Setelah berjalan cukup jauh dari kawasan rumahnya mathilda duduk dikursi yang tersedia ditaman
Ada banyak anak anak ditaman, saat mereka melihat mathilda mata anak anak itu berbinar dan mereka berlari kearah mathilda
Perasaan dikelilingi bocil iblis memenuhi hati mathilda "wah ni bocah bocah iblis ngapain kesini woyyy" batin mathilda menjerit
Bocah dengan ingus meleleh dihidungnya menatap mathilda dengan rona pipi diwajahnya dan menatap mathilda dengan malu malu
"Halo kakak cantik" sapa bocah ingus itu sambil menyedot ingusnya
Mathilda tersenyum kaku "hai adik manis" jawab mathilda dengan suara mendayu
Mata bocah ingus itu berbinar saat mathilda menjawab sapaannya "kakak mau nggak pacar aku" tanya bocah itu mali malu
Senyum diwajah mathilda tidak hilang dan menjawab bocah itu "kamu masih kecil, gk boleh pacar pacaran" ucapa mathilda lembut
"Kalo gitu kakak mau gak jadi mama aku" tanya anak perempuan dengan kepang dua sambil menatap mathilda dengan mata bersinar
Mathilda hampir menangis saat melihat mata mata bulat yang menatapnya begitu antusias
"Kakak gak bisa sayang, kakak aja gak kenap papa kamu" ujar mathilda lembut
"Kalo gitu kamu harus jadi pacar abang aku" nocah gendut itu menatap mathilda sombong
"Gk dia harus jadi bibi aku" sela bocah laki laki yang sedari tadi diam dan terus memperhatikan mathilda dengan tatapan dalam
"Tapi dia lebih cocok jadi bibi aku, paman aku ganteng, punya banyak uang, terus punya rumah gede, jadi kakak harus jadi bibi aku titik, kalo kakak nolak aku bakal nangis" ucap salah satu gadis kecil dengan gaun pink
"Tapikan paman kamu cacat" ejek gadis kecil dengan 2 kepang dikepalanya
Gadis itu menatap gadis yang mengejek pamannya "dia paman kamu juga tasya bodoh" gadis itu menatap datar sepupunya yang nyengir memperlihatkan gigi kecilnya
"Bibi paman ku tidak cacat cuma dia gak bisa senyum itu aja kok" uap gadis kecil itu
Tasya tertawa "kamu pasti gak tau kalo paman ava itu kompoten" tasya menatap sepupunya dengan senyum diwajah mungilnya
"Lagian velya kamu gak maukan kalo bibi baru kita gk akan punya dedek diperutnya kayak bibi desi" tasya tersenyum cerah mengabaikan tatapan suram velya
tapi tatapan suram velya menghilang digantikan dengan senyum ejekan "Tasya kamu gak mau kan nasip bibi baru aku sama kayak nasip mama kamu yang suka nangis setiap hari sampe pipinya hilang karena papa kamu orangnya kasar,gak romantis, terus mukanya kaya beruk karena selalu cemberut" velya melipat tangannya didada dengan semirk diwajah mungil nya
Kini gantian muka tasya yang muram "dasar anak yatim, yahahahahha mamanya kemana dek kabur yh" ejek tasya
Velya mengangkat alisnya "emangnya kamu punya mama, kamu kan anak yatim juga, mama kamu kabur sama om jordi waktu kamu umur 3 tahun, udah lupa ya"
Ucapan velya mampu menghentikan tawa tasya
"Abaikan 2 orang bodoh itu, sebaiknya kakak jadi pengantin papa alka aja" ucap bocah dengan pipi chubby
Senyum diwajah mathilda kaku saat mendengar pertengkaran 2 bocah cilik itu
"Heh tasya pig kamu tau dari mana kalo paman aku kompoten" tanya velya
Tasya tersenyum "tentu saja dari ibu, dia bilang paman itu komporen tidak bisa bangun" ucap tasya
"Bangun apa" tanya velya binggung
