Bab 6

1.3K 227 24
                                    

Duduk di jok belakang, hati Siera berdebar tidak menentu. Ia menatap kiriman foto dari Wang Lo, tanpa sadar mendesah. Orang-orang itu mengadakan rapat di waktu yang tidak biasa. Saat orang-orang harusnya tertidur, mereka justru berupaya untuk merebut jabatan. Sungguh di luar nalar. Meskipun anak dari istri kedua tapi nama belakang mereka sama-sama Verco. Kenapa hanya dirinya saja yang dikucilkan? Kedua kakaknya bisa bergaul akrab dengan sang paman dan sepupunya, tapi tidak dengannya. Dipikir lagi Siera merasa nasibnya cukup menyedihkan. Padahal bukan keinginannya menjadi penerus dan pewaris. Sang papa dari kecil sudah mendidiknya menangani bisnis. Sampai sekarang ia terbiasa berkompetisi menjadi yang terbaik dan menimbulkan kecemburuan saudara-saudaranya.

Menutup layar ponsel, Siera menatap jendela. "Kamu sudah lihat foto-foto dari Paman Wang, Tori?"

Tori mengangguk dari balik kemudi. "Sudah, Miss. Mereka sekeluarga datang semua."

"Aku juga bisa melihat ada Garvin. Untuk apa laki-laki itu ke kantor kita?"

"Miss, apakah mungkin kalau Garvin bersekongkol dengan mereka?"

Siera mengernyit lalu bergumam. "Entah kenapa aku nggak kaget kalau memang benar begitu. Laki-laki itu sedari awal mungkin tidak mencintaiku. Yang diincarnya hanya kekuasaan belaka. Bisa jadi memang target awal adalah mempermalukanku."

Kata-kata Siera terdengar tegar, tapi sejujurnya hatinya tidak demikian. Ia pernah mengenal Garvin dengan sangat dekat, setidaknya itu yang diyakininya. Pernah memadu cinta selama satu tahun dan merencanakan masa depan berdua. Pada akhirnya kenyataan menghantamnya karena apa yang dirasakan laki-laki itu hanya kebohongan belaka. Yang tersisa dalam diri Siera bukan hanya kemarahan tapi rasa malu. Sangat-sangat malu karena sudah masuk dalam perangkap mereka. Untunglah ada River yang membantu, kalau tidak ia akan kalah dua kali.

"Miss, kenapa tadi nggak mengajak suami?"

Pertanyaan Tori membuat Siera mendesah. "River itu sangat lugu dan baik. Kasihan kalau kenal dengan orang-orang brengsek macam mereka. Biarkan saja River di rumah, lagi pula dia menyukainya. Menjadi bapak rumah tangga."

"Saya dengar masakannya enak."

"Memang, aku pun mengakuinya. Kami sarapan rutin, makan siang dia antar, makan malam selalu tersedia dengan hangat. Tori, aku masih sedikit gamang kadang-kadang. Apalagi kondisi rumah selalu dalam keadaan rapi dan bersih. Ternyata suami di rumah bukan hal yang buruk."

"Setidaknya dia nggak macam-macam, Miss. Kalau tidak berkenalan dengan banyak orang, pikiran dan hatinya masih murni."

"Kamu benar, River memang tidak macam-macam."

"Semoga tetap seperti itu selamanya, Miss."

kata-kata selamanya terlalu berlebihan untuk Siera. Saat ini yang ada di pikirannya adalah menikah untuk satu tahun saja, menunggu sampai papanya pulih, dan kedudukan presdir aman. Setelah itu ia bisa melepaskan River untuk mencari kehidupannya sendiri, begitu pula dengan dirinya. Meskipun River sangat baik dan tampan, tapi tidak pernah terpikir untuk bersama seumur hidup. Ia memerlukan laki-laki yang kuat, tangguh, dan berkuasa. River cocok untuk menjadi suami dan bekerja di rumah, tapi tidak untuk menjadi pendampingnya saat harus melawan para monster perusahaan. Ia lebih dari sekedar suami menggemaskan.

Mereka tiba di perusahaan setengah jam kemudian, membuat penjaga keamanan kelabakan. Wang Lo menunggu bersama dua pengawal di lobi dan mengiringi langkah Siera bersama Tori.

"Bagaimana perkembangannya?" tanya Siera.

Wang Lo memberikan laporan cepat. "Masih belum ada keputusan, Miss. Karena para komisaris terbagi dua kubu."

"Mereka terbagi dua kubu tapi tetap ingin datang ke rapat? Luar biasa," ucap Siera sinis.

"Sepertinya ada ancaman pada mereka untuk datang ke rapat malam ini. Dikirim melalui email. Saya sedang berusaha untuk mendapatkan buktinya."

My Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang