16. Sebuah janji penulis

57 6 0
                                    

DISCLAIMER!!

➷Cerita ini benar benar fiksi, the real fiksi
➷Jangan plagiat!
➷Banyak kata kata kasar
➷Banyak typo
➷jadilah pembaca yang bijak
➷don't forget give me vote abis kalian baca disetiap chapter nya

THANKYOU FOR ATTENTION GUYS
HAPPY READING♡

💌💌💌

Setelah berdebat dengan Atlanta kemarin, di bantu juga oleh Cantika, dan beradu otot-ototan dengan Reano tadi pagi, di bantu juga oleh Enny. Kini Caca berdiri di dipinggir trotoar menunggu Arjuna menjemputnya, dan di awasi dari dalam cafe Bara oleh Reano and the geng. Kadang ia menoleh  kearah dimana perkumpulan muda mudi berdiri untuk mengawasi dirinya, Reano dan Atlanta terlihat melipat tangannya didepan dada seraya menatap fokus kearah dirinya berdiri.

Kadang mereka berdua sedikit berlebihan, padahal bukan siapa siapa, hanya sebatas kenalan kakak dan adik kelas saja. Tapi Caca merasa hangat diperlakukan seperti itu oleh mereka, karena dari lama ia ingin merasakan gimana sih punya kakak laki-laki. Sebagai anak pertama tapi punya kakak perempuan, Caca selalu mendambakan kasih sayang seperti ia menyayangi adik adiknya, diperlakukan selalu seperti anak kecil.

Dan kini, Caca merasakannya. Ia selalu memberikan senyuman seakan-akan dia bakal baik baik saja, dan Reano pun membalasnya senyumannya sambil mengangguk mengerti. Kalau Atlanta sendiri masih memasang wajah datar, pemuda itu yang paling berat hati saat dirinya harus bertemu dengan Arjuna. Caca tahu kekhawatiran mereka, ia tahu betul itu. Tapi tak selamanya ia akan diam, karena bencana itu akan terjadi selama dekat ini. Dan juga, dirinya ingin pulang ketempat ia seharusnya. Adik adiknya masih sangat membutuhkannya, ia lah satu satunya yang mereka punya sekarang. Walaupun di sini Caca merasa aman dan damai karena di lindungi, tapi ia harus tetap pulang.

Mungkin setelah Rere kembali, mereka masih tetap menyayangi gadis itu seperti mereka menyayanginya. Caca akan meninggalkan kasih sayang ini, untuk tokoh yang ia buat menderita. Ini ganti untuk semua perjuangannya yang masih tetap hidup.

Hari ini, Caca ingin bicara secara pribadi dengan Arjuna. Maka dari itu, Atlanta dan Reano melarang dirinya pergi sendiri. Tapi dengan kekuatan pawang mereka masing-masing, mereka berdua dengan berat hati mengizinkan. Setelah mendapatkan izin, ia meminta Cerry memberi tahu Arjuna. Caca ingin tertawa mengingat kedua orang keras kepala itu mengiyakan segala omelan gadis yang mereka cintai, seperti suami takut istri. Semoga mereka berjodoh, itu do'anya.

"Eh buset," kaget Caca. Gimana tidak terkejut, tiba tiba sebuah motor hampir saja menabrak gerobak cilok yang agak menyamping di dekatnya.

Yang punya motor terlihat tergesa-gesa memarkirkan motornya, dan begitu juga dengan membuka helmnya. Terlihat wajah tampan Arjuna yang mimik mukanya terlihat sedu, pemuda itu berlari kecil, dan memeluk dirinya sangat erat.

Dada Caca bergemuruh hebat, matanya melihat ke sana-sini cemas, nafasnya sedikit berat. Entah kenapa ia selalu begini kalau di sentuh oleh lawan jenis, padahal ia tidak ada riwayat trauma kerena skinship dengan laki-laki. Tapi Caca selalu teringat dengan kenangan kenangan entah buruk atau baik.

"Aku kangen banget sama kamu, Re. Bisa mati aku kalo kamu ninggalin aku, jangan pernah tinggalin aku, sayang."

"Na jangan pergi, aku tau aku salah. Tapi jangan tinggalin aku dengan semua perasaan bersalah ini, tolong jangan pergi Na, aku mohon."

The Writer Of Destiny:  happiness for all the charactersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang