Jika hidupmu kebanyakan rasa, maka cobalah satu persatu!
______________
"kamu marah?"
Aby masih diam, membiarkan Safani terus berbicara, meskipun tidak ada kata-katanya yang ia hiraukan.
Sebenarnya Aby masih tidak habis pikir, dari mana Safani tau alamat rumahnya. Bukannya selama ini ia tidak pernah memberi tahukan apapun tentang dirinya.
"By aku minta maaf, beneran deh aku kesini tuh karna cuman mau ketemu doang"Safani menggenggam tangan Aby, tapi tidak ada respon apapun yang Safani terima.
"Lo marah?"
"Hah?"
Tunggu-tunggu. Sebenarnya yang marah disini tuh siapa?
"Lo marah sama gue?"Aby menyampingkan duduknya, menghadap tepat kearah Safani.
Saat ini mereka memang sedang ada di luar, Aby mengajak Safani untuk mengobrol di luar di bandingkan di rumah Aby. Menurutnya kenyamanan itu adalah kebebasan, dan arti dari bebas itu pergi dari rumah.
"Bukannya kamu yang marah, karna aku ke rumah kamu tanpa izin kan?"Menurut Safani sih memang begitu, sejak Aby pertama kali melihatnya di depan rumahnya saja Aby sudah menunjukkan tanda-tanda ketidak sukaan nya.
Tapi Aby menggelengkan kepalanya, yang berarti Aby tidak marah kepadanya, lalu kenapa Aby sejak tadi mendiamkan nya?
"Terus?"
Aby menghela nafasnya panjang. Lalu mengelus kepala Safani pelan. Jujur Aby tidak bisa lagi membohongi perasaannya, sakit sekali rasanya ketika ia harus selalu membohongi Safani, sakit sekali saat ia tidak bisa selalu menepati janjinya, dan rasanya sungguh sakit, ketika Aby belum bisa terbuka tentang dirinya yang sebenarnya pada Safani. Aby takut Safani tidak bisa menerimanya, yang paling Aby takutkan adalah Safani sampai membencinya.
"Gue cuman takut__tadi Mama ngomong apa aja?"
Safani mengerutkan keningnya dalam, Safani yakin bukan itu yang ingin Aby katakan.
"Ga ngomong apa-apa, Mama kamu baik. Ya meskipun agak serem dikit"Safani mengecilkan suaranya di akhir kalimatnya, sebenernya ia takut menyinggung Aby. Tapi yang Safani dengar malah suara tawa kecil Aby.
"Ko ketawa sih?"Kesal Safani.
"Mama gue seserem itu ya?"
Safani tanpa sadar menganggukkan kepalanya, tapi sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya lagi.
"Eh ngga ko, Mama kamu baik!"Safani berseru tanpa sengaja. Sedangkan Aby mencoba menahan tawanya, takut jika Safani akan marah.
"Are you sure my mother is good?"
Safani mengangguk saja, bukannya kenyatannya memang begitu kan.
"Kenapa sih?"Safani bertanya lagi, saat melihat raut wajah Aby yang berbeda.
Aby menggeleng singkat, lalu setelahnya ia terkekeh kecil.
"Yang keliatannya baik belum tentu bener. Contohnya gue, masih inget kan kata kata gue dulu?.....please don't trust anyone, even me"
Safani terdiam mencerna kata-kata yang barusan Aby katakan. Entah kenapa Safani merasa jika Aby menyembunyikan sesuatu dari dirinya.
"Kenapa aku harus ga percaya sama kamu?"
Aby mengalihkan pandangannya dari Safani. Aby menghela nafasnya panjang, lalu bangkit dan mengambil jaketnya dan langsung memakainya.
"Ayo pulang, gue anterin"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYANDRA'AS (END)
Dla nastolatków"Gue cuman minta lo buat ga pergi, apa gitu aja sulit buat lo turutin!" "Harus sampe kapan aku terus yang harus nunggu? Aku cape Aby cape!" "Tinggal diem lo bilang cape?" "Aby tolong jangan mempersulit keadaan" "Lo yang mempersulit keadaan, gue cuma...