Setelah argument yang ia dan Yezekael lalui semalam, Arzelie terkesan malas untuk menjalani harinya di keesokan hari. Dari pagi ia memilih mendudukkan diri di taman. Seorang diri hingga May dan seorang gadis familiar yang wanita itu bawa menghampirinya.
"Masih nyaman duduk di sana, Nona?" sapa May yang membuatnya otomatis tersenyum tipis.
"Ada apa? Nona dan Tuan sedang bertengkar?" lanjut May lagi, mendudukkan diri di sampingnya.
"Tidak ada May, semuanya baik-baik saja," balas Arzelie, memilih mengalihkan pandangannya pada gadis berseragam maid yang masih berdiri. "Kamu yang semalam mengantarkan teh, 'kan?" tanyanya pada gadis itu.
"Benar ... Nona."
Arzelie tersenyum lembut, lain halnya dengan May yang memerintahkan gadis itu untuk memperkenalkan diri.
"Saya Edna, Nona," perkenal gadis itu singkat.
"Dia masuk tidak lama setelah Anda pergi, jadi jangan heran jika Anda tidak mengingatnya," tambah May yang dibalas anggukan.
"Kau cantik, Edna."
Kala itu, Arzelie memuji dari hatinya. Ia merasa bahwa Edna cantik dan ia memuji gadis itu, Berbanding terbalik dengan sosok yang dipuji sendiri, yang mana hanya menunduk sembari bergumam, "Terima kasih." Sejujurnya di dalam hati tidak menikmati pujian yang diberikan padanya.
Berucap dengan wajah seperti itu, terasa seperti ejekan, pikir Edna di dalam hati, melirik pada Arzelie yang wajahnya bukan main menarik.
"Anda benar-benar sudah dewasa," puji May, karena perubahan tidak hanya pada tubuh, tetapi juga sikap Arzelie.
Walau begitu gadis di hadapannya hanya menggeleng dan menunduk. "Tidak, aku masih belum dewasa," gumamnya.
Belum sempat May membalas ucapannya, kedatangan Ezho yang mendekati dari kejauhan berhasil menarik perhatian ketiganya. Lelaki dengan paperbag berwarna putih di tangannya itu berhenti di hadapan Arzelie.
Meraih tangan Nonanya dan mengecupnya perlahan, "menatap Anda benar-benar menghapus rasa lelah," ujar lelaki itu sembari tertawa.
Membuat Arzelie yang mendengarnya ikut terkekeh kecil. "Ada apa Ezho?" Tanyanya.
"Tuan Yezekael ingin Anda mengenakan ini dan pergi bersamanya nanti malam."
Arzelie mengerutkan dahi. "Pergi ke mana?" Ucapnya bertanya lagi.
Kali ini Ezho menggeleng, sebaliknya ia kembali mengulurkan tangan. "Mari, Anda harus sarapan" tambahnya seolah tidak menerima penolakan yang mungkin Arzelie ingin sampaikan.
Sementara gadis yang akan dijadikan tokoh utama dalam rencana Yezekael dan Yvonne hanya dapat menurut tanpa mengetahui apa pun.
"Wah, sudah lama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
INTRÉPIDE
Roman d'amourSetelah ditinggalkan orang tuanya di usia yang masih sangat muda, Arzelie merasakan pengalaman terburuk ketika tiba-tiba saja orang yang mengaku sebagai kerabatnya membawanya memasuki sebuah rumah bordil yang menjadi sarang kegiatan prostitusi. Ket...