3

91 14 2
                                    

Hari minggu paling enak itu memang rebahan sambil main hp dan di sampingnya tersedia camilan, nikmat mana lagi yang kau dustakan?

"Aduh, pelan-pelan dong, Haru!"

Lamunan Junghwan buyar oleh suara teriakan kakak sulungnya. Dengan muka bantalnya dan piyama yang masih melekat di tubuhnya, Junghwan keluar untuk melihat situasi. Dia mengucek matanya yang masih perih sehabis tidur. Di depannya terlihat kedua kakaknya yang entah sedang apa, keduanya membelakanginya.

"Adek ikut!"

Setelah menyadari situasi, Junghwan dengan semangat berlari ke arah kedua kakaknya. Jangan lupakan senyum cerah dengan garis putih di pipinya. Dia mendapat tatapan jijik dari kedua kakaknya. Ya gimana tidak jijik, kalau Junghwan belum cuci muka, tapi sudah keluar rumah.

"Jorok ih adek. Cuci muka sana."

"Alah, adek mau ikut nanam bunga juga."

Bibirnya semakin maju dan kakinya menghentak bermaksud merajuk karena dilarang kakaknya. Melihat itu, Yoshi menggelengkan kepalanya. Kebiasaan banget adek bungsunya ini.

"Ah, Kak Haru! Adek basah nih!"

Haruto yang sudah gemes sama adiknya itu langsung merebut selang air di tangan Yoshi dan mengarahkannya ke muka bantal adeknya. Alhasil sekarang Junghwan basah kuyup. Sedangkan pelakunya malah tertawa keras. Lagi-lagi Yoshi hanya bisa menggelengkan kepala dengan tingkah ajaib adik-adiknya.

"Papa!"

"Mandi sekalian, dek."

"Bunda, Kak Haru nakal nih!"

"Ya lagian masih ileran begitu malah keluar rumah. Kan jorok, bun."

Papanya sih tidak peduli, malah asik menghitung batu kecil-kecil di hadapannya. Kalau bundanya tidak keluar, mungkin akan terjadi perang antara Haruto dan Junghwan, dan Yoshi yang kewalahan memisahkannya.

Akhirnya Junghwan masuk ke rumah untuk ganti baju sekalian mandi. Padahal hari minggu itu males banget kalau harus mandi pagi. Tapi karena Haruto, Junghwan harus siap bertemu dengan dinginnya air di pagi hari.

"Kak gantian dong. Haru mau nanam bunga juga."

Haruto menyodorkan cangkul ke depan wajah Yoshi yang langsung reflek mundur. Ngeri lah tiba-tiba dikasih cangkul depan muka.

"Nggak, kakak nggak bisa nyangkul."

"Ya kakak kan emang nggak bisa ngapa-ngapain."

Cangkul itu dilempar begitu saja ke tanah. Pelakunya sekarang sedang berjongkok di samping kakaknya, merebut bunga yang akan ditanam sang kakak. Dan dengan pasrah Yoshi mengambil bunga yang baru.

"Gimana sekolah kamu?"

"Baik."

Yoshi menatap heran sang adik. Ngerusuh terus. Tadi bibit bunganya diambil, sekarang sekop kecilnya juga ikut diambil. Matanya menatap pot kosong yang tinggal satu. Dengan cepat tangannya meraih pot itu, tapi ternyata Haruto juga melakukan hal yang sama. Dan pada akhirnya Yoshi kembali mengalah.

"Kapan ujian?"

"Bulan depan."

Yoshi membersihkan tangannya menggunakan air dalam ember di dekatnya. Semua bunga sudah ditanam, tinggal satu yang sekarang sedang dikerjakan Haruto.

"Kamu beneran nggak mau kakak ajarin?"

"Kakak kan sibuk. Kemarin aja kakak pulang malem. Mana bisa ngajarin Haru."

Haruto lebih fokus ke bunga yang dia tanam daripada atensi kakaknya. Karena Haruto tau kakaknya itu pasti sekarang sedang memasang wajah melas. Haruto tidak akan goyah, karena dia memang tidak ingin diajar sama kakaknya. Haruto males denger ocehan kakaknya, bikin otak makin panas.

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang