Siera melongo saat melihat gudang yang dimaksud River. Tempat yang berada di lantai satu dekat dapur, yang memang semula dimaksudkan untuk gudang, disulap menjadi tempat gym yang punya peralatan lengkap. Tempat ini memang kosong tapi tidak menyangka bisa berubah menjadi seperti ini.
"Tunggu, kapan kamu mulai mengubah tempat ini?" tanya Siera setelah pulih dari kekagetannya.
"Dua Minggu lalu. Gimana? Kamu suka?"
Pandangan Siera mengelilingi ruang gym yang terang benderan. Ada kaca jendela lebar di bagian belakang dan menghadang langsung ke taman. Pendingin ruangan sebanyak dua buah, dan alat-alat olah raga yang cukup lengkap dari treadmill sampai angkat beban. Lantai dilapisi karpet tebal dan lampu yang terang benderang. Benar-benar mirip tempat gym profesional di luar.
"Dua Minggu kamu memugar tempat ini dan aku sama sekali tidak tahu?"
River mengangkat bahu. "Aku melakukannya saat siang, bersama para tukang tentu saja. Kamu nggak tahu itu wajar karena kerja. Saat kamu libur, mereka juga libur bekerja."
"Pantas saja." Siera mengusap permukaan treadmill dan kembali menatap suaminya. "Bagaimana dengan biaya? Membuat tempat ini tentunya tidak murah. Alat-alat olah raga, karpet, dan barang lainnya. Dari mana kamu mendapatkan uang?"
"Sayang, kamu lupa kalau aku masih punya tabungan?"
Mata Siera melotot. "Tabunganmu seberapa banyak, sih?"
"Banyak, kemarin aku baru dapat warisan makanya aku gunakan untuk membangun tempat ini."
Terduduk di kursi besi, Siera memandangi tempat gym yang kosong. Memikirkan semua yang telah dilakukan River untuknya. Mereka menikah beberapa bulan, dan selama itu pula River tidak pernah mengotak-atik kartu kredit serta tidak pernah meminta uangnya. Membiayai semua kebutuhan makan dan sekarang membangun tempat ini. Seberapa banyak uang River sebenarnya? Bukankah dulu suaminya hanya pegawai administrasi biasa? Kenapa seakan punya tabungan yang tidak ada habisnya?
"Kenapa diam, Sayang? Kamu nggak suka tempat ini? Maaf kalau aku memugar tanpa konsultasi dulu. Aku pikir kita butuh waktu untuk berolahraga agar tetap bugar. Tapi kalau kamu nggak suka, aku. Bisa memugar ulang."
Siera menggeleng, dengan pandangan kabur ke arah karpet. "Bukannya tidak suka."
"Lalu kenapa kelihatan tidak senang?"
"Entahlah, aku merasa kamu menyembunyikan sesuatu."
River mengedip, menatap istrinya yang sedang merenung. Kalau menuruti hati tentu saja ia ingin mengungkapkan segalanya. Tapi tidak sekarang, demi keselamatan istrinya, semakin sedikit yang diketahui Siera akan semakin bagus untuknya. Akan tiba waktunya untuk bicara jujur. Nanti, kalau keadaan sudah lebih stabil, kalau ia sudah tahu siapa lawan dan kawan di perushaan Siera. Sekarang ini masih belum terlalu bias siapa yang memang membenci Siera, dan siapa yang berpura-pura melakukannya. Ia akan menyelidiki lebih lama lagi sebelum bicara jujur pada istrinya.
Berjongkok di depan Siera, River meraih jemarinya dan meremas lembut. Menatap istrinya lekat-lekat. "Sayang, jangan terlalu memikirkan hal kecil begini. Kamu merasa aku menyembunyikan sesuatu karena tidak pernah menggunakan uangmu. Selama ini kamu terbiasa memikat hati orang lain dengan uang, karena itu berharap aku juga melakukan hal yang sama. Percayalah, aku ini suamimu. Bisa kamu jadikan tempat bersandar selamanya. Sekarang ini tabunganku lebih dari cukup untuk kita berdua, kalau suatu saat nanti kurang, aku pasti minta. Sejujurnya, aku sudah mendapatkan pekerjaan dan sedang mempertimbangkannya."
Siera mengedip bingung. "Bekerja jadi apa?"
"Mandor di pelabuhan."
"Hah, mandor?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband
RomanceKisah Siera yang terpaksa menikah dengan River untuk menutupi rasa malu. Tidak ada yang tahu kalau di balik sikap River yang periang, tersembunyi rahasia besar.