07. Peran yang tidak diperlukan

59 8 0
                                    

DISCLAIMER!!

➷Cerita ini benar benar fiksi, the real fiksi
➷Jangan plagiat!
➷Banyak kata kata kasar
➷Banyak typo
➷jadilah pembaca yang bijak
➷don't forget give me vote abis kalian baca disetiap chapter nya

THANKYOU FOR ATTENTION GUYS
HAPPY READING♡

💌💌💌

Motor yang dikendarai oleh Kevin berhenti di depan rumah minimalis yang kelihatannya tidak berpenghuni, karena banyak nya rumput liar di taman kecilnya itu. Caca istighfar didalam hati melihat kondisi rumah Rere, tidak terawat banget.

"Rumah lo ga di bersihin berapa hari bang, kotor banget astaghfirullah. Kebersihan itu sebagian dari iman, ya allah pantes iman lo ga kuat." Caca ngomel ngomel kepada pemilik rumah asli, alias Kevin.

Sedangkan Kevin tidak mengindahkan omelan, ia meninggalkan sang adik yang menurutnya aneh. Padahal itu rumahnya juga, kenapa heran melihat keadaan rumahnya sendiri. Pemuda itu masuk ke dalam rumahnya, "masuk, ayah udah nungguin lo."

Caca berhenti mengomel, lalu mengikuti Kevin masuk ke dalam rumah itu. Dari luar rumah kelihatan tidak terawat, apalagi dalamnya. Ingin menangis saja Caca ini. Dia itu anak perempuan yang sudah diajari oleh neneknya untuk menjaga kebersihan, ya walaupun agak ngeyel dikit, tapi saat tinggal sendiri ia bisa merawat kosannya yang berukuran sepetak itu. Melihat rumah ini rasanya Caca ingin pingsan saja.

"Dapet berapa kamu? ga sia sia kan ngejalang semalem."

"Hah?" Cengo Caca. Tiba tiba saja pria paru baya itu mengatakan seperti itu, Caca ya bingung lah. Pria dihadapan nya ini pasti Ayah dari Kevin dan Rere, jauh dari kata Hot Daddy. Ekspetasi Caca kalau Ayah Adisetiawan ini tampan, dan mirip lah dengan Kevin, ternyata tidak. Huhh kecewa deh Caca.

Plak!

"Aww anj- astagfirullah!" Caca tiba tiba di tampar oleh Adisetiawan, hampir saja ia mengatakan hal yang tidak tidak di depan orang tua. Seumur hidup Caca, ia tidak pernah di tampar.

Terlihat Adisetiawan menatap anak gadisnya dengan marah, ia pun mencengkram dagu anaknya itu dengan kuat. Caca yang diperlakukan kasar oleh orang lain hanya bisa diam, dengan mata yang berkaca kaca, dan sorot mata yang terlihat marah.

"Kamu jangan bikin beban saya bertambah berat dengan kelakuan kamu, sekali lagi kamu ngejalang lagi, saya usir kamu dari rumah ini." Setelah mengatakan itu, Adisetiawan menghempaskan cengkraman itu dengan kuat, sampai Caca jatuh ke lantai.

Ga di kehidupan nyata, ga di tulisan gua sendiri. Peran ini yang ga perluin, cuman ganggu pemeran lainnya aja.

💌💌💌

"Saya bisa jadi anak pertama, bisa juga jadi anak kedua."

Gitu lah kalau Caca ditanya anak ke berapa. Jujur Caca juga bingung harus jawabnya seperti apa, jadilah ia menjawab seperti itu. Kalau dibilang anak pertama, ia punya kakak perempuan, dan dibilang anak kedua, kakak perempuannya itu bukan anak kandung bundanya. Alias cuman kakak tiri, satu bapak, beda ibu.

"Bunda udah meninggal sejak saya masih umur 9 tahun, dan ayah saya menikah lagi."

Kalau orang bilang, lebih baik ditinggal duluan oleh Ayah daripada Ibu. Caca akan berteriak paling keras membenarkan kalimat itu. Nyatanya itu benar sekali bagi kehidupan Caca, yang ditinggal mati oleh ibunya saat masih kecil. Setelah kematian ibunya dua tahun, ayahnya kembali menikah untuk ketiga kalinya dengan tetangganya.

"Sekarang saya tinggal sama nenek dan tante saya, adik adik saya juga tinggal di sana."

Sejak ayahnya menikah lagi, kehidupan Caca berubah dengan singkat. Caca tidak menyalahkan pernikahan itu, ia menyalahkan dirinya sendiri, karena ia pikir kalau ayahnya menikah lagi ayahnya ada yang merawat. Itulah pemikirannya saat kecil. Tapi setelah setahun ayahnya menikah lagi, Caca tidak nyaman dengan perlakuan ibu tirinya. Jadi ia pindah ke tempat nenek dari ibu kandungnya.

Peran Ayah itu penting bagi pertumbuhan anak anaknya, tapi Caca dan adik adiknya kehilangan peran itu sejak kecil. Bahkan saat ibu mereka masih hidup, peran itu sudah hilang. Karena perekonomian mereka yang tidak stabil, kedua orang tua mereka berkerja, dan kerjanya beda daerah. Caca dan adik perempuannya tinggal dengan ibu kandung, sedangkan adik bungsunya sedari kecil memang tinggal dengan nenek dan tante.

Puncak kehilangan peran itu, saat ia tinggal bersama neneknya. Ayahnya tidak pernah berkabar dengan mereka, tidak memberi nafkah lagi, dan tidak menemui mereka lagi. Dan salah satu harapannya bertahan hidup, yang ibunya berikan kepada Caca dan adik adiknya, di gadai oleh ayahnya. Dengan alibi untuk membayar hutang, termasuk dengan tabungannya pun di rampas oleh ayahnya.

Bolehkah ia membenci Ayahnya?

"Kalo kamu benci sama ayah kamu, berati om sama tante udah gagal membesarkan kamu."

Tidak bisa, itulah jawabannya.

Caca benci hal itu, dimana ia tidak bisa membenci seseorang karena keluarga yang membesarkannya. Tapi betapa beruntungnya ia mendapatkan kerabat yang selalu mengingatkan kebaikan dan menjauhkan keburukan. Haha.

Maka dari itu, kebanyakan dari karya tulisnya bercerita tentang 'Daddy Issue'. Tanpa sadar ataupun disadari, tokoh yang ia buat pasti mempunyai masalah dengan Ayah. Seperti sekarang, di cerita Daizy, sang tokoh utama yatim sejak umur 9 tahun. Dan ternyata tokoh antagonis juga mempunyai masalah dengan ayahnya.

Sepenting itu Peran Ayah bagi Caca. Sampai di halusinasinya Caca tidak sanggup menulis sebaik apa peran Ayah itu.

💌💌💌

Bukan Caca aja, tapi aku juga

The Writer Of Destiny:  happiness for all the charactersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang