Denganmu ataupun tanpamu, nyatanya aku sama-sama terluka!
______________
Setelah mengantarkan Safani pulang, Aby langsung bergegas ke tempat Janeeta. Entahlah tapi perasaan Aby tidak enak, seperti terjadi sesuatu, semoga saja perasaannya kali ini salah.
Cuaca memang cukup mendung malam ini, dan hawanya benar-benar dingin. Aby menambah kecepatan motornya berharap bisa segera sampai.
Setelah sampai Aby langsung memarkirkan motornya asal, lalu turun dan segera mengetuk pintu di depannya. Tapi belum sempat melakukannya pintu itu sudah lebih dulu di buka dari dalam.
Aby mundur satu langkah. Menatap orang di depannya dengan tajam, tidak peduli jika orang itu lebih tua darinya.
"Oh, si bocah yang ga berani tanggung jawab, berani kesini lagi?"
Aby bisa mencium aroma alkohol dari orang di depannya ini, meskipun jaraknya lumayan jauh.
"Ngapain lo kesini? udah berubah pikiran buat tanggung jawab?"
Gama maju lalu mencengkram erat leher Aby. Masih tetap diam Aby tidak melawan. Tapi saat Gama menambah tekanan di lehernya Aby langsung menghentakkan tangan itu sampai terlepas dari lehernya.
Aby meringis pelan, lalu mengatur nafasnya yang sempat tersenggal"Dimana Janeeta?"
Gama malah terkekeh kecil mendengar itu, lalu memberikan Aby ruang untuk bisa masuk kedalam rumahnya.
Tapi sebelum Aby sempat melangkah Gama menghalangi jalannya kembali. Sementara Aby masih diam, menunggu apa yang akan selanjutnya Gama lakukan.
"Uang aja ga cukup!"Gama menunjuk Aby dengan jarinya, tepat di depan wajah Aby.
"Gue pengen lo nikahin anak itu!"Lanjutnya, lalu pergi meninggalkan Aby begitu saja dirumahnya. Orang tua macam apa yang membiarkan anak perempuannya di datangi oleh laki-laki, dan meninggalkan mereka berduaan di dalam rumah. Dan Aby sangat yakin Janeeta ada di dalam rumah saat ini.
Aby memutuskan akan menunggu disini saja, dan lebih baik ia mengirimkan pesan untuk Janeeta segera keluar.
Tidak lama setelah itu terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru. Janeeta keluar dengan wajah merah dan mata bengkak. Sudah bisa Aby tebak jika Safani baru saja menangis.
"Afzar"Mata itu berkaca-kaca, tersirat rasa kasihan di benak Aby. Andai saja ia tidak melakukan kesalahan mungkin hidup Janeeta tidak akan sekacu ini.
Saat Janeeta akan melangkah memeluk Aby, Aby segera menghindar, sehingga gerakan tubuh Janeeta terhenti.
"Kenapa, Zar?"
Aby terdiam. Menatap mata itu dalam, ada secuil perasaan kasihan, tapi jika Aby harus berfikir keras, Aby juga mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keluarga ini. Kaki Aby melangkah maju lalu menarik Janeeta untuk bersandar di dadanya. Sedangkan Aby memeluknya erat. Aby mengusap kepala Janeeta dengan lembut. Tapi yang ada di bayangannya sekarang justru Safani.
Tidak lama kemudian Aby melepaskan pelukan itu dengan mendorong Janeeta pelan. Aby merasa paling brengsek di sini. Baru saja Aby mengajak jalan Safani, tapi sekarang Aby baru saja memeluk cewek lain yang bukan kekasihnya. Aby beberapa kali meyakinkan hatinya bahwa ini hanya lah sekedar rasa kasihan dan tanggung jawab.
"Lo mending tidur aja sekarang, gue jagain lo disini"Aby mendudukkan dirinya di sebuah kursi kayu yang ada di teras rumah.
Janeeta menggelengkan kepalanya pelan"Gue takut"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYANDRA'AS (END)
Novela Juvenil"Gue cuman minta lo buat ga pergi, apa gitu aja sulit buat lo turutin!" "Harus sampe kapan aku terus yang harus nunggu? Aku cape Aby cape!" "Tinggal diem lo bilang cape?" "Aby tolong jangan mempersulit keadaan" "Lo yang mempersulit keadaan, gue cuma...