Malam bertaburan bintang menjadi penerang Kota yang ramai. Anara menatap langit berbintang itu di kamar rawatnya. "Kota malam yang ramai. Langit juga bertaburan bintang. Bayang-bayang dan langkah kaki manusia. Aku merindukanmu ...." Anara bernyanyi dengan lembut.
"Cinta di lantai dansa tak terlupakan. Sayangku di mana kau berada?"
Anara berbalik melihat seorang wanita paruh baya yang ada di kamarnya. Sepertinya dia tersasar di sini. Anara merasa wanita tadi cukup familiar. Jujur Anara tidak terganggu. Dia hanya membuka pintu mempersilakan tamunya pergi.
Lagu tadi berjudul Cinta di Lantai Dansa yang dinyanyikan seorang Penyanyi lawas bernama Mega Jeanne. Kira-kira saat wanita tadi masih muda, penyanyi itu terkenal sekali.
Baru satu hari disini. Teman-teman Anara juga memberikan support pada Anara. Mereka bahkan meminta izin untuk membuat perhitungan dengan geng Tanhatika. Siapa yang akan tinggal diam jika temannya ditindas?
Namun hari ini Anara tak terlalu bersemangat. Dia mengambil bandana yang diberikan adiknya tempo hari. Aleyna, malaikat kecilnya yang kini sudah tumbuh lebih dewasa dibandingkan Anara sendiri.
Anara memegangnya dengan lembut, dan merapihkan pita yang agak kusut tersebut. Seketika Anara merasakan sensasi aneh, keras. Anara memeriksa bandana itu sekali lagi. Ternyata Aleyna menyelipkan sebuah flashdisk beserta secarik surat.
Gw tau apa yang pernah lu lakuin sebelumnya. Itu semua bukti kejahatan yang pernah dilakuin Tanha ke mereka. Mungkin lu belom tau ini bakal dipakai gimana, tapi lebih aman kalau lu bawa itu. Biar lu yang susun rencananya.
-Aleyna Zelmira Lordes.Perasaan Anara saat itu terguncang. Rasa antara gagal menjadi bagian dari keluarga, dan sakit akibat tidak bisa menjaga diri di luar dengan membiarkan para ular beludak itu menginjak harga dirinya bercampur aduk.
Seandainya dia tidak pernah kasihan pada Tanhatika yang pada hari pertama masuk SMA tidak punya teman, apakah Anara akan mengalami hal seperti ini?
Seluruh luka dari tetesan lilin, lebam, panas melepuh, dan rasa trauma akibat perbuatan tidak senonoh menjadi satu menyerang Anara. Kalau seperti ini, Anara memang pantas berada di asylum.
***
Berat, sesak, dan sakit. Anara merasakan sesuatu mengikat tubuhnya. Ada rantai panjang yang melilit ditubuhnya membatasi pergerakan Anara.
"Siapa yang menyangka engkau akan pendek umur," ucap sosok hitam yang memegang rantai tersebut. "Kau tidak bisa lari," peringatnya.
Anara tidak melihat satu sosok, melainkan dua sosok. Mereka adalah malaikat pencabut nyawa. Anara menangis memohon agar dilepaskan dan kembali ke dunia manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honour From Nightmare
General FictionSemua kejahatan yang telah dilakukan akan mendapat balasan. Tidak, tidak perlu merepotkan Tuhan. Langsung saja pihak yang dirugikan membalas. Hari-hari baik yang sedang dinikmati akan berakhir sebagai mimpi buruk yang diterima pelaku dari kejayaan k...