DISCLAIMER!!
➷Cerita ini benar benar fiksi, the real fiksi
➷Jangan plagiat!
➷Banyak kata kata kasar
➷Banyak typo
➷jadilah pembaca yang bijak
➷don't forget give me vote abis kalian baca disetiap chapter nyaTHANKYOU FOR ATTENTION GUYS
HAPPY READING♡💌💌💌
"Haechan anjirt," gumam Caca tidak menyangka.
Cantika mendekati adik kelasnya yang terlihat shock melihat sahabatnya itu, gadis itu menatap khawatir Rere. Bara dan Cerry menghampiri keduanya, begitu juga dengan pemuda basah kuyup itu.
Caca pun kembali berteriak, "AAAAAAA HAECHAN LIAT GUA, MAMAK LIAT CALON MANTUMU INI AAAAAA."
Cantika terkejut mendengar teriakan Rere, mulutnya menganga kecil, begitu juga dengan Bara dan Cerry, tapi mereka berdua terlihat tidak terima. Sedangkan yang diduga idol Korea ini terkekeh kecil, ia menggaruk tengkuknya.
"Gua emang semirip itu sama idol koriyah, tapi gua bukan Haechan. Kenalin gua Samudera Atlanta, orang yang ga kalah ganteng dari Haechan, bisa dibilang gua kembaran Haechan yang hilang haha." Atlanta mengulurkan tangannya, berniat untuk berkenalan dengan gadis yang berada di samping Cantika. Tapi gadis itu malah berteriak kembali, membuat dirinya tersenyum canggung.
Cantika yang menyaksikan sahabatnya yang kebingungan tertawa kecil, sangat lucu melihat interaksi keduanya ini, apalagi adik kelasnya seperti baru melihat Atlanta, padahal mereka semua satu sekolah. Berbeda dengan Cantika yang gemas, Bara dan Cerry menatap malas Atlanta yang narsis, keduanya kompak membuat membentuk gestur ingin muntah saat sahabatnya itu mengakui dirinya kembaran Idol Korea. Padahal menurut mereka, Atlanta tidak ada mirip-miripnya dari idol Korea itu sendiri.
"Mirip darimananya coba?" gumam Bara heran.
"Iya kan? Mata Rere kelilipan kali ya?" Sahut Cerry sambil berbisik kepada Bara.
Bara mengangguk membenarkan ucapan Cerry. Keduanya tidak terima saat ada yang memuji Atlanta, kerena mereka berdua haters garis keras Atlanta. Jadi mereka tidak suka melihat Atlanta menjadi meninggi saat dipuji seperti itu, apa lagi di mirip kan dengan laki laki kedua yang disukai Cantika.
Berbeda dengan Cerry dan Bara, Cantika membenarkan apa yang dibilang adik kelasnya itu, Atlanta mirip dengan idol Korea itu. "Haduh Rere Rere, lo gemesin banget sih? Coba itu dibales dulu salaman dari Kak Atlanta nya."
Caca menoleh kearah Cantika yang tersenyum, lalu menoleh lagi kearah Atlanta. Kenapa ia lupa kalau orang yang ia sangka mirip orang kesayangannya itu adalah jodoh Cantika dimasa depan nanti, di dalam hati Caca berdecak kecewa. Lagi lagi cowok orang yang ia suka sudah mempunyai orang dicintai, ada apa sih dengan dirinya? Walaupun begitu, Caca tetap senang kalau dirinya versi fiksi itu berjodoh dengan orang baik seperti Atlanta.
"Ga mau kenalan nih sama Haechan KW?" goda Atlanta. Bara menahan Cerry untuk tidak menerkam Atlanta yang mulai tidak tahu diri itu.
Caca tersenyum canggung, ia menangkup kedua tangannya, lalu mengangguk sekilas. "Cas- Rere, panggil aja gitu." Walaupun orang didepannya ini mirip sekali dengan orang kesayangannya, tapi tetap saja dia adalah lawan jenis, Caca anti sekali berkontak fisik dengan lawan jenis.
Melihat tindakan Rere, Atlanta menarik tangannya. Cerry sudah tertawa kencang, begitu juga Bara, tapi tidak sekencang Cerry. Cantika tertawa kecil, menepuk pundak adik kelasnya dengan bangga.
"Salam kenal ya, Rere."
"Iya, Kak."
➷♡➹
"Udah tau hujan kenapa masih di terobos sih Atlanta, astaghfirullahalazim. Kalo lo sakit gimana, hah?!"
"Takut kelamaan, ntik."
"Ya gapapa lah, daripada lo jadi sakit. Untung lo ga kenapa napa Atlanta, kalo kepeleset gimana? Haduh pusing banget gua."
Cantika mengomeli Atlanta dengan puas, Atlanta yang diomelin hanya bisa menjawab seadanya, takut kena semprot lebih.
Sedangkan Cerry, Bara, dan Caca menonton sambil memakan cemilan yang dibawa Atlanta. Baik Cerry ataupun Bara tidak ada yang ingin menghentikan Cantika, biarkan Atlanta menderita dengan omelan maut Cantika. Kalau ada pacar Cerry, pasti pemuda itu yang akan melerai, sayangnya orang itu sedang berada di negeri kincir angin untuk melanjutkan studinya.
Caca sendiri merasa campur aduk, senang karena mereka saling peduli, sedih karena Atlanta ada yang punya. hiks
"Lo kayaknya jaga jarak sama cowok, tapi pacaran itu maksudnya gimana?" tanya Bara. Pemuda itu merasa begitu, karena tadi Adik kelasnya itu menolak berjabatan tangan dengan Atlanta, sekarang duduk didepan Cerry yang sedikit jauh dari dirinya. Bukan merasa tersinggung, tapi Bara merasa heran saja.
Gadis yang ditanya begitu menggaruk kepala bagian belakangnya, "yaaa, akhir akhir ini gua dapet hidayah kak, gua juga udah minta putus ke buaya- eh maksudnya Kak Arjuna, tapi dianya ga mau." Caca menjelaskan dengan sedikit kebohongan, mana bisa ia bicara tentang dirinya yang bukan Rere yang asli.
Cerry mengangguk anggukan kepalanya mengerti, "bagus bagus kalo gitu. Pantes aja lo ga kasih tau keadaan lo yang begini, ternyata lo mau minta putus." Cerry berucap sambil mengusap matanya yang hampir mengeluarkan air mata lagi, ia masih emosional tentang luka di tubuh Rere.
Bara menepuk-nepuk kepala Cerry, "emang bisa kalian bisa jauhan? Keliatan kalo lo berdua ga bisa di jauhin." tanya pemuda itu lagi.
"Kalo gua sih bisa, tapi ga tau yang lain."
Bara tidak mengerti apa yang dimaksud dari jawaban itu.
💌💌💌
Matahari sudah tidak memunculkan cahayanya, Bulan sudah menggantikan Matahari untuk menyinari dunia dengan cahaya redupnya. Di bawah sinar itu, terdapat manusia yang sedang mengamati sang rembulan. Matanya terlihat satu, terdapat keputusasaan, rambutnya sudah tidak beraturan, kacau singkatnya.
"Kangen Re, aku kangen."
Sudah dari matahari ada sampai digantikan Bulan, Arjuna belum menemukan Rembulannya. Seluruh tempat yang pernah menjadi tempat singgah mereka pun ia tidak menemukan gadisnya, di rumah gadis itu pun terlihat kosong, Arjuna sangat kelimpungan mencari Rere.
"Aku harus cari kamu kemana lagi?"
💌💌💌
KAMU SEDANG MEMBACA
The Writer Of Destiny: happiness for all the characters
Random"Setiap penulis pasti akan membuat sang 'tokoh utama' mendapatkan citra baik dari para pembaca, dan selalu menjadi si 'protagonis'. Sedangkan si 'tokoh antagonis' tetap menjalankan sesuai dengan perannya, walaupun latar belakang tokoh itu buruk. Akh...