"Papa mau menikah lagi."
Satu kalimat dari sang papa berhasil menghentikan perdebatan keduanya. Mereka kompak menatap sang papa yang tampak santai seakan tidak ada masalah dalam ucapannya.
"Papa serius?"
Anggukan dari sang papa menandakan bahwa ucapan itu adalah hal yang serius.
"Papa ngapain nikah lagi? Mau nambah beban?"
Terlihat sorot mata tajam dari sang papa. Kalimat yang terucap dari bibir si bungsu mampu membuat sang papa murka. Dari dulu si bungsu memang yang paling tidak suka melihat sang papa bersama perempuan lain. Katanya papa jahat sama mama.
"Justru papa mau buang beban, makanya papa nikah lagi."
○○○
"Yoshi, Haruto, jaga adik kalian ya. Papa mau pergi sama bunda selama satu minggu."
"Lama banget!"
Teriak si bungsu yang sekarang bukan lagi bungsu. Dia semakin kesal karena sang papa tidak mendengarkannya dan malah pergi meninggalkannya bersama sang kakak dan adik barunya.
Adik barunya ini bukanlah anak kecil, tapi dia hanya terpaut jarak satu tahun dengannya. Badannya saja sama bongsornya dengan dia, tapi memang tingkah lakunya benar-benar seperti seorang adik.
"Hai aku Junghwan, salam kenal kakak-kakak."
Haruto melengos, dia tidak menyukai senyum polos itu. Dia memilih meninggalkan kedua saudaranya. Biarkan saja sang kakak yang mengurus adik barunya itu. Haruto sedang pusing karena sebentar lagi dia ujian kelulusan.
"Imutnya!"
Pipi gembil si bungsu pun langsung menjadi sasaran pencubitan sang sulung. Meski terkejut di awal, tapi Junghwan menyukai saudara barunya. Setelah 14 tahun hidup sebagai anak tunggal, kini dia dihadapkan dengan dua saudara yang menyandang status sebagai kakaknya. Impian Junghwan untuk menjadi seorang adik akhirnya terwujud.
"Nama kakak Yoshi, panggil saja Kak Yoshi."
"Kalau yang tadi namanya Haruto, kamu panggil dia Kak Haru."
Yoshi tau jika adik barunya ini masih terlihat canggung dengannya, wajar karena ini pertemuan pertama mereka. Yoshi berjanji pada dirinya sendiri untuk terus menjaga adik barunya ini. Dia tidak ingin mengulangi kesalahannya lagi, dia tidak ingin adik barunya ini bersikap seperti adik kandungnya. Yoshi tidak ingin sendirian lagi.
○○○
"Kak Yoshi, dasi Juju di mana?"
Klontang!
Setelah membuang minuman kalengnya, Yoshi segera berlari ke kamar adik bungsunya. Di dalam kamar terlihat Junghwan yang hampir menangis sambil mengobrak abrik isi lemari.
Yoshi sedang sibuk, jadi dia tidak ingin bertambah sibuk karena merapikan kamar sang adik. Jadi dia menahan tangan adiknya untuk tidak semakin menghancurkan kamarnya sendiri. Dengan teliti dia mulai mencari barang yang menjadi sumber kekacauan.
Ada. Yoshi membantu Junghwan memakai dasinya. Setelah selesai, rambut si bungsu diusap lembut olehnya. Satu kecupan mendarat di pipi si bungsu. Setelahnya senyum keduanya tercipta, Yoshi suka suasana seperti ini.
Keduanya turun sambil berpelukan, lebih tepatnya Yoshi yang memeluk Junghwan. Karena hari ini Yoshi benar-benar dibuat gemas dengan tingkah si bungsu.
"Pantes lama. Kakak tuh jangan manjain adek, aku jadi telat karena nungguin adek yang lagi kakak peluk."
Yoshi sadar jika sang adik tidak menyukai interaksinya dengan si bungsu. Karena tidak mau mengundang keributan, akhirnya Yoshi melepaskan Junghwan dari pelukannya.
