Bintang

976 37 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Pikiran pria tampan bernama bintang masih terus di penuhi oleh samudra mahasiswa berprestasi yang tak sengaja bertatapan dengannya, entah apa yang sedang ia pikirkan tak ada seorang pun yang mengetahuinya.

Lamunan bintang buyar begitu pundaknya di tepuk lembut oleh seseorang, kepalanya menoleh dan ia tersenyum mendapati pria paru baya tengah menatapnya sendu.

"Pa,,," panggilnya lembut

"Papa kenapa keluar? Papa kan masih sakit, kalau penyakit papa kambuh bagaimana ?" Tutur bintang khawatir pada papa-nya.

"Papa sudah tidak apa-apa nak, papa tidak bisa tidur dan melihatmu bekerja sendirian. Kamu sudah bekerja keras dan kurang tidur 3 hari ini" ucap papa-nya

Bintang tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya membantu papa-nya duduk karena kesulitan. Kemudian bintang masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil sarung.

Entahlah, apa tempat tinggalnya itu layak disebut rumah atau tidak. Tempat kumuh, dinding koran dan barang bekas lainnya, tenda bekas sebagai atapnya itupun sudah bolong dimana-mana dan sekeliling rumahnya itu di hiasi oleh tumpukan sampah bekas yang ia pungut setiap harinya seperti botol bekas, gelas plastik, dan barang rongsokan lainnya.

Bagi orang awam, mungkin tempat itu tidak layak dan menjijikan tapi bagi bintang dan papa-nya itu adalah anugrah.

"Kalau papa tidak kuat, papa masuk saja biar pekerjaan ini bintang yang selesaikan" ingat bintang kembali

Papa-nya mengangguk tersenyum, ia bangga karena mempunyai anak seperti bintang. Pekerja keras dan penyayang.

Malam sudah mulai larut dan keduanya masih setia membersihkan dan memilah barang bekas yang akan dijual esok hari.

Pria yang lebih tua itu memeluk tubuhnya, batuk terus menghampirinya dan wajahnya sudah memucat membuat sang anak benar-benar khawatir.

"Kan sudah bintang bilang pa, papa harusnya istirahat saja di dalam" tutur bintang menasehati

Ia membantu membaringkan tubuh papa-nya di atas tumpukan kardus bekas, memberi minum dan kembali menyelesaikan pekerjaannya.

"Besok papa istirahat saja, biar bintang yang menjual barangnya" ucapnya sebelum benar-benar pergi

"Maafin papa ya nak, papa hanya menambah beban kamu" ucapnya dengan perasaan bersalah

"Ngga ya, papa bukan beban dan tidak merepotkan bintang sedikit-pun. Sekarang papa tidur" pinta bintang memeluk tubuh papa-nya.

.
.
.
.

"Obat papa sudah habis, beras juga sudah habis. Semoga hari ini hasil jualannya cukup untuk membeli obat dan beras" monolog bintang sembari mndorong gerobak yang penuh dengan beberapa karung barang bekas.

LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang