5

70 13 2
                                    

Suasana familiar di pagi hari. Suara pertemuan antara alat masak, aroma harum dari perpaduan rempah-rempah yang dipanaskan, dan guyuran air kran sebagai pelengkap. Chaeyoung sedang membuat nasi goreng omelet sesuai permintaan si bungsu kemarin. Dengan telaten dia menata semua masakannya di atas meja makan lalu memanggil penghuni rumah yang lain.

"Wah, nasi goreng!"

Plak!

"Tunggu papa kalian dulu."

Si bungsu yang matanya berbinar saat melihat nasi goreng kesukaannya langsung merengut sambil mengelus tangan kanannya. Tadi dia ingin mencicipi nasi gorengnya duluan, tapi digeplak sama bundanya.

Ketiganya duduk di kursi masing-masing, menunggu sang kepala keluarga dan si sulung. Selama sang bunda menyiapkan piring, mata si bungsu tidak lepas dari nasi goreng hangat di hadapannya yang terlihat sangat menggoda lidahnya.

"Papa sama Kak Yoshi lama banget sih."

Junghwan menyandarkan kepalanya di atas meja, wajah berbinarnya berganti kesal karena tidak bisa segera menyantap sarapannya. Sedangkan Haruto tetap cuek, matanya fokus melihat layar hpnya.

"Bun, kakak berangkat dulu ya."

Datang-datang Yoshi langsung mengambil roti isi yang memang selalu bundanya sediakan di rumah. Mencium pipi bundanya dan pergi dengan menggigit rotinya.

"Loh, kamu gak sarapan dulu kak?"

"Males, bun."

Yoshi mengangkat rotinya yang sudah dia makan sedikit itu ke arah bundanya. Memberi tau bundanya bahwa dia sudah kenyang dengan sarapan roti saja. Padahal alasan yang sebenarnya karena dia tidak mau satu meja dengan adik-adiknya. Yoshi akan benar-benar memenuhi permintaan adiknya yang sekarang pun tidak menoleh ke arahnya.

Tapi langkah Yoshi ditahan oleh bundanya. Sang bunda mengambil satu roti lagi dan memberikannya pada Yoshi. Pikir sang bunda, mana kenyang cuma satu lembar roti. Dan juga dia merasa aneh sama tingkah anak sulungnya. Jelas sekali tidak seperti anak sulungnya yang biasanya.

"Kamu mau kemana pagi-pagi begini udah berangkat?"

"Kelas pagi, bun."

"Ini masih jam 6, kampus kamu juga cuma di sebrang jalan. Kelas apaan jam 6 mulai?"

Yoshi menghela nafas. Dia melirik dua adiknya yang sudah mulai sarapan karena sang papa sudah hadir. Harus beralasan apa lagi ya dia. Bundanya tidak mudah percaya dengan alasan klasiknya.

"Mau ke kosan Junkyu dulu. Semalem abis begadang, jadi dia minta Yoshi buat bangunin karena dia kalo tidur kebo banget."

Tak! Tak! Tak!

Yoshi menelan ludahnya dengan susah payah. Suara tiga ketukan dari sendok papanya, itu berarti ada yang mengganggu papanya itu saat sedang makan. Dan Yoshi tau jika dirinya lah yang menjadi penyebabnya.

"Biarin aja kakak berangkat duluan, bun."

"Tapi pa—"

"Oke, makasih papa. Kakak berangkat dulu."

"Yoshi!"

"Nanti aja, bun!"

Yoshi menghilang dari pandangan mereka, terhalang oleh tembok rumah. Sang bunda memutuskan untuk duduk dan bergabung untuk sarapan bareng. Dia sedikit kecewa sama anak sulungnya karena dia sudah membuatkan nasi goreng spesial tanpa telur buat anak sulungnya yang tidak terlalu suka telur. Tapi mau marah juga tidak bisa, karena sepertinya waktunya tidak tepat.

○○○

"Dadah papa!"

Si bungsu melambaikan tangannya ke arah mobil sang papa yang mulai menjauhi area sekolah mereka. Jangan lupakan senyum cerah dari bibir di bungsu. Siapa pun yang melihat pemandangan ini pasti akan merasa gemas pada si bungsu, kecuali satu orang. Haruto.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang