[ FOLLOW AUTHOR FIRST ]
Setelah ditinggalkan orang tuanya di usia yang masih sangat muda, Arzelie merasakan pengalaman terburuk ketika tiba-tiba saja orang yang mengaku sebagai kerabatnya membawanya memasuki sebuah rumah bordil yang menjadi sarang k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Merasakan cahaya matahari yang mengganggu tidur lelapnya, Arzelie, gadis dengan tubuh yang dilapisi oleh selimut memilih bangkit dari kasur lembutnya dan mendekati gorden. Mencoba menutupi kaca balkonnya secara sempurna, sebelum kehadiran seseorang di taman belakang mansion menarik perhatiannya.
Arzelie mengurungkan niatnya, gadis itu justru mengintip dari celah gorden yang menyilaukan demi mendapati pemandangan di bawah sana dengan jelas.
Di sini, dari tempatnya berdiri Arzelie dapat melihat kehadiran Yezekael yang duduk di kursi taman dengan satu lengan yang menutupi kelopak mata. Tidak bergerak selama beberapa saat ke depan, membuat Arzelie mendorong kedua sisi gorden sehingga cahaya matahari menyeruak hingga ke sudut-sudut kamarnya. Dengan mata yang menunjukkan rasa ingin tahu, Arzelie membuka pintu balkon dan menginjakkan kakinya keluar.
Kepala gadis itu dimiringkan ke samping, memperhatikan Yezekael lamat-lamat hingga kedatangan seekor kucing yang mendudukkan diri di samping pria itu sukses membuat matanya membulat. Arzelie dengan cepat berbalik, berlari menuju pintu kamarnya demi menghampiri taman yang Yezekael tempati.
Sementara itu, Yezekael yang tersadar terlihat menyingkirkan lengan yang menutupi wajah, menatap pada balkon Arzelie yang gordennya tertiup angin dengan bibir terkatup rapat.
Yezekael berakhir kembali ke pose awalnya, memejamkan mata membiarkan tubuh berkeringatnya dihangatkan oleh cahaya matahari, bersamaan dengan Arzelie yang berjalan setapak-tapak memasuki taman. Menginjak rumput hijau yang terlihat segar dengan bertelanjang kaki.
Perasaan gadis itu meluap-luap. Secara perlahan mendekati kursi yang Yezekael tempati dan berjongkok di sampingnya. Menatap kucing yang tertidur di samping tubuh Yezekael dengan pipi merah merona. Pada akhirnya Arzelie tidak dapat menahan diri dan mengangkat tangannya, mencoba menyentuh bulu kucing itu yang berwarna abu-abu, hingga keterkejutan menyerangnya.
Tangan Arzelie tergantung di udara, sementara sang pemilik tubuh membalas pandangan Yezekael yang menatap lurus pada wajahnya. Pria itu tidak bersuara, hanya menyandarkan kepalanya pada senderan kursi dengan mata yang bersinar diterpa cahaya matahari.
Tidak terlihat berkedip memperhatikannya.
Merasa bahwa ia mengganggu, Arzelie mengurungkan niatnya, gadis itu menarik kembali tangannya dan berbalik untuk meninggalkan Yezekael seorang diri. Hingga suara pria itu terdengar, berucap, "Mengapa pergi?"
Arzelie sontak berhenti melangkah. Dengan gerakan kaku gadis itu berbalik. Tanpa ia sadari Yezekael yang berada tidak jauh di hadapannya menyenggol punggung si kucing, sehingga hewan berbulu tebal itu bangun dan menggeliat. Melompat dari atas kursi dan menghampiri Arzelie dengan kaki pendeknya. Berputar-putar menggesekkan tubuhnya pada kaki si gadis seolah meminta berteman.
Gummy smile seketika menghiasi wajah Arzelie. Ia berjongkok mengelus bulu si kucing dengan lembut sementara pandangan yang ia berikan pada Yezekael seolah berucap, "lihat!"