Baru saja Yoshi duduk, Haruto malah bangkit seolah enggan duduk satu meja dengannya.
"Ayo berangkat. Itu bekalmu udah disiapin sama bunda."
Sang bunda memang membawa kotak bekal dari arah dapur. Setelah mendapat bekalnya, Haruto langsung menyeret Junghwan untuk berangkat sekolah.
Yoshi jadi tidak nafsu makan. Apa perbuatannya tadi yang memeluk si bungsu adalah kesalahan besar sehingga adiknya itu marah padanya. Padahal Yoshi hanya membantu si bungsu memakai seragam, itu saja. Kenapa adiknya itu tidak pernah menyukainya. Yoshi rindu adik kecilnya.
○○○
"Kak Yoshi kenapa gak kuliah di luar kota aja sih?"
Bokong itu tidak jadi mendarat di sofa. Tatapan sinis yang dia dapatkan dari sang adik membuatnya enggan melanjutkan aktivitasnya. Sebenarnya dia ingin memperbaiki hubungannya dengan sang adik, menanyakan apa yang adiknya itu inginkan darinya. Tetapi kalimat yang keluar dari mulut adiknya itu membuat semua kalimat Yoshi menghilang dari otak. Hatinya kembali sakit.
"Kalau kakak kuliah di luar kota, apa kamu akan maafin kakak?"
Bukan jawaban yang Yoshi dapatkan, melainkan decakan kesal yang muncul dari bibir adiknya. Matanya berembun, sosok sang adik yang berdiri di depannya mulai mengabur tertutup airmata.
"Apa yang harus dimaafkan?"
Benar. Apa yang harus dimaafkan. Yoshi merasa tidak melakukan kesalahan apapun pada sang adik. Lalu kenapa sang adik selalu tidak suka padanya. Selalu menatapnya dengan tatapan sinis setiap kali mereka tidak sengaja berpapasan. Dia salah apa pada adiknya, kenapa tidak ada hal yang harus dimaafkan darinya.
"Jangan ganggu aku lagi, maka aku tak akan menatap sinis padamu."
Yoshi menunduk, airmatanya tidak bisa dia tahan lagi. Dia tidak ingin sang adik melihatnya menangis.
"Bagaimana aku bisa mengganggumu, jika kamu saja langsung pergi setiap melihatku?"
○○○
Hari yang tenang untuk Yoshi. Badannya yang sempat remuk karena pelantikan BEM kemarin pada akhirnya bisa beristirahat. Otaknya yang kemarin sempat memanas karena debat dengan anggota BEM lainnya akhirnya bisa dia rileksasikan. Sangat damai.
"Kak, mulai sekarang jangan terlalu dekat denganku. Aku gak mau dilihat teman-temanku saat kakak memelukku seperti kemarin."
Sepertinya hari yang tenang hanya angan belaka untuk Yoshi. Baru saja matanya terpejam, si bungsu tiba-tiba masuk ke kamarnya dan mengucapkan kalimat yang membuat otaknya kembali memanas.
Ada apa. Kenapa si bungsu tiba-tiba berkata seperti itu. Hati Yoshi tak karuan, perasaan yang sudah lama dia coba lupakan kini kembali muncul dengan tokoh baru. Yoshi akhirnya mendapatkan penolakan itu dari adiknya, lagi.
"Kenapa?"
Hanya itu yang dapat Yoshi katakan. Lidahnya kelu, bahkan sorot matanya pun tak seberani kemarin menatap sang bungsu. Rematan pada tangannya menandakan bahwa detak jantungnya berpacu lebih cepat sehingga keringat dingin terus keluar membasahi telapak tangannya.
"Aku malu."
Dan lagi. Alasan yang sama. Dan juga pikiran yang sama dari Yoshi, kenapa harus alasan yang sama. Kenapa harus seperti ini, lagi. Apa Yoshi memang tidak pantas untuk mereka. Kenapa semesta tak membiarkannya bahagia. Kenapa semesta membiarkannya terus merasa sendirian.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention
FanfictionDekatilah mereka yang dengan tulus membalas perbuatan baikmu