Kenyataannya manusia memang tidak selalu luput dari kesalahan!
___________
Janeeta sudah menghubungi Aby dan kali ini mereka bertemu di tempat kerja Aby.
Sedari tadi Janeeta duduk dengan tidak tenang, menunggu Aby yang masih mengurus beberapa pelanggan.
Sekali lagi Janeeta mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Aby memang bekerja di tempat bengkel sederhana, dan janeeta salut. Untuk memenuhi tanggung jawabnya Aby rela mencari uang di usianya yang masih seorang pelajar.
Janeeta tidak munafik jika Aby lah penyebab hidupnya hancur. Kala itu ia berharap orang yang menghancurkan kehidupannya akan selalu hidup menderita. Tapi setelah mendengar orang itu siap untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, Janeeta mulai menerimanya, jika ada yang bertanya apakah ia sudah ikhlas maka jawabannya belum.
Tapi sekali lagi Janeeta berpikir dengan hatinya, Aby memang sosok yang bertanggung jawab. Bahkan kala itu ia siap menyerahkan dirinya ke jeruji besi, tapi Janeeta yang kalap tapi masih berpikir jernih untuk mengusulkan cara lain yang lebih menguntungkan, jahat memang. Janeeta ingin Aby menebusnya dengan uang, membiayai kehidupannya entah sampai kapan. Sedangkan Gama yang tidak jauh dari kata uang langsung menyetujuinya begitu saja.
Janeeta bukannya tidak sedih, ia juga sedih dengan kejadian yang menimpa keluarganya. Tapi sekali lagi ia sudah mencoba mengikhlaskan segalanya. Meskipun sekarang taruhannya adalah masa depan Aby yang terenggut olehnya. Bukan hanya masa depan Aby, tapi juga masa depan Janeeta yang kehilangan sosok seorang ibu oleh kecerobohan Aby.
"Sorry, lo udah lama nunggunya?"
Aby duduk tepat di samping Janeeta, sedangkan Janeeta yang peka pun langsung menyodorkan sebotol minuman pada Aby yang langsung di terimanya.
"Makasih"Janeeta hanya mengangguk saja.
"Gue ganggu kerjaan lo ya?"
Aby menutup kembali air minumnya, lalu menggelengkan kepalanya saat mendengar kata-kata Janeeta.
"Ngga, santai aja ko"Lalu Aby mengeluarkan sebuah amplop coklat dari sakunya, dan menyerahkannya pada Janeeta.
Janeeta mengerutkan keningnya bingung"Apa?"
Aby meletakkan amplop itu di telapak tangan Janeeta"Ambil aja, gue tau lo kesini buat itu"
Janeeta langsung menatap Aby, ia merasa bersalah sungguh kedatangannya bukan untuk itu. Meskipun Gama memang menekannya untuk menemui Aby.
"Gue sengaja minta gaji gue lebih awal, itu gaji gue selama satu bulan. Semoga cukup ya"
Janeeta tidak bisa mengucapkan apapun. Padahal ini memang tanggung jawab Aby, tapi kenapa ia selalu merasa bersalah jika Aby memberinya uang di saat Aby sendiri tidak mempunyai nya.
"Zar maksud gue ke sini bukan buat ini"
Aby menatap Janeeta sekilas, lalu menganggukkan kepalanya"Gue ngerti ko, lo butuh Ayah lo juga butuh. Jadi ambil aja ya"Aby bangkit dari kursinya ingin beranjak pergi tapi Janeeta menghentikannya.
"Makasih Zar"
Aby mengangguk"Udah tanggung jawab gue"Setelah itu Aby pergi meninggalkan Janeeta yang masih terduduk menatap kepergian Aby. Lalu Janeeta mengalihkan pandangannya pada amplop coklat yang berada di genggamannya.
Janeeta terisak, ia memeluk uang itu dengan erat"Hidup gue seakan di bayar pake uang, dan gue benci itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYANDRA'AS (END)
Teen Fiction"Gue cuman minta lo buat ga pergi, apa gitu aja sulit buat lo turutin!" "Harus sampe kapan aku terus yang harus nunggu? Aku cape Aby cape!" "Tinggal diem lo bilang cape?" "Aby tolong jangan mempersulit keadaan" "Lo yang mempersulit keadaan, gue cuma...