ingin membunuh siapapun itu, tidak ada orang yang boleh ikut campur!"
"Aku juga tidak ingin ikut campur dengan urusan kotor kalian. Masalahnya adalah Verman itu orang yang kami lindungi. Siapapun tidak boleh menyentuhnya tanpa ijin dari kami. Menurutmu kemana perginya orang-orang suruhanmu?"
"Oh, jadi itu pekerjaan kalian? Orang-orang suruhanku menghilang tanpa jejak! Keparat!" Jhoni Khan memaki, mengacungkan senjata tepat ke kepala River. "Saat ini, dalam satu kali tarik maka kepalamu akan pecah. Tapi aku masih berbaik hati pada kalian. Cepat katakan kalian siapa dan kenapa menghalangi pekerjaanku?"
River menggeleng sambil berdecak. "Kamu ini nggak cuma bodoh tapi juga tolol! Sudah kami bilang kalau kami pelindung Verman, masih juga bertanya." Ia mengerling ke arah Levin dengan heran. "Kamu kenal dengan bajingan tolol seperti ini, Levin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband
RomanceKisah Siera yang terpaksa menikah dengan River untuk menutupi rasa malu. Tidak ada yang tahu kalau di balik sikap River yang periang, tersembunyi rahasia besar.