[ FOLLOW AUTHOR FIRST ]
Setelah ditinggalkan orang tuanya di usia yang masih sangat muda, Arzelie merasakan pengalaman terburuk ketika tiba-tiba saja orang yang mengaku sebagai kerabatnya membawanya memasuki sebuah rumah bordil yang menjadi sarang k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lalu bagaimana dengan mendiang Ibumu?"
Mendengar bisikan pria di hadapannya, Jethro terdiam.
"Apa kau juga hanya diam dan tertawa ketika Ibumu dibunuh?"
"Dibunuh oleh pria itu, ayahmu ..."
Yezekael hanya mengikuti ketika Jethro mendorong bahunya mundur. "Hentikan omong kosongmu," ucap lelaki itu.
"Anggaplah kau tidak membantu istrimu karena kau tidak peduli. Tetapi bagaimana dengan Ibumu?" Tetapi Yezekael tidak sama sekali mendengarkan. Justru ia mengulangi ucapannya, "Menyenangkan ya? Melihat Ibumu sendiri dipukuli hingga tidak bernyawa?"
Padahal pada kenyataannya Jethro tidak mengetahui penyebab kematian Ibunya sama sekali. Tetapi ia tidak menyangkal tuduhan kosong yang Yezekael berikan dan menangkapnya sebagai sebuah bukti penyelidikan. Karena selama ia hidup, benar adanya bahwa Jethro mendapati sendiri Ibunya yang dipukuli. Tidak hanya Ibunya, tetapi segala pelacur bahkan Judith, gadis yang dijodohkan dengannya.
Menolak pun Jethro tidak dapat. Karena jika argument yang ia berikan benar, pada akhirnya di mata Yezekael ia tetap terlihat seperti pengecut yang takut pada ayahnya sendiri. Karena ia dapat menyelidiki kematian Ibunya jika ia ingin, tetapi ia memilih seolah tidak melihat lebam pada sekujur tubuh Ibunya.
Apalagi penyebabnya jika bukan karena ia takut pada ayahnya? Itu kan, yang ada di dalam pikiran Yezekael, si brengsek ini.
"Aku paham, sedari kecil menghadapi sikap abusive ayahmu, tentu saja kau trauma," tambah Yezekael.
"Kau bahkan bersikap sepertinya dan meniru perilakunya ... trauma itu sudah menyatu denganmu."
Jethro ingin mengeluarkan suara, tetapi tangisan Arzelie yang berdiri tidak jauh dari mereka menarik fokusnya. Bagaimana darah mengalir dari dress perempuan itu, bagaimana angin laut meniup rambutnya, serta pandangan yang menatapnya itu.
"Jangan bunuh aku."
Tanpa sadar Jethro tersenyum. Menghadapi orang-orang ini membuat kegilaan terasa mengambil alih tubuhnya. Dengan tawa kecil, Jethro mencoba meraih pistol di tangan Yezekael sembari bergumam, "bunuh perempuan itu."
Usaha yang ia lakukan membuat satu peluru berhasil meluncur ke arah Arzelie. Tetapi kendali Yezekael membuat peluru itu hanya memotong beberapa helai rambut Arzelie. Walau begitu gadis yang tidak tahu menahu itu tentu saja terkejut hingga tanpa sadar ia kehilangan keseimbangan atas tubuhnya sendiri.
Jethro tertawa, seiring dengan suara air yang bertabrakan dengan tubuh Arzelie.
"Kalian semua terang-terangan mengejekku ya, bajingan." Sang pelaku mengalihkan pandangannya dari Yezekael yang masih diam di tempat. "Akan ku bunuh kalian semua," lanjutnya, memilih melangkah menuju mobilnya dengan perasaan yang menggebu-gebu.