PART 37

324 10 0
                                    

Apa yang lebih menyakitkan dari sebuah kehilangan, penyesalan atau fakta yang belum pernah terungkap tanpa penjelasan!

___________



Fathan masih terdiam di luar ruang operasi Aby, sementara Maya di bawa ke ruangan lain karena sempat pingsan.

Miko dan Jay sudah pergi mengikuti beberapa suster yang membawa Aby ke ruangan peristirahatan terakhirnya. Fathan sendiri masih melaum memikirkan kejadian yang terjadi, sungguh ini hanya mimpi bukan?

Fathan memejamkan matanya sambil mengepalkan kedua tangannya. Ingatan itu kembali pada kejadian tadi pagi.

"Pembunuh kaya Lo emang pantes mati!"

Fathan menundukkan kepalanya dengan bahu bergetar. Apakah kata-kata sejahat itu sampai Aby pergi meninggalkannya lebih dulu, sejujurnya ucapannya tadi pagi hanya sekedar pelampiasan emosi. Fathan tidak bisa mengontrol emosinya yang meluap begitu saja.

Suara langkah kaki terdengar mendekat dengan pelan ke arahnya, tapi tidak sama sekali membuatnya tertarik. Pikirannya masih terisi dengan kata-kata hajatnya pada Aby.

"Lo ga mau liat Afzar?"

Fathan mengangkat kepalanya menatap Miko yang berdiri di depannya dengan raut datar.

"Di m-mana?"

"Ruang mayat"

Fathan memejamkan matanya erat-erat, kepalanya terasa sakit sekarang, jadi ini bukan mimpi atau halusinasinya saja.

"Apa yang Lo perbuat sama dia? kalian berantem?"Miko maju lalu menarik paksa Fathan hingga bangkit.

"Maksud lo apa ngomong kaya gitu?"

Miko menatap Fathan berbeda, tida ada lagi kata-kata yang selalu ia sematkan dengan kata Abang atau yang lainnya, tidak ada lagi candaan di setiap ucapannya.

"Sebelum kejadian kecelakaan itu, Afzar udah lebih dulu masuk rumah sakit, benturan di dadanya yang bikin dia pingsan. Tapi setelah itu dia kabur_"Miko menjeda kalimatnya lalu menarik kerah baju Fathan dengan kasar.

"Sampe dia kecelakaan kaya gini. Sekarang gue tanya apa Lo sempet berantem sama dia, karena dokter nemuin lebam di muka sama perutnya"

Fathan melepaskan tangan Miko secara paksa, lalu langkahnya berlari menuju ruangan Aby berada.

Tiba di sana yang Fathan dapatkan hanya keberadaan Jay yang masih menatap Aby dengan isakan yang coba ia tahan.

Fathan sendiri tidak berani masuk kedalam sana, hanya bisa melihat Aby di depan pintu yang sudah terbaring dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya termasuk wajahnya.

Lagi-lagi Fathan mengepalkan tangannya mencoba mengontrol emosinya, bagaimana ini apa yang harus Fathan katakan pada...Safani?

Seketika Fathan langsung berlari ke luar dari sana, hujan sudah sedikit mereda hanya menyisakan rintik-rintik kecil yang masih menetes. Tujuannya kali ini menemui seseorang kunci masalah dari semuanya, Fathan akan berjanji pada Aby ia akan mencoba menyelesaikan kesalahpahamannya dengan Safani.

 Tujuannya kali ini menemui seseorang kunci masalah dari semuanya, Fathan akan berjanji pada Aby ia akan mencoba menyelesaikan kesalahpahamannya dengan Safani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fathan tiba di rumah tempat pada pukul 1 malam. Keadaan rumah sudah sangat sepi, tapi hati Fathan masih sangat resah dan takut. Fathan memikirkan Safani bagaimana jika....

Cklek

Dengan langkah pelan ia mencoba masuk ke dalam kamar Safani yang tidak di kunci, menatap Safani dalam kegelapan, hanya ada lampu tidur yang menyinari ruangan ini. Tapi Fathan bisa melihat Safani yang bergelung di dalam selimutnya. Bagaimana ini, Fathan tidak tega untuk mengatakannya.

Safani merasa tidurnya terganggu, lalu matanya sedikit terbuka, Safani terkejut saat melihat seluet seseorang yang berdiri di depannya. Dengan cepat ia menyalakan lampu sakelarnya.

"Fathan, gila ya lo?"Safani terkejut melihat Fathan berdiri dengan wajah bahkan penampilan yang berantakan.

"Seberapa cinta Lo sama Afzar?"Tiba-tiba kata itu meluncur dari mulut Fathan, Safani sampai mengerutkan keningnya bingung.

"Apa sih, ga jelas banget lo"Safani menatap jam yang menunjukkan pukul 01.14 malam.

"Seberapa sayang Lo sama Afzar?"

"Ngelindur Lo tengah malem gini? pergi Lo sana ke kamar"

"Seberapa percaya Lo sama Af_"

"Gila ya lo?!"Safani berteriak marah, tidak perduli jika Ratih atau Bimo terbangun karena suaranya, salahkan Fathan yang malah mengganggunya.

"Dengerin gue dulu"Fathan maju satu langkah lebih dekat ke arah Safani"Gue mau ngomong"

Safani sudah terlihat jengkel tapi ia mencoba mengontrol emosinya"Gue ngantuk, ngomongnya besok pagi aja"Safani hendak mematikan lampunya kembali tapi Fathan menghentikannya.

"Ini tentang Afzar, Lo salah paham Afzar itu sebenarnya_"

"Apa? dia apa?"Safani terkekeh sinis ke arah Fathan.

"Di bayar berapa Lo sampe mau ngomong kaya gini sama gue"Fathan terdiam mendengar ucapan Safani yang menurutnya kelak akan Safani sesali.

"Lo salah paham Fan, Afzar sama sekali ga ada niatan buat_"

"Udah cukup ya gue cape, dia sendiri yang ngakuin kalo dia ada hubungan sama perempuan itu. Dia sama sekali ga ada perasaan sedikitpun sama gue, gue cape, dia seenaknya sama gue. Dan gue bener-bener benci dia"

Terdiam. Lagi-lagi Fathan hanya terdiam, apakah sesakit itu luka yang Aby tinggalkan untuk Safani. Lalu bagaimana Safani menghadapi luka yang sesungguhnya.

"Sekali lagi gue mohon Lo keluar dari sini"

Dengan langkah pelan Fathan memundurkan langkahnya ke belakang, matanya memancarkan lelah di sana.

Pintu kamar Safani sudah tertutup kembali, Fathan sudah pergi dari sana. Tapi Safani masih menatap pintu itu dengan bibir bergetar menahan tangis. Pikirannya yang sudah sedikit tenang kembali kacau karena kedatangan Fathan. Pikirannya kembali pada Aby.

Setetes air mata jatuh membasahi pipinya, entah kenapa Safani merasakan kekosongan di hatinya, seperti ada yang hilang, Safani juga merasakan sakit di dadanya yang tidak bisa ia jelaskan. Tangisannya semakin keras, tidak bisa ia tahan lagi, di depan Fathan ia hanya berusaha terlihat kuat dan baik-baik saja, nyata nya tidak.

Kata-kata yang ia ucapkan tentang Aby juga tidak separuhnya benar, tidak ada kebencian untuk Aby Safani hanya kecewa.

Fathan sendiri belum sepenuhnya pergi dari depan kamar Safani. Bahkan ia mendengar tangisan Safani yang menyesakan dadanya juga. Secinta itukah Safani pada Aby?

Fathan berjongkok di sana menutup wajahnya dengan lutut. Fathan terisak pelan, menangisi penyesalannya pada Aby, Fathan sadar perlakukan pada Aby sungguh jahat apalagi kata-katanya. Tidak seharusnya ia berucap seperti itu, seharusnya sebagai teman ia menguatkan atau sekedar memberi support untuk Aby. Atau paling tidak ia bertanya kejadian yang sesungguhnya tapi dengan seenaknya ia menyimpulkan segalanya sendiri hingga memukul Aby dengan keras.

"Gue minta maaf Zar, gue minta maaf"

Malam ini, malam yang singkat untuk mereka semua. Malam penuh tangisan untuk orang-orang terdekat Aby. Luka Aby terlalu banyak jika harus di ceritakan, tapi setidaknya ia juga tidak akan lagi merasakan sakit atau beban yang selama ini ia tanggung seorang diri.

Nyatanya seorang Afzar Abyandra juga lemah.








Sorry banget lama up nya, soalnya masih nangisin NCT gara² ga bisa mengilat konser mereka di GBK jakarta pas tgl 18, nyesek bgt.
Beda negara aja susah ketemu pas udah satu negara masih tetep ga bisa ketemu.

20_05_24.

ABYANDRA'AS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang