DISCLAIMER!!
➷Cerita ini benar benar fiksi, the real fiksi
➷Jangan plagiat!
➷Banyak kata kata kasar
➷Banyak typo
➷jadilah pembaca yang bijak
➷don't forget give me vote abis kalian baca disetiap chapter nyaTHANKYOU FOR ATTENTION GUYS
HAPPY READING♡💌💌💌
Duduk di meja makan sambil memperhatikan seorang pemuda yang sedang sibuk berkutat di depan kompor, aroma masakannya membuat Caca pening sangking sedap harumnya, berkali kali ia meneguk ludahnya karena aroma sedap itu. Membenarkan duduknya walaupun sudah benar, lalu menatap kembali orang itu.
Sudah tampan, mapan, pintar masak lagi. Hampir saja memenuhi kriteria Caca, tapi sayangnya orang ini termasuk jajaran Cowok bendera merah yang harus dijauhi. Gelengan kepala dari Caca dan decakan pelan menandakan menyayangkan orang seperti Arjuna Langit Sabiru. Emang ya lo cakep lo aman.
Orang yang dari tadi ia bicarakan di dalam hati sudah selesai dengan kesibukannya, sekarang Arjuna sedang menyusun keperluan makan mereka.
Kenapa tidak membantu dan cari muka? Caca saja datang kesini di paksa. Biarkan lah orang ini mau ngapain aja, selagi itu aman dia diamkan. Makanan ini sebagai sogokan agar dirinya tidak memutuskan hubungan Rere dan Arjuna.
Ya, Caca ingin memutuskan hubungan mereka, karena ingin selama hidupnya di sini tetap aman damai dan tentram. Setelah bangun dari pingsannya, Caca menyadari kalau ia terbangun di tempat yang ia sama sekali tidak tahu, dan dengan orang yang ia tidak kenal. Saat bertanya nama cowok cakep yang disebelahnya, Caca langsung shock dan reflek minta putus.
Arjuna yang dilanda kebingungan karena gadis yang baru menjadi kekasihnya satu bulan ini, mengira Rere nya ini butuh makan bukan putus. Jadi dibawa lah pacarnya ke apartemennya, dan selama perjalanan gadis itu hanya diam tidak mengeluarkan suara apapun.
"Dimakan oke? kamu pasti lapar banget. Kalo kurang bilang ke aku ya? Selamat makan, sayang."
Waduh, siaga satu kawan!
Caca tidak membalas perkataan halus dari Arjuna si buaya darat itu, dan juga tidak menyentuh makanan yang sudah di siapkan. Gadis itu masih jual mahal dan masih dengan ego yang tinggi. Padahal Caca tipe tidak bisa mengabaikan makanan, karena menurutnya itu hal yang tidak sopan dan tidak baik. Caca mematung saja, tidak bergerak dari tempat, dan arah matanya memandang Arjuna yang siap makan juga.
Merasa diperhatikan, Arjuna menoleh kearah gadis di sampingnya. "Kenapa? Ga suka ya?" tanyanya dengan beruntun, matanya menunjukkan kekhawatiran. Merasa tidak dijawab, Arjuna bergegas berdiri dan membuat makanan lagi dengan menu yang berbeda. Tapi tertahan dengan kalimat yang keluar dari mulut Rere nya itu.
"Gua mau putus, Bang."
"Bang? Aku bukan abang kamu, tapi pacar kamu." Mendengar sahutan Arjuna yang tegas, membuat Caca langsung mengantupkan bibirnya.
Matanya pun langsung menajam, Arjuna tapi masih menahan emosinya, lalu bertanya dengan tenang. "Kenapa mau putus, hm? aku ada salah? Ayo jelasin ya, aku bingung kenapa kamu minta putus."
Cercaan dari Arjuna yang begitu santai, tenang, kalem, dan lembut, membuat jantung Caca berdegup kencang. Lemah sekali kalau Caca dihadapkan dengan Cowok yang tidak bisa kasar dengan Ceweknya, seperti Arjuna ini. Walaupun Arjuna ini lebih muda, tapi tetap saja ia merasa kalau brondong ini lebih tua darinya.
Dirinya heran kenapa kalau dengan Daizy, si tokoh utama perempuan dalam cerita. Bawaan Arjuna marah marah mulu kayak cewe pms, egonya tinggi sekali, dan suka main tangan. Apa Arjuna tulus mencintai Rere? Dan dengan Daizy hanya ketertarikan sesaat? Aduh kepalanya menjadi pening.
Melihat pacarnya hanya diam, Arjuna duduk kembali, "hey kok bengong? Masih sakit ya kepalanya?" tanyanya.
Caca tersentak kecil, menjawab pertanyaan Arjuna dengan gelengan kecil. Tidak memperdulikan isi kepalanya yang di penuhi pertanyaan yang ia tidak bisa jawab, gadis yang baru saja mengalami kejadian aneh itu segera menyantap makanan yang sudah di sediakan Arjuna. Tidak tahu malu emang, Caca tidak memperdulikan sikapnya, sekarang dia hanya perlu makan. Mana tahu otaknya bisa bekerja saat perutnya terisi penuh.
Arjuna menatap gadis yang tadi minta putus kepadanya sekarang sedang memakan masakannya dengan lahap, senyum kecil terbit dari wajah tampannya itu. Lucu nya mahkluk di depannya ini, "makan yang banyak ya, sayang." Setelah mengatakan itu, Arjuna mengelus kepala gadisnya dengan lembut. Benar kan? Rerenya hanya butuh makan bukan putus.
Dasar cowok fiksi! Ada aja tingkahnya, asu!
💌💌💌
Setelah makan, Arjuna menawarkan untuk Caca bersih bersih, langsung ditolak sama Caca. Ya lagian ini tempat tinggal cowok, mana cuman berdua kayak gini, kan kalau ada apa apa gimana. Walaupun Arjuna baik kepadanya, jaga jaga apa salahnya kan?
Ini juga pertama kalinya Caca berduaan dengan cowok, dulu dia tidak pernah seperti ini dengan cowok cowok. Jangankan berduaan, setiap ada cowok yang menghampirinya langsung jaga jarak, walaupun di ruangan itu banyak orang. Caca mempunyai ketakutan sendiri dengan kaum adam, bukan karena sok suci. Makanya dari tadi ia terlihat was was.
Sekarang dia di ruang santai apartemen cowok itu, sedangkan Arjuna izin bersih bersih. Caca memperhatikan televisi dengan serius, demi apapun melihat berita ia suka sekali.
Tiba tiba suara kunci digital pintu apartemen terdengar, menandakan ada yang ingin masuk kedalam apartemen. Seketika Caca menjadi tambah was was, takut kalau yang datang itu adalah anggota geng Arjuna. Bisa mati seketika kalau Caca di kelilingi sekumpulan cowok. Dia sudah mengambil ancang ancang untuk menahan orang orang itu.
Tapi tidak ada terdengar keributan, hanya ada suara satu orang berjalan. Dan ketakutannya itu salah besar, ternyata yang datang adalah seorang gadis dengan potongan rambut sebahu. Caca langsung terpana melihat kecantikan gadis itu.
Daripada dikelilingi cowok, Caca lebih baik dikelilingi cewek.
💌💌💌
![](https://img.wattpad.com/cover/358517085-288-k440962.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Writer Of Destiny: happiness for all the characters
Подростковая литература"Setiap penulis pasti akan membuat sang 'tokoh utama' mendapatkan citra baik dari para pembaca, dan selalu menjadi si 'protagonis'. Sedangkan si 'tokoh antagonis' tetap menjalankan sesuai dengan perannya, walaupun latar belakang tokoh itu buruk. Akh...