DISCLAIMER!!
➷Cerita ini benar benar fiksi, the real fiksi
➷Jangan plagiat!
➷Banyak kata kata kasar
➷Banyak typo
➷jadilah pembaca yang bijak
➷don't forget give me vote abis kalian baca disetiap chapter nyaTHANKYOU FOR ATTENTION GUYS
HAPPY READING♡💌💌💌
Cantika menatap sengit Atlanta, yang ditatap menggelengkan kepalanya karena merasa tertuduh. Gadis berhijab itu menghela nafas, lalu menghampiri adik kelasnya dan memeluknya. Caca pun membalas pelukan, ia melirik Atlanta sambil tersenyum sombong. Atlanta melihat itu pun agak sedikit kesal.
"Biarin lah No. Bener kata Rere, kita ga bisa lari dari masalah." Cantika berkata dengan demikian, ia mendukung Caca untuk menemui Arjuna.
Lantas itu membuat Reano dan Atlanta melayangkan tatapan protes, "tapi Can-"
"Kita ga perlu sejauh itu buat ikut campur urusan mereka, bantu juga ada batasannya. Ngerti tuan muda Reano?" Perkataan Reano langsung di interupsi oleh Cantika, mau tidak mau Reano mengangguk mengerti.
THE POWER OF CANTIKA!
"Yaudah gua pulang duluan, pacar gua minta jemput," pamit Reano seraya berjabat tangan ala cowok ke Bara, Atlanta, dan Cerry. Pemuda bersurai blonde itu menunjuk kearah Caca, "lo kalo mau ketemu cowok lo, sama gua atau sama yang lain, jangan pernah sendiri. Ngerti, Adisetiawan?" peringatnya.
Caca memutar bola matanya dengan malas, sungguh keberanian dari mana ia bertingkah seperti ini kepada orang yang paling ia segani sendiri. "Dimengerti, tuan muda Sanjaya," jawabnya tanpa semangat. Itu membuat seisi meja terkekeh, kecuali Atlanta. Pemuda berkulit tan itu tertawa puas, seakan-akan melihat adik kelasnya menderita adalah kebahagiaannya.
"Lah? kapan tuh jamet pulang No?" tanya Cerry.
"Dua hari yang lalu Ce, pindah sini doi," jawab Reano.
"Baguslah, biar lo ga bolak balik jakarta-batam cuman gara-gara kangen Enny doang," sahut Bara.
Caca yang mendengar itu matanya langsung memancarkan binar. Enny Natafia Vertions, kekasih hati Reano, dan sepupu dari tokoh utama. Tokoh yang akan muncul di novel Melysa, tapi sekarang gadis itu akan muncul dihadapannya tak lama nanti. Peran tokoh Enny ini tidak penting, Caca hanya menyukai visual yang ia berikan kepada tokoh itu. Enny bukan lah female lead, tapi main visual di cerita Daizy dan Melysa. Visualnya sangat amat di luar nalar.
Cocok untuk bersanding dengan tokoh Reano, yang visualnya sangat amat cakep. Teringat saat pertama kali Caca bertemu dengan Reano. Tidak berteriak seperti saat ia bertemu dengan Atlanta, tapi ia mengeluarkan air mata sangking tampannya Tokoh Reano ini.
"Bang Rean, nanti bawa pacarnya main ke sini ya?" pinta Caca.
Semua yang dimeja mengenyitkan dahinya bingung, kecuali Cerry, ia paham kenapa adik kelasnya itu ingin bertemu kekasih Reano. "Heleh! Bilang aja lo mau ketemu sama ceweknya Reano, kan?" tanya Cerry memastikan.
Yang ditanya tersenyum malu malu, "jangan jeles gitu dong beb, di hati aku kamu nomor tiga kok." Caca mengatakan itu sambil menyoel tangan Cerry genit, matanya pun berkedip dengan lentiknya.
Cerry melirik malas, "cih tiga?" gumamnya.
Caca menegakkan tubuhnya, lalu ia berlaga seperti berfikir menghitung dijari-jarinya. "Iya lo ketiga, pertama itu Giselle aespa, terus kedua Mbak Can, nah yang ketiga baru lo." Ucapnya dengan bangga, dan lagi lagi membuat seisi meja tertawa, begitupun Cerry. Entah kenapa, ini emang lawakannya Caca yang bagus, atau mereka yang terlalu receh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Writer Of Destiny: happiness for all the characters
Random"Setiap penulis pasti akan membuat sang 'tokoh utama' mendapatkan citra baik dari para pembaca, dan selalu menjadi si 'protagonis'. Sedangkan si 'tokoh antagonis' tetap menjalankan sesuai dengan perannya, walaupun latar belakang tokoh itu buruk. Akh...