[ FOLLOW AUTHOR FIRST ]
Setelah ditinggalkan orang tuanya di usia yang masih sangat muda, Arzelie merasakan pengalaman terburuk ketika tiba-tiba saja orang yang mengaku sebagai kerabatnya membawanya memasuki sebuah rumah bordil yang menjadi sarang k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ditengah-tengah gelapnya malam disaat semua orang sudah tertidur pulas termasuk suaminya Jethro, suami yang menikah dengannya karena perjodohan. Ia merasa haus sayangnya persediaan air yang biasa ia taruh di atas nakas dekat kasurnya habis, terpaksa ia harus turun mengambil minum di dapur.
Judith duduk di kursi meja makan, menikmati hening yang memeluk dirinya dengan sebuah air yang ia genggam. Ia menghela nafas panjang.
Tidak ada masalah apapun, namun ia merasa ada satu hal menyesakkan yang tidak bisa diutarakan.
Ia bangkit, menuju wastafel untuk mencuci gelas yang ia pakai. Dipertengahan kegiatannya mencuci ia merasa seseorang berdiri di belakangnya. Memeluk tubuhnya yang terasa kecil dibanding sosok itu hingga benar-benar tenggelam dibalik tubuh itu. Ia juga dapat merasakan bagaimana ibu jari laki-laki itu yang berada di atas perutnya mengusap dengan perlahan menghantarkan rasa nyaman, seharusnya.
Namun tanggapan yang ditimbulkan oleh tubuh Judith malah sebaliknya, ia menegang kaku.
Ia berusaha untuk mengatur nafasnya yang sedikit mulai memburu. Be calm, Judith..
Berulangkali ia menghembuskan nafasnya berusaha untuk tenang. Tangan itu mulai naik yang awalnya hanya hinggap di perutnya kini menuju sedikit lebih keatas perlahan,
"P-papa?" Ini tidak benar pikirnya.
Bagaimana jika tiba-tiba Jethro melihat? apa yang akan laki-laki itu pikirkan.
"Hm." sosok yang dipanggil Papa oleh Judith hanya membalas gumaman dengan suara yang berat juga dalam. Terdengar menakutkan walau hanya sekedar suara.
Tangan itu naik menyentuh pipinya mengelusnya pelan takut jika ia menekan sedikit saja benda itu akan hancur, menarik agar menghadap kearah laki-laki paruh baya seumuran dengan Ayahnya namun masih terlihat segar dengan kulit tan, dada yang bidang juga otot bisep dibalik bajunya mampu membangkitkan gairah wanita yang melihatnya. Sosok didepannya ini adalah ayah dari suaminya, Gjorgiev Scheidegger.
Sosok yang sedari awal memperhatikannya sejak ia menginjakkan kakinya di mension besar ini, 'memperhatikan' dengan tanda tanya menurutnya.
Ia tidak menerima, hanya saja, ia juga tidak menolak dengan tegas apa yang dilakukan oleh laki-laki ini. Bagaimana ia harus menolak, tolong beritahu dirinya.
Wajah Gjorgiev semakin mendekati wajahnya hingga benda kecil basah dengan kelembutan itu bertemu, Judith membelalakkan matanya lebar, terkejut dengan keberanian dari laki-laki yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri.
Hanya menempel saja awalnya untuk beberapa detik, namun makin lama bibir itu menuntut agar bibirnya terbuka memberi akses sebuah benda lunak hangat yang memaksa agar masuk menjelajahi semakin dalam isi mulutnya.
Saling memangut seakan lupa dengan status tabu diantara keduanya, perlakuan yang tidak boleh terjadi seharusnya terus berlanjut dengan tangan Gjorgiev menjelajahi apa yang bisa digapai.