6

87 14 4
                                    

Yoshi berpamitan pada Jeongwoo dan Sus Minah —ART rumah Jeongwoo sekaligus sitter Jeongwoo. Hari ini dia pulang terlambat karena Jeongwoo terus menahannya. Anak itu terus-terusan menangis sambil memeluknya. Alasannya ya seperti biasa, nilainya turun. Dia takut kena marah maminya kalau sampai ketahuan. Akhirnya Yoshi singgah lebih lama untuk menenangkan bocah itu.

Yoshi heran sama Jeongwoo, kok nilainya bisa turun padahal perkembangan belajar dia semakin bagus. Dari cerita Sus Minah, Jeongwoo lebih giat belajar semenjak Yoshi menggantikan Junkyu untuk mengajari anak itu. Terus kenapa nilainya justru turun?

Apa selama ini Jeongwoo berpikir sekeras itu hingga menyakiti dirinya sendiri hanya untuk sebuah angka di atas kertas, demi untuk menghindari omelan orang tuanya. Berat juga jadi Jeongwoo, dituntut menjadi sempurna padahal sempurnanya Jeongwoo itu bukanlah sempurna yang orang tuanya inginkan. Dalam arti lain, Jeongwoo harus melewati batas kemampuannya demi menyenangkan orang tuanya.

Tadi Yoshi sempat mengintip hasil ulangan Jeongwoo, nilainya hampir sempurna. Nilai 95 dari 100, bukan kah seharusnya dia senang karena itu nilai tertinggi di kelasnya. Namun karena nilai ulangan yang kemarin adalah 98, Jeongwoo pikir dia gagal. Yoshi tidak mengerti.

Yoshi sudah berkali-kali mengatakan pada Jeongwoo jika dia sudah berhasil, tapi anak itu terus saja mengajakan 'Jongu gagal, mami nanti marah'. Yoshi pusing. Yoshi kan tidak pernah bertemu dengan orang tua Jeongwoo. Yoshi mana tau bagaimana sifat orang tua Jeongwoo.

Yang Yoshi tau, orang tua Jeongwoo itu ya Sus Minah. Orang yang setiap hari membuatkan makanan untuk Jeongwoo, menyiapkan baju untuk Jeongwoo, merapikan kamar Jeongwoo, dan yang selalu menemani Jeongwoo. Pernah sekali Yoshi tidak sengaja mengintip Sus Minah yang sedang menenangkan Jeongwoo yang terlihat gelisah dalam tidurnya. Bagi Yoshi, seperti itu lah yang dinamakan orang tua.

Kalau Yoshi punya adik seperti Jeongwoo, dia pasti akan terus memberikan kasih sayangnya. Tidak akan Yoshi biarkan dia menahan semuanya sendirian, kesepian setiap hari di rumah yang sebesar itu. Yoshi akan menemaninya bermain, belajar, bahkan dalam tidurnya, berharap adiknya terus bahagia sampai ke dunia mimpi sekali pun.

"Kakak pulang!"

Rumahnya sangat sepi. Masih jam 8 malam, tapi tidak ada yang menyambut Yoshi. Yoshi membuka hpnya, melihat notifikasi pesan dari sang papa. Isi pesan itu mengatakan bahwa orang tuanya akan pergi ke rumah kakeknya dari pihak bunda. Adiknya bunda sedang terkena musibah —kemalingan. Jadi mereka ke sana untuk membantu menyelesaikan masalah itu.

Kalau kedua adiknya, Yoshi yakin 100% bahwa mereka sedang berada di kamar salah satu dari mereka. Ngapain lagi kalau bukan main game. Yoshi juga pusing dengan tingkah adik-adiknya, terutama adik kandungnya. Sebentar lagi kan dia dihadapkan dengan banyak les dan ujian. Bisa-bisanya malah main game terus. Sangat berbanding terbalik dengan Jeongwoo. Rasanya pingin Yoshi tukar adiknya itu dengan siswanya.

Yoshi memutuskan untuk langsung ke kamarnya. Kepalanya pusing, selesai kuliah langsung ke rumah Jeongwoo. Sekarang dia ingin tidur sebentar, lalu begadang mengerjakan tugas kuliahnya. Lagi pula perutnya sudah kenyang karena tadi Sus Minah membuatkan banyak makanan untuknya dan Jeongwoo.

"Kak Yoshi!"

Langkah Yoshi terhenti tepat di depan kamar adiknya. Kamar Yoshi memang paling jauh dari tangga, jadi dia selalu melewati kamar adik-adiknya. Yoshi mengintip kegiatan di dalam kamar itu, benar kan yang Yoshi pikirkan, mereka sedang bermain game lewat hpnya masing-masing.

"Kak, ajarin matematika dong. Adek pusing."

Si bungsu meletakkan hpnya. Beranjak dari ranjang sang kakak untuk menghampiri sang sulung. Keduanya berjalan menuju kamar sebelah, kamar si bungsu. Di dalam kamar itu terdapat satu meja untuk si bungsu belajar, ada dua kursi panjang, jadi mereka duduk berhadapan sekarang.

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang