"Tuan Yezekael."
Langkah Yezekael yang tergerak menuju tangga seketika terhenti. Pria dewasa itu melirik pada May, sang kepala pelayan yang terlihat menatapnya dari kejauhan.
"Senang melihat Anda," sapa May kepada Tuannya yang dua hari ini terlihat menghilang dari mansion.
Yezekael tidak membalas, pandangannya menatap May lurus sembari bertanya. "Bagaimana kondisi Arzelie?"
May sendiri hanya diam beberapa saat, dengan berat hati wanita yang umurnya telah memasuki kepala empat itu memberitahukan kondisi Arzelie yang memburuk setelah peristiwa kala itu. Arzelie demam tinggi, juga, "Nona Arzelie tidak mengizinkan siapa pun untuk mendekatinya dan mengurung diri di kamar. Ia menolak makanan yang kami antarkan."
"Peristiwa malam itu pasti menyakiti hatinya," tambah May. Seolah seorang ibu yang mengerti perasaan Arzelie, gadis muda yang tentunya tidak baik-baik setelah mengalami peristiwa yang begitu menjijikkan.
Yezekael mengangkat dagu, alis lelaki itu terangkat. "Aku akan mengurusnya," ujarnya kemudian melanjutkan langkahnya, meninggalkan May yang terlihat menundukkan kepala.
Sesampainya ia di lantai dua, Yezekael tidak langsung menuju ke kamar utama, kamarnya. Melainkan berbelok menuju pada ruangan yang Arzelie isi. Dengan senang hati ia membuka pintu yang memisahkan keduanya dan melangkah masuk.
Kembali menutup pintu kamar, Yezekael mendapati kegelapan yang mengisi. Membuatnya berjalan menghampiri nakas di samping kasur dan menghidupkan lampu tidur yang cahayanya hangat. Di saat yang bersamaan, wajah memerah Arzelie yang terlelap menjadi semakin jelas memasuki pandangannya.
Dengan tangan yang berada di dalam saku celana, Yezekael diam untuk beberapa saat. Memperhatikan bagaimana Arzelie kesulitan bernafas sementara keringat mengucur membasahi tubuh gadis itu.
Arzelie dan rasa tidak nyamannya.
Yezekael memilih menyudahi kegiatannya, pria itu melirik pada obat yang di taruh pada nampan, tergeletak di atas nakas. Perlahan, dengan jari-jarinya Yezekael meraih butiran obat itu dan memasukkannya ke dalam mulut, hingga dapat ia rasakan nafas hangat yang menyelimuti kulitnya.
Di dalam keheningan yang mengisi kamar itu, perlahan Yezekael mendudukkan diri di pinggir kasur. Rambutnya yang semula di gusar ke belakang mulai berjatuhan menutupi dahi seiring dengan ia yang merendahkan tubuhnya, menggapai Arzelie. Dengan ibu jarinya, Yezekael menyentuh bibir bawah Arzelie demi mendapatkan celah.
Semakin dekat wajahnya dengan Arzelie maka semakin jelas nafas berat gadis itu menerpa bibirnya, maka semakin kuat pula genggaman tangan Yezekael di atas kain putih yang menyelimuti kasur.
Berniat menyatukan bibir keduanya, gerakan Yezekael sempat terhenti ketika pintu kamar diketuk dan menampilkan kehadiran pelayan yang membawakan nampan berisi makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTRÉPIDE
RomanceSetelah ditinggalkan orang tuanya di usia yang masih sangat muda, Arzelie merasakan pengalaman terburuk ketika tiba-tiba saja orang yang mengaku sebagai kerabatnya membawanya memasuki sebuah rumah bordil yang menjadi sarang kegiatan prostitusi. Ket...