Tawamu, kebahagiaan yang sangat sederhana menurut ku, lalu apakah aku selalu bisa membuat mu tertawa seperti ini?
______________
Terkadang cuaca memang tidak selalu mendukung dalam keadaan tertentu. Seperti saat ini. Cuaca cukup cerah, berbeda dengan hatinya yang gelap. Mungkin kehidupannya juga sudah gelap.
Aby berjalan santai sambil menunduk memainkan handphone nya, ekspresi nya yang datar membuat siapapun akan ketakutan bila menatapnya. Hidung mancung, alis runcing, bibir tipis, dan mata yang selalu memandang orang tajam. Wajah Aby memang ciri khas orang sinis.
Aby memang memutuskan untuk bolos di pelajaran terakhir, ia memanjat tembok sekolah setinggi dua meter. Dan menitipkan motornya pada Fathan. Aby tidak perduli Fathan yang pusing membawa motornya. Sedangkan Fathan sendiri membawa motornya sendiri, yang otomatis Fathan membawa dua motor.
"Kenapa jam segini udah pulang?"
Aby menghentikan langkahnya dan mengangkat kepalanya, menatap Maya yang berdiri di depannya dengan tangan terlipat. Sambil menatapnya tajam. Sikap, serta struktur wajah Aby memang sangat mirip dengan Maya. Dari mulai tatapan hingga perilakunya. Mungkin hanya sedikit yang di warisi Aby dari papah-nya yaitu mata coklat terang nya. Warna mata Aby memang berwarna coklat terang, tapi di mata itu tersimpan banyak kegelapan. Seperti kehidupan nya.
"Mama tanya, kenapa kamu udah pulang?"
Aby melanjutkan langkahnya, tidak memperdulikan Maya yang mengikutinya dari belakang.
"Mama gak suka ngulang omongan Mama!"
"Bolos"Ucapnya dengan santai.
"Afzar!"
Aby menghentikan langkahnya saat mendengar teriakkan Maya.
"Mama sekolahin kamu biar pinter, bukan cuman buat ngabisin uang mama!"
Aby membalikkan badannya kearah Maya. Tatapan Aby mulai berubah.
"Uang?"Aby mengangkat sebelah alisnya tinggi seolah mengejek kata-kata yang barusan Maya katakan.
"Uang apa?"
"Emang mama pernah ngasih aku uang? nggak kan?"Ucapnya yang cukup menohok Maya.
Maya diam dengan tangan terkepal dan mata yang sudah memerah, menahan amarahnya.
"Dari kecil apa pernah mama ngasih aku uang? Meskipun ngasih, mama yakin uang itu halal?"
Plak!
Kepala Aby tertoleh kesamping saat Maya menamparnya dengan kencang.
"Lancang kamu!"Maya menunjuk Aby dengan jari telunjuknya tepat di wajah Aby.
Sementara Aby hanya memejamkan matanya erat-erat saat merasakan sakit, perih, dan panas di area pipinya.
"Mama gak pernah ngajarin kamu bersikap kurang ajar kaya gini!"
Aby mengangkat kepalanya menatap Maya dengan berani. Lalu tiba-tiba saja Aby tertawa keras. Ada kesedihan dalam tawa itu. Maya bisa merasakannya.
"Ngajarin?"Lalu Aby menghentikan tawanya"ngajarin tentang apa? Bahkan mama gak pernah ngajarin aku tentang etika!"
Maya maju lebih dekat kearah Aby lalu memegang pundak Aby pelan sambil meremasnya erat. Aby hanya diam menunggu apa yang akan Maya lakukan.
"Seharusnya kamu ngerti, mungkin tanpa mama ajarin pun kamu harus udah paham. Kamu udah dewasa Afzar"
Aby menyentak tangannya Maya dari pundaknya. Lalu menatap Maya sinis. Emosinya benar-benar tersulut.
"Seorang anak gak bakalan bisa apa-apa tanpa ibunya, seharusnya mama tau itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYANDRA'AS (END)
أدب المراهقين"Gue cuman minta lo buat ga pergi, apa gitu aja sulit buat lo turutin!" "Harus sampe kapan aku terus yang harus nunggu? Aku cape Aby cape!" "Tinggal diem lo bilang cape?" "Aby tolong jangan mempersulit keadaan" "Lo yang mempersulit keadaan, gue cuma...