Mathilda keluar dari ruangan stefan dan bertemu dengan gerald, melihat gerald yang biasanya acuh kini menunduk
"Maaf" bisik gerald
Mathilda diam tak menjawab dia kembali berjalan lebih cepat sambil mengelus perutnya, setelah sampai dilift dia menekan tombol dengan cepat takut stefan menyusul
Pintu lift terbuka dan mathilda berjalan dengan wajah sembab, para pegawai tidak berani menatap wajah mathilda
"SAYANGGGG HEIIII" teriak sstefan sambil berlari
"SAYANG AKU BISA JELASIN"
"Heiii sayanggg! "
Langkah mathilda terhenti dan dia menatap stefan datar "tidak perlu"
"Sayang dia datang keruangan aku terus ngasi aku kopi, aku gak tau kalo dikopi itu ada obat perangsang dosis tinggi" stefan mencoba menjelaskan kronologinya tapi tampaknya mathilda tidak ingin mendengarnya
"Oh" mathilda merespon dengan wajah datar
"Sayang ak"
"Stop" mathilda mengangkat tangannya menghentikan stefan berbicara
"Mulai sekarang jangan pernah cari ataupun hubungi aku lagi, karena aku udah terlalu kecewa sama kamu" mathilda berbalik dan pergi meninggalkan stefan yang saat ini terlihat sangat kacau
Mathilda pergi membawa luka dihatinya, seharusnya sedari awal dia tidak pernah membuka hatinya untuk stefan
Dia menghentikan taksi memberikan alamat rumah ayahnya, Dia berniat kembali dan tidak pernah datang lagi kekota ini
Setelah menempuh jalan yang jauh, akhirnya dia sampai dirumah sederhana
Dia membayar ongkos dan langsung pergi menuju rumah, suara tawa terdengar dari dalam dan hati mathilda perlahan menjadi tenang
Tok tok tok
Mathilda memperhatikan pintu kayu didepannya kosong, tak lama kemudian pintu itu terbuka
Mata Williams memerah saat melihat mathilda tanpa aba aba dia memeluk dan mengecuk kening mathilda
"Kenapa baru pulang sekarang hm" tanya Williams lembut
Mathilda diam tak menjawab, Williams membawa mathilda masuk kedalam rumah
"Kamu gak bawa barang barang kamu sayang" tanya Williams
"Ngga yah" mathilda menggeleng
"Kenapa kamu disini" tanya ayana ibu tiri mathilda tidak suka
"Yana ini adalah rumah ku otomatis ini juga rumah putriku" ucap Williams
Ayana diam tak menjawab tapi masih menatap mathilda kesal, dia menatap tas mathilda dan berfikir jika didalam tas itu pasti ada banyak uang, dia berjalan mendeksti mathilda dan merebut tas mathilda
"AYANA" Williams menatap marah ayana saty melihat ayana merebut tas mathilda kemudian dia merebut kembali tas itu keras hingga testpack yang tersembunyi didalam tas melayang keudara
Ayana dengan cepat menggambil testpack "KAMU HAMILLLLL" teriak ayana kaget
Oek oek oek
Bayi yang tadinya tertidur lelap kini menangis karena teriakan ayana, dia berjalan kearah bayi itu dan dengan cepat menimangnya
Williams masih membeku saat mendengar berita itu, dia menatap mathilda "kamu hamil til? "
Mendengar suara datar Williams mathilda menunduk "iya" cicitnya
Melihat mathilda menunduk Williams menahan amarahnya "siapa"
Cengkraman mathilda menguat saat mendengar pertanyaan Williams, dia diam tak menjawab
Melihat putrinya hanya diam amarah williams memuncak "JALANG"
Wajah mathilda memucat dia dia menatap kaget williams "ayah"
Dia tak percaya jika williams mengatakan kata yang begitu menyakiti hatinya
"SIAPA AYAHMU, KAMU BUKAN PUTRIKU, CEPAT KELUAR DARI RUMAHKU, PERGI YANG JAUH, JANGAN MUNCUL LAG DIDEPANKU, CEPAAAAAT!" William yang dilanda emosi mengusir mathilda tanpa memikirkan kehamilan anaknya
Dia mengembalikan tas mathilda dan meraih tangan mathilda menariknya keluar dari rumahnya kemudian mengunci pintu
Melihat pintu tertutup mathilda mengetuk pintu rumah keras "AYAH AYAH MAAFKAN AKU, AYAH BUKA PINTUNYA, AYAHHHH"
Setelah mengetuk begitu lama tangan mathilda memerah dan akhirnya dia menyerah
"Oke jika itu keinginan ayah, aku bakal pergi jauh sejauh jauhnya sampai ayah tidak bisa lagi menemukanku" ucap mathilda paru, setelah perselingkuhan stefan kini ucapan ayannya begitu menyakiti hatinya
Dia pergi menjauh dari rumah dan menghentikan ojek, memberikan alamat vila nya dan duduk diam dengan pandangan kosong
"NENG SAYA CUMA MAU NGASI TAU, HARI INI MEMANG MENYAKITKAN TAPI INGAT MASIH ADA HARI ESOK DAN LUSA, JANGAN TERPAKU DISATU TITIK, JIKA DISINI MEMANG PERHENTIAN TERAKHIRNYA NENG MASIH BISA BERJALAN SENDIRIAN MENUJU AKHIR JALAN TANPA BANTUAN ORANG LAIN, LUKA YANG NENG DAPAT HARI INI AKAN MEMBANTU ENENG MENDEWASAKAN PIKIRAN SAMA MENTAL ENENG, JADI JANGAN MENYERAH SELAGI JALAN DIDEPAN MASIH BISA DITEMPUH NENG HARUS BERUSAHA BERTAHAN SAMPAI AKHIR" teriak abang ojek keras, dia tidak tau masalah apa yang dihadapi gadis cantik itu tapi dia tidak tega melihat penampilan kacau mathilda
Mendengar kata kata abang ojol mathilda yang masih tersesat didunianya akhirnya menemukan petunjuk untuk kembali
"Makasih" bisik mathilda pelan, yah dia tidak bisa menyerah, dia harus bisa bertahan demi bayi diperutnya
Akhirnya mereka sampai divila mathilda yang dikelilingi pohon di sepanjang jalan
Dia urun dan memberikan 1 kartu ATM nya "makasih untuk motivasinya, kata sandinya 1 sampe 9"
Mang ojek menolak "nggak perlu neng, cukup bayar 50k aja, sebenarnya biayanya 20 ribu tapi karena vilanya jauh dari kota jadi biayanya agak mahal"
"Ambil aja, ada uang 100 juta disitu" mathilda memasukan kartu atm itu disaku abang ojek dan berjalan memasuki gerbang
Ada senym tulus diwaja abab ojek "alhamdulillah dengan uang ini aku bisa bawa ibuk berobat, terimakasih yaAllah Aatas rezeki yang engkau berikan melalui mbak tadi, semoga mbak tadi bahagia selalu dan dijauhkan dari cobaan yang berat" doa aban ojek itu, dia memutar motor nya dia perg meninggalkan kawasan vila
