Luka setiap orang itu berbeda, maka berhentilah mengeluh, dan jalani dengan lapang dada!
____________
"Nyokap lo dateng Than?"Jay bertanya, sambil menyuapi cilok yang ia beli kedalam mulutnya.
"Ngga, tapi bokap gue yang dateng"Fathan berkata malas lalu merebahkan kepala di meja kantin tersebut.
Kantin yang ramai karna jam istirahat membuat ke empat orang itu terganggu dengan suara orang yang berteriak memesan makanan. Kenapa tidak langsung samperin saja penjualnya, untuk apa punya kaki jika tidak di gunakan. Mentang-mentang pembeli itu adalah raja, jadi seenaknya saja ingin di layani.
"Wah bokap baru lo itu ya?"Miko bertanya antusias.
Sedangkan Aby masih memikirkan dirinya, sebenernya Aby juga tidak berharap Maya akan datang. Tapi ini sudah panggilan ke sekian kalinya, lalu alasan apa lagi yang harus Aby katakan jika Maya tidak datang hari ini.
"Lo kenapa diem aja Zar? ada masalah?"Aby menatap Miko yang baru saja bertanya, lalu menggelengkan kepalanya.
"Yaelah cerita aja bos, siapa tau bang Than bisa bantu, iya kan Than?"Fathan mendengus mendengar perkataan Jay yang asal ngomong.
Aby terdiam. Memejamkan matanya sejenak, Aby berdoa untuk tidak sekarang, tapi rasa sakit itu semakin menjalar ke seluruh tubuhnya. Dadanya sakit dan sesak, Aby mencoba mencengkram bawah meja, ia tidak ingin menunjukkan kesakitannya pada teman-temannya.
"Lo kenapa, muka lo pucet banget?"Fathan yang berada di samping Aby pun menyadari perubahan sikapnya.
Aby mencoba mengatur nafasnya berulang kali, menormalkan ekspresinya seperti semula.
Aby menggeleng singkat"Ga ada, gue cuman kebelet. Gue ke toilet dulu"Aby beranjak dari sana dan meninggalkan teman-temannya begitu saja.
Saat sedang menuju ke arah toilet Aby tidak sengaja menabrak tubuh seseorang, untungnya mereka tidak sama-sama terjatuh, hanya terdorong beberapa senti saja.
"Ah maaf om saya ga sengaja"Aby lngsung berlari sambil memegangi dadanya yang semakin sakit. Bahkan keringat dingin sudah membasahi wajah hingga ke lehernya.
"Dasar anak muda jaman sekarang, ga ada sopan santunnya"Bimo merapihkan jasnya yang sempat berantakan lalu langsung melanjutkan langkahnya kembali.
Sementara Aby langsung masuk ke salah satu bilik kamar mandi, menyalahkan keran dan membasuh wajahnya dengan air. Aby menekan dadanya semakin keras berharap rasa itu segera hilang. Sudah lama ia tidak merasakan rasa sakit ini, tapi kenapa tiba-tiba saja datang kembali.
Aby berjongkok di bawah lantai, sebelah tangannya masih menekan dadanya, sedangkan satu tangannya lagi mencengkram erat tembok di sebelahnya.
"Gue ga kuat, rasanya sakit banget"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYANDRA'AS (END)
Fiksi Remaja"Gue cuman minta lo buat ga pergi, apa gitu aja sulit buat lo turutin!" "Harus sampe kapan aku terus yang harus nunggu? Aku cape Aby cape!" "Tinggal diem lo bilang cape?" "Aby tolong jangan mempersulit keadaan" "Lo yang mempersulit keadaan, gue cuma...