𝔅𝔞𝔟 52 : 𝔓𝔬𝔱𝔬𝔫𝔤 𝔎𝔢𝔡𝔲𝔞 𝔗𝔞𝔫𝔤𝔞𝔫𝔫𝔶𝔞
Ming Yue Xin memanggil kakak pangeran mahkota-nya hanya dengan namanya, yang membuat Murong Qi Qi mengerutkan kening. Tampaknya Nan Feng benar-benar ingin mengganti putra mahkota mereka, itulah sebabnya putri ini bisa bertindak begitu kurang ajar dan berbicara tidak sopan seperti ini kepada Pangeran Ming Yue Cheng di depan orang-orang Xi Qi.
Saat kerutan Murong Qi Qi terlihat di mata Pangeran Ming Yue Cheng, itu membuat hatinya terasa hangat. Begitu banyak orang, namun hanya Murong Qi Qi yang mengerutkan kening karena kata-kata Ming Yue Xin dan merasa bersalah padanya. Begitu banyak orang, namun hanya Murong Qi Qi yang memberinya dorongan tulus dan tidak akan memandangnya dengan pandangan berbeda.
Murong Qi Qi tidak tahu bahwa hanya dengan mengerutkan keningnya saja akan membantu putra mahkota yang menyedihkan ini membuat keputusan yang akan ia junjung tinggi selama sisa hidupnya.
Pangeran Ming Yue Cheng tidak berbicara, membuat Ming Yue Xin merasa bahwa dia salah, jadi dia juga menjadi pemenang.
Ming Yue Xin memerintahkan kedua pelayan istana untuk menunjukkan karyanya kepada orang banyak. Dia tidak percaya lukisan gadis sampah ini akan lebih bagus dari lukisannya. Dia mulai belajar melukis sejak dia berusia tiga tahun. Sudah tiga belas tahun sejak saat itu. Cat yang digunakannya mampu membuat sungai berubah warna. Bagaimana mungkin dia bisa lebih buruk dari Murong Qi Qi?!
"Lihat!"
Tidak menunggu kemenangan Ming Yue Xin berlalu, seseorang menunjuk ke langit dan berteriak.
Awan berwarna-warni melayang ke bawah. Baru ketika mendekat, orang-orang menyadari bahwa itu adalah sekelompok kupu-kupu. Yang memimpin adalah kupu-kupu berwarna merah darah.
Ini sudah musim gugur. Kupu-kupu bukanlah binatang yang umum berkeliaran saat musum gugur. Namun sekarang banyak sekali kupu-kupu yang muncul dan terbang menuju lukisan, membuat semua orang terkejut. Apa yang terjadi? Mungkinkah kupu-kupu ini datang untuk melukis?
Kerumunan belum memahami situasi ketika kelompok kupu-kupu itu terbang menuju Murong Qi Qi. Binatang-binatang kecil ini mendarat di bunga krisan di lukisan itu. Sayap kecil mereka berkelap-kelip dan segera, sebuah 'keajaiban' muncul!
Awalnya lukisan Murong Qi Qi hanya memiliki warna tinta dan warna darah. Namun kemudian karena kupu-kupu tersebut, bunga krisan pun dipenuhi warna-warni.
Kupu-kupu ini memiliki warna berbeda dan hinggap di bunga krisan yang berbeda. Sayap mereka berkilauan dan langsung menjadi lukisan krisan berwarna hidup. Dan kupu-kupu merah darah terbesar itu mendarat di bunga krisan terbesar di tengahnya. Sayapnya berkilauan di bawah sinar matahari dan menunjukkan berbagai macam warna.
"Betapa indahnya!"
'Betapa indahnya' Bai Yi Yue menyuarakan pikiran batin setiap orang. Sudah melihat begitu banyak lukisan, namun tidak ada satupun yang menandingi lukisan 'hidup' ini.
"Sebuah keajaiban!"
Seorang pejabat tua berteriak. Kemudian dia berlutut dan berteriak, "Tanda keberuntungan dari langit, diberkatilah Xi Qi-ku!"
Setelah melihat seseorang memimpin, orang-orang langsung berlutut dan berteriak 'hidup sepuluh ribu tahun'. Perbuatan ini seolah menjilat Kaisar Xi Qi membuat senyum Kaisar Longze Yu tampak seperti bunga krisan yang sedang mekar seolah-olah lukisan itu dibuat sendiri oleh dirinya. Sekarang, Murong Qi Qi terlihat sangat menyenangkan di mata Kaisar Longze Yu. Dia benar-benar lupa tentang taruhannya. Dalam sekejap, dia membuka mulutnya, "Zhen mengumumkan bahwa Murong Qi Qi pemenangnya!"
Hanya beberapa kata yang membuat pikiran Ming Yue Xin dan Longze Yu Er terhenti. Wajah keduanya langsung menjadi keabu-abuan. Terutama Longze Yu Er. Ayahandanya sendiri mengatakan demikian, mungkinkah ayahandanya benar-benar ingin dia menghadiahkan sepasang tangannya kepada Murong Qi Qi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Emas Kesayangan Sang Pangeran Iblis
Historical FictionSeorang penjelajah waktu, dia menjadi Cinderella versi kuno. Kakak perempuannya tidak hanya mencuri tunangannya, oleh ayahnya dia juga dikirim sebagai pengantin penolak bala bagi orang lain..... Lelucon yang luar biasa! Dialah yang selalu membantai...