2. Kebahagiaan kecil

9.8K 55 0
                                    

"Pak Edo, kita keluar dulu ya" ucap ku pamitan dengan pak Edo, satpam rumah kami.
"Oke, siap Pak Bayu. Hati hati yaa"
Aku mengacungkan jempol padanya.
Jio juga memberikan lambaian tangan nya ke pak Edo. Terasa kami benar benar sangat akrab.

Kondisi ini benar benar sangat menguntungan ku sehingga memiliki kepercayaan yang luar biasa dengan nya.

Karena kondisi rumah yang di pinggir jalan dan bukan area komplek, aku memutuskan merekrut satpam untuk menjaga rumah kami, dan sudah 2 tahun ini pak Edo kerja sebagai satpam disini setelah satpam sebelumnya berhenti karena harus kembali ke kampung nya.
Pak Edo berusia lima puluhan awal dan masih sangat segar. Bahkan jika tidak memberitahu umur nya, kami akan mengira dia masih berumur 40an. Ditambah dia benar benar bisa dipercaya sejauh ini. Jadi aku tidak merasa takut meninggalkan Naya dan Jio dirumah dengan cukup lama.

Kami berjalan jalan ke tempat bermain, lalu menuju ke pusat perbelanjaan dan akhirnya ditutup dengan mencari makan malam. Meskipun sore tadi aku sudah makan. Itu sudah menjadi rute kami ketika sedang keluar bersama.

Sampainya dirumah, Naya menidurkan Jio sejenak dan sudah menjadi kebiasaan ku setiap pulang untuk meminta jatah pada Naya. Kupeluk Naya dai belakang. Mencium ceruk leher nya sambil memegang pinggang nya.
"M-mass... boleh besok aja yaa.... "
"Hmmm? Kenapa sayang?"
"Aga cape hari ini abis beberes rumah, trus tadi kita keluar lumayan banyak jalan nya" ucap nya dengan memelas.
Aku mencoba mengerti. Bagaimana pun bisa kurang ajar rasanya kalau aku memaksa ketika Naya sedang tidak dalam keadaan prima seperti ini.
Akhirnya yang hanya bisa kulakukan menahan nafsu ku yang tadi sempat sudah di ubun ubun. Kalau ku tuntas kan sekarang menggunakan tangan, sudah pasti besok aku yang gantian tidak bisa mengambil jatah ke Naya. Akhirnya kami pun istirahat. Ku peluk badan nya dari belakang berharap bisa meredam keinginan ku untuk saat ini. Jio sejak masuk ke umur 2 tahun perlahan lahan memang sudah kami ajarkan tidur dikamar sendiri sehingga seharusnya tidak akan ada halangan untuk ku dan Naya bermesraan meskipun sesekali tetap saja Jio meminta untuk tidur dikamar kami. Tidak terlalu masalah untuk anak seusia nya karena terkadang saat dia takut atau mengalami mimpi buruk pasti meminta untuk tidur bersama.

Pagi nya, karena hari minggu dan libur, sudah pasti aku lebih memilih untuk dirumah aja kecuali ada keperluan atau ajakan dari Naya maupun anakku. Sarapan kali ini tetap di siapkan oleh Naya dengan begitu menggugah selera. Jio juga sudah bangun dan terlihat bermain main di halaman belakang di kolam mainan yang ku beli.

"Pagi mas, ayo sarapan. Udah beres semua nih" ajak Naya

Kami santap sarapan itu hingga perut terasa penuh pagi ini.
"Mau keluar gak sayang? Jalan jalan atau mau beli apa gitu" ajakku
"Mmmm... kaya nya nggak deh mas.. kan tadi malem juga udah. Enakan dirumah aja" ucap Naya
Aku pun tidak memaksa. Sepertinya aku akan mengerjakan sedikit hobi ku yang sering ku tinggal. Mengurus beberapa tanaman langka yang kubeli sejak masa Pandemi.

"Rajin banget pak," ucap pak Edo dari pos nya yang tidak jauh dari halaman depan tempat ku mengurusi tanaman tanaman ini.
"Iya pak. Dah lama gak diliatin. Kasian kan makhluk Idup juga" ucap ku
"Bu Naya juga sering kok siramin tanaman nya" ucap nya
"Hehe iya pak. Sekalian jalanin hobi aja ini. Mumpung libur kan" ucap ku

35. Dibalik Kepolosan Istriku (PURE NTR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang