PART 5

638 53 3
                                    

Lelah rasanya ketika kaki ini ingin melangkah pergi, tapi hati ini selalu menunggumu!

____________




Setelah sampai tepat di depan rumah nya Safani buru-buru turun dari dalam mobil itu. Bahkan Safani membanting pintu mobil itu dengan sangat kencang tanpa menoleh pada seseorang yang masih duduk di bangku pengemudi nya.

Orang itu memejamkan matanya saat mendengar bantingan pintu mobilnya.

"Sialan mobil gue rusak!"Teriaknya tapi tidak Safani hiraukan.

Orang itu berdecak lalu turun dari dalam mobilnya dan mengikuti Safani yang sudah lebih dulu berlari.

Saat sampai didalam rumah, lagi-lagi sang mama menyuruhnya berhenti.

"Fani ko jam segini kamu baru pulang? terus ko bisa basah kaya gini ya ampun, padahal tadi Mama nyuruh Abang kamu buat jemput"Ratih menghampiri putrinya dan mengelus pipi Safani yang terasa dingin.

Safani menepis tangan itu dengan kasar. Safani tidak mau disentuh oleh tangan Mama nya.

"Sopan dikit lo sama Mama gue!"

Safani hanya melirik cowok itu sekilas lalu setelah nya ia pergi ke kamarnya.

"Abang udah, kenapa sih kalo ngomong ke Fani selalu pake urat terus bawaannya"Ratih menjewer telinga anaknya, ya anak kandung Ratih.

"Sakit mah, lepasin ih"Kesalnya.

"Inget Abang tuh gak boleh kasar ngomongnya kalo sama cewek, apalagi sama adek sendiri"

"Fathan juga gak mungkin kasar kalo dia nya gak ngelunjak sama Mama"Cowok itu menggenggam tangan mama nya dengan pelan.

"Mama taukan Fathan tuh sayang banget sama Mama, apalagi Fathan harus ngeliat Mama yang setia hari di perlakuin kaya gitu, Fathan gak terima mah"Ratih menatap anak laki-lakinya terharu, ternyata Fathan nya sudah besar. Ia tidak salah mendidik Fathan menjadi orang penyayang seperti ini.

"Fathan rasanya ga rela kalo ada yang bentak-bentak Mama, Fathan aja belum pernah tuh bentak Mama, tar kalo Fathan ngelawan malah di bentak balik"

Ratih tertawa pelan mendengar ucapan anaknya"Anak mama udah besar ya ternyata"Ratih mengelus wajah sang anak lalu mengecup kening nya pelan.

Fathan hanya berdecak kesal"ga usah cium-cium mah Fathan udah gede"

Sementara Ratih hanya terkekeh kecil"iya ya anak Mama udah gede"Godanya.

Namun disatu tempat, dan diwaktu yang sama juga Safani sedang merebahkan tubuhnya diatas kasur. Safani menghela napasnya dalam, pikirannya kacau bahkan Safani tidak peduli seragam basah yang masih melekat ditubuhnya. Ia tidak peduli jika besok ia akan jatuh sakit.

Yang Safani pikirkan saat ini hanya Aby, orang yang membuat nya sampai seperti ini. Entah kenapa perasaan nya tiba-tiba tidak enak setelah Safani membaca pesan yang Aby kirimkan beberapa menit yang lalu, pesan yang mengatakan Aby akan menjemputnya.

Safani berfikir apakah Aby benar datang untuk menjemputnya padahal sekarang saja hujan masih turun deras. Apakah saat Safani pulang Aby datang kesan atau Aby hanya membohongi nya, secara Safani sudah sangat hapal tentang Aby yang selalu membatalkan janji-janjinya.

Safani mengacak rambutnya, lalu setelah itu ia mencoba menghubungi Aby tapi nomornya tidak aktif.

Safani mengerutkan keningnya bingung, lalu mencoba meneleponnya untuk yang kedua kalinya.

Tetap sama, tidak aktif!

Entah kenapa perasaannya mendadak tidak tenang. Safani mencoba menelepon Aby terus menerus tapi hasilnya nihil.

ABYANDRA'AS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang