03. Sudah semaksimal mungkin

95 9 0
                                    

DISCLAIMER!!

➷Cerita ini benar benar fiksi, the real fiksi
➷Jangan plagiat!
➷Banyak kata kata kasar
➷Banyak typo
➷jadilah pembaca yang bijak
➷don't forget give me vote abis kalian baca di setiap chapter nya

THANKYOU FOR ATTENTION GUYS
HAPPY READING♡

💌💌💌

Selesai menenangkan Sahabatnya yang menangis, Melysa berinisiatif membuatkan makanan untuk sahabatnya. Caca yang melihat Melysa yang mondar mandir di dapur milik Arjuna heran, dia sudah bilang tadi kalau dia sudah makan, tapi lihat lah yang dilakukan oleh gadis karakternya itu. Ya sudahlah tidak apa apa, Caca masih bisa menampung makanannya.

Ada yang melintas dibenak Caca, spontan ia bangun dari kursinya. "Mel lo hmm lo ga di apa-apain kan sama Kev- Kak Kevin?" Dengan keringat dingin yang keluar dari dahinya, Caca menanyakan hal sensitif itu kepada Melysa.

Ada hal dua kejadian sang tokoh utama masuk rumah sakit. Pertama, Daizy masuk rumah sakit saat awal mula cerita itu di mulai. Dan yang kedua, saat Daizy pingsan di rooftop sekolah. Jadi ia tidak tahu pasti, Arjuna menjenguk Daizy saat masih koma jatuh dari tangga atau pingsan di rooftop.

Melysa yang mendengar pertanyaan itu seketika menghentikan aktivitasnya. Tangannya menggenggam erat adukan adonan, matanya yang ditutup, dan dadanya yang sesak. Melihat reaksi Melysa, Caca jadi merasa bersalah. Matanya yang belum pulih karena tadi menangis, sekarang sudah ingin mengeluarkan air mata itu lagi.

Caca mendekati Melysa lalu memeluknya dari samping, "maaf Melysa, maafin gua. Gua terlalu semena mena sama lo, maaf."

Melysa menggelengkan kepalanya, "ga Re, ini bukan salah kamu. Jadi jangan nangis ya." Melysa mengatakan itu dengan tulus, membuat Caca semakin bersalah.

Kenapa tokohnya yang satu ini hatinya seluas samudera? Melysa terlalu baik untuk hanya menjadi tokoh tambahan, yang pula berakhir tragis. Nasibnya harus segera di ubah, Melysa harus berakhir bahagia bersama anaknya.

Anak? Apa Melysa sudah mengandung anaknya?

Kalau belum harus segera ditunda, "Mel gua bantu lo, kita harus cegah apa yang belum seharusnya di sini." Caca mengatakan itu dengan senggukan, seraya menatap perut Melysa. Ya, mencegah kehamilan Melysa salah satu cara agar nasibnya berubah.

"Apa yang mau dicegah lagi? Dia udah ada di sini."

Untuk ketiga kalinya Caca menangis, Melysa yang punya masalah sendiri saja menangis nya tidak sebanyak itu. Ah, sahabatnya menjadi lebih lembut hatinya, dirinya sangat bersyukur. Tapi kalau nangis terus, Melysa yang akan diinterogasi oleh Arjuna. Betapa protektifnya Kakak tirinya itu terhadap, dirinya, Rere, ibu tirinya, dan kakak perempuannya. Satu lagi, Cetriana Daizyana Vretions Sahabat Arjuna sendiri (sekaligus si pemilik tubuh tokoh utama).

Melysa mengelus kepala sahabatnya itu, "udah ya, ga ada yang perlu disesali lagi. Nasi udah jadi nasi bungkus, Re."

Seketika tangis Caca terhenti karena kalimat terakhir Melysa. Benar benar tokoh mencerminkan pribadi penulisnya, jadi tidak heran lagi.

Gadis yang baru saja mengeluarkan lelucon itu tertawa, melihat sahabatnya menatapnya dengan datar. Caca yang melihat Melysa tertawa jadi ikut tertawa juga, humor nya receh sekali. Bahagia itu datang dari hal kecil, begini saja membuat Melysa tertawa, apa lagi kalau ia sengaja membuat Melysa bahagia.

Caca mengentikan tawanya, lalu melepaskan pelukan mereka dan menangkup wajah Melysa. "Mel gua bakal bikin lo bahagia, gua ga mau bikin lo sedih lagi. Untuk urusan lo yang hamil, kalo si brengsek ga mau tanggung jawab, biar gua yang tanggung." Caca mengatakan itu dengan serius. Ia akan tanggung semuanya.

The Writer Of Destiny:  happiness for all the charactersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang