keputusan Abah

591 27 0
                                    

Setelah 3 tahun lamanya Abinaf di Madinah kini waktunya Abinaf pulang ke indonesia, sudah 30 menit Abinaf dan Ameer menunggu jemputan Umar 

"Sepupu kamu jadi jemput?" tanya Ameer 

"Jadi ini lagi di jalan"

"Aku boleh nginap di rumah kamu dulu"

"Assagfirullah antum, mau kamu tinggal di rumah aku selamanya juga boleh Ameer pasti Umi sama Abah senang ada kamu di rumah, soal perkerjaan jangan khawatir nanti aku bilangin sama Abah biar masuk di pondok aja gak usah jauh-jauh" ucap Abinaf yang sudah yang di pikir kan oleh sahabatnya itu

"Makasih ya, ana berutang budi sama antum"

"Udah ah jangan lebay" ucap Abinaf menaiki kedua alisnya

selang 10 menit 1 unit mobil pun berhenti depan mereka dan membuka kaca mobil

"Jadi pulang gus" ucap seseorang itu

"Jadi, yok masuk" ajak Abinaf sembari manarik koper 

"Assamualaikum sahabat dakwahbinaf hari ini saya menjemput gus Abinaf di bandara doa kan selamat sampai tujuan, insya Allah kepulangan pertama kita atur jadwal ke kampus islami sunan di gedung akbar jangan lupa datang 2 minggu lagi" ucap Umar sembari mengarahkan kamera ke arah Abinaf 

Di perjalanan pulang mereka bertiga di mobil mengobrol gimana perkembangan pondok dan akun sosial media dakwahbinaf_islam.

"Allhamdulilah selesai juga 8 tahun mondok, 3 tahun di madinah" ucap gus Abinaf sembari di angguk oleh Ameer 

"Tinggal cari calon ning nih gus, iya gak bang Ameer" ucap Umar sembari mengemudi mobil Ameer tertawa medengar ucapan Umar, Ameer sudah seperti keluarga oleh keluarga Abinaf, Ameer dulu mondok di pondok milik Abah Abinaf 3 tahun dari situ lah Ameer mulai akrab dengan Abinaf, Ameer anak yatim piatu 2 tahun yang lalu, kini Abinaf memutuskan untuk mengajak Ameer aar kerja di pondok milik Abahnya, Abinaf sangat yakin Abahnya pasti menerima Ameer.

Mendengar olokan dari sepupunya, Abinaf hanya mengeleng kepalanya, Umar ialah sepupu Abinaf yang dekat dengannya dan kebetulan Umar juga berkerja di pondok milik Abah Abinaf umar juga tidak kalah gatengnya dengan Abinaf, tapi sifat Umar sangat suka jahil dan ramah dengan santrinya berbeda dengan Abinaf yang dingin dan bicara seperlunya Abinaf akan panjang lebar ngomong kalau hanya menjelaskan pelajaran kepada santrinya atau sedang mengisi mengajian, tapi di balik sifat Abinaf yang dingin ia lah gus tertampan dari kakeknya kebetulan kakek Abinaf dan Umar juga memilik pesanteren di jawa Abinaf juga sering mengisi pengajian di pesanteren kakeknya, setelah pulang dari madinah Abinaf akan membantu Abahnya untuk mengurus pesantrennya.

Setelah sampai di pesanteren Abinaf dan Ameer di sambutin oleh para santri sepanjang perjalanan, setelah sampai di rumah Abinaf memeluk uminya dan Abahnya melepas rasa rindu nya. 

Setelah acara penyambutan Abinaf dan Ameer, selanjutnya makan malam Abinaf menceritakan kepada Abahnya bagaimana metode pengajaran di Madinah kepada Abahnya agar bisa di terap kan di pondok pesanteren mereka.

Abinaf mulai mengajar di pondok pesantren Abahnya, terlihat kebanggaan dari Abah saat melewati kelas yang di ajarkan oleh Abinaf, Abah terseyum tipis melihat putra tunggalnya Abah juga merasa banyak perubahan yang di bawa oleh Abinaf dan Ameer apalagi khusus di santri putri  biasanya di kelas selalu  tidur sekarang angka ngantuk di kelas sateri putrri sudah mulai berkurang 

"Abah sama umi mau ngomong sama kamu " ucap umi sembari memberi teh hangat kepada putranya itu

"Mau ngomong apa bah" tanya Abinaf

"Abah ingin menimang cucu, Abah sangat takut jika nanti kamu menikah abah sudah tidak ada lagi " ucap Abah dengan nada sedih

"Abah gak usah ngomong gitu, percaya sama Allah"

"Iya Abah percaya sama Allah, tapi gak salahkan jika Abah punya keinginan Abah sama umi harap kamu mau ngikuti pemintaan Abah sama umi"

"Abah sama umi mintak apa, selagi Sadam bisa ngelakuinya Sadam pasti lakuin"

"Abah mau kamu menikah"

"Bah, Sadam baru pulang ke indo baru 2 minggu bah, gimana Sadam mau cari calonnya"

"Kamu gak usah khawatir calonnya, Abah punya teman dan kebetulan anaknya perempuan Abah sangat yakin dia orang yang baik dan mau nurut sama suami"

"Iya nak, umi yakin apa yang di kata Abah umi harap kamu menerima perjodohan ini"

"Kok Abah sama umi baru bilang kalau Sadam di jodohkan"

"Sebenarnya Abah sudah lama merencanakan ini waktu umur mu 3 tahun sudah 20 tahun yang lalu, Abah rasa 20 tahun usia perempuan sudah sangat cukup untuk di jadikan istri"

"Kamu jangan khawatir dia dari keluarga yang baik-baik, Abah sudah lama berteman dengan ayahnya, dia juga termasuk anak yang pintar, terakhir kali Abah sama Umi kerumah nya waktu dia masih SMA  dia sangat cantik dan baik sesuai dengan namanya yumna cantik sekali kan Bah" ucap Umi memberi pergertian ke putra tunggalnya itu

"Benar kata umi kamu Sadam, kamu ini sudah berumur 23 tahun usia yang sudah cukup matang untuk membina rumah tangga Abah percaya kamu bisa membina istri mu dengan baik dengan ilmu agama membimbing nya ke jalan Allah"

"Soal itu Abah gak usah khwatir Sadam pasti membinanya ke jalan Allah, bolehkan Sadam bertanya wahai Abah dan umi "

"Silakan putra ku"

"Apakah dia sedang nyantri di sini" tanya Sadam kedua orang tuanya saling pandang

"Dia bukan santri sini"

"Santri mana dia Bah"

"Lebih tepatnya dia bukan santri"

"Ustadzah?" tanya Sadam sekali lagi

"Dia bukan santri ataupun ustadzah, tapi dia lah gadis biasa yang hijrah"

"Menurut Abah dan umi apakah dia pantas di jadi kan menantu?"

"Tentu dia sangat pantas"

"Apakah dia pantas sebagai istri"

"Dia juga pantas"

"Istri sebagai istri Muhammad Sadam Abinaf Al - Ghaaziy"

"Wahai putra ku ketahui lah di dalam ber rumah tangga kau sebagai pakaianya begitupun sebaliknya, dan sesungguhnya membina rumah tangga yang baik berasal dari suami yang baik, bagaimana tidak jatuh jika pengemudinya oleng, meskipun jalannya mulus sekalipun, baik buruknya istrimu kelak akan bergantungan pada dirimu sendiri" 

"Baiklah,jika ayahnya dan Abah memilih Sadam sebagai pengemudi untuknya maka Sadam tidak lah mungkin menolak mengantari dia kemana pun selagi itu tidak merugi untuk agama"

"Jika begitu maka bersedia kah kamu Sadam minggu depan kita bertamu ke rumahnya"

"Kenapa tidak, bukankah Sadam harus tau siapa penumpang Sadam hingga menuju finish nya surga"

Abah dan umi terseyum mendengar jawan dari putranya itu,  mereka sangat bangga meskipun anak tunggal Abinaf didik untuk mandiri bahkan untuk memilik apa yang Abinaf mau Abinaf harus berusaha dulu , sifat yang tertanam oleh kedua orang tua nya hingga Abinaf sangat di sukuai oleh orang-orang di sekeliling

"Bagaimana pun kamu wahai penumpang kendaraan ku kelak, aku akan berusaha menjadi pengemudi yang bisa membawa mu dengan tenang sekalipun kita melalui badai" batin Abinaf

happy reading ya guys ya, mohon maaf jika terdapat typo harap maklumin




AL-GHAAZIY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang