44. Nasib

7 2 0
                                    

Prediksi Fernando benar-benar terjadi. Para pelanggan klub malamnya protes lantaran Gillian sudah tidak bekerja lagi di sana. Fernando menjelaskan Gillian resign karena urusan pribadi.

Prediksi yang benar itu berhasil membuat Fernando murka. Fernando mengacak-acak kediaman Libertadores. Kebetulan di sana juga ada Tanhatika yang pulang.

"Maaf Tuan. Tanha gak ngerti apa-apa." Freddy tampak ketakutan.

"Keponakanmu yang bodoh ini berhasil buat saya rugi. Kamu pikir, kamu bisa gantiin dia? Seberapa cantik wajah dan badan mereka gak menggoda!" Maki Fernando.

Ia bingung jika harus mencari pengganti. Bukannya ingin menghina bentuk tubuh, tetapi kenapa para Libertadores memiliki bentuk tubuh yang tidak indah, dan tanpa lekukan.

"Jika anda mau, Josephina bisa ganti Sheilla," ucap Freddy sudah putus asa.

"Pakai logikamu! Seorang gadis muda dengan tinggi semampai, mata biru hijau yang indah, berbulu mata lentik, hidung mancung, dan bentuk mata yang besar dan indah, rambut blonde yang lembut dan panjang, berbibir tebal, dan lekukan tubuh yang begitu indah." Freddy mendeskripsikan Gillian.

"Kau ganti dengan anakmu yang pendek, tidak punya bulu mata, berambut tipis, kasar, acak-acakan, warnanya terang karena sering terpapar sinar matahari, hidung pesek, bibir tipis pecah-pecah, dagu pendek, dan tepos?" Tanya Fernando sinis.

"ADIKKU EMANG GAK SECANTIK JALANG ITU, TAPI APA HAK PAPA HINA DIA?!"

"Keputusan terbodoh anak saya adalah selingkuh sama kamu. Padahal kamu jauh lebih buruk dan berbanding terbalik sama Victoria," ucap Fernando sebelum akhirnya ia pergi.

"Udah Tanha. Dia mertua kamu," ucap Freddy.

"Dia hina keluarga kita. Dia hina Om sama Josephina," ucap Tanhatika.

***

Freddy memutuskan untuk meminta maaf pada Fernando. Kebetulan ia juga mendapat pesan untuk menghadap Fernando. Ia datang ke tempat yang dijanjikan.

"Saya juga emosi waktu itu," ucap Fernando.

Tampaknya semua berjalan dengan baik. Fernando juga tampak tidak peduli.

"Ah, iya. Ada surat dari kepolisian kalau zat yang dipakai atlet itu dari kartel kita. Siapa pengedarnya?" Tanya Fernando.

"Saya tidak tahu, Tuan. Lagi pula bukan saya yang melakukannya." Freddy langsung mengeluarkan kalimat seperti itu.

"Ya, tenang saja. Kau tahu aku tidak suka kebohongan." Suara Fernando berubah.

Freddy baru hendak kabur, tetapi Fernando menahannya. Bukan hanya Fernando, tetapi seluruh bawahan Fernando. "Maaf, Tuan. Saya gak punya pilihan lain," mohon Freddy.

Fernando tertawa hingga air matanya keluar. "Sebelas tahun yang lalu, saya suruh kamu bunuh Ignatius. Ternyata di sana ada siapa? Arzhel. Dia masih kerabatmu, dan kamu coba bunuh dia. Apