19. Demi ayang

34 5 0
                                    

DISCLAIMER!!

➷Cerita ini benar benar fiksi, the real fiksi
➷Jangan plagiat!
➷Banyak kata kata kasar
➷Banyak typo
➷jadilah pembaca yang bijak
➷don't forget give me vote abis kalian baca disetiap chapter nya

THANKYOU FOR ATTENTION GUYS
HAPPY READING♡

💌💌💌

Sistem belajar di SMA Darma Jaya alias SMA DJ, sama dengan sistem sekolah Caca dulu. Maksudnya, meskipun badai hujan, acara acara besar, atau kesempatan untuk jam kosong kepala sekolah akan tetap membuat mereka belajar.

Seperti sekarang, ada acara bazar yang diadakan oleh murid murid kelas sebelas, tapi murid murid seperti Caca- anak kelas sepuluh harus belajar terlebih dahulu baru meramaikan bazar tersebut. Caca sih tidak kaget lagi, tapi teman sebangkunya yang baru tidak berhenti menyumpah serampah sistem sekolah ini.

Nama teman barunya ini Adisty Anindya alias si Fara, sekilas kalau dilihat lihat seperti teman sebangkunya dulu saat masih kelas sepuluh. Cerewet dan lemot, ciri khas sekali temannya ini. Adisty itu Fara versi sebelum punya pacar.

"Kalo ga sekarang, kapan lagi anjir?!" Adisty tak ada hentinya berucap seperti itu, ini sudah ketiga kalinya ia mengulang kalimat ini. "Pas udah istirahat mah cuman dapet hikmahnya," gerutunya.

Caca tidak tertarik dengan bazar, dari dulu hingga sekarang. Dulu alasannya tidak punya uang yang cukup, sekarang alasannya males bergerak alias mager. Walaupun dulu uang jajannya pas pasan, tapi ia akan tetap ikut temannya ke bazar, suka aja gitu.

"Lo pesen sama mbaknya aja lewat WA, kan ada tuh yang kasih brosur di GC." Akhirnya Caca mengeluarkan ide teman kelasnya dulu saat ada bazar seperti ini.

Adisty tidak menerima ide cemerlang Caca. "Sama aja boong Re, walaupun udah mesen pasti yang di kasih yang duluan dateng ke sana," ucap gadis itu dengan lesu. "Yaudah lah, lagian pasti udah abis, bentar lagi juga bel istirahat," lanjutnya.

Melihat temannya cemberut, Caca tersenyum gemas sambil menepuk belakang kepala Adisty. "Makan bekal aja udah," kata Caca. Adisty mengangguk lesu sebagai tanggapannya.

Bel istirahat pun berbunyi, guru yang mengajar langsung memperbolehkan anak muridnya ke bazar. Anak anak kelas di sini dari tadi membujuk guru kimia mereka untuk di perbolehkan ke bazar, tapi dilarang takut di tegur sama kepala sekolah. Waktu di sekolah yang dulu, wali kelas Caca memperbolehkan mereka ke bazar, tanpa takut di tegur.

Semuanya berbondong-bondong ke bazar, walaupun mereka tahu bakal dapat hikmahnya saja, tapi masih ada kantin. Tinggal lah Caca dan Adisty yang di kelas, yang dimana Adisty masih menggerutu kesal seraya membuka bekalnya.

"Loh Re? Mana bekal lo?" tanya Adisty bingung.

Ah iya, hari ini Caca dan Cantika kesiangan, jadi tidak ada yang membuat sarapan maupun bekal. Jadilah perut Caca kosong dari pagi, ada sih uang saku, tapi ia malas sekali beranjak dari kursi ini.

"Pada kesiangan, jadi ga bawa gua," jawab Caca.

"Terus? Mau beli dulu? Ayo gua temenin," tawar Adisty. Tapi Caca menggeleng menolak ajakan temannya, sudah telanjur lemas melihat rumus rumus kimia. "Yaudah kalo ga mau, ini makan bareng bareng aja. Mama gua masak terong sambel aja sih," lanjut Adisty sambil mendorong kotak bekalnya ketengah meja mereka.

Caca menerima dengan suka cita, karena sudah lama ia tidak memakan makanan kramat ini. Dulu, tantenya kalau beri bekal pasti tidak jauh jauh dari terong sambil, atau tumis labu siam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Writer Of Destiny:  happiness for all the charactersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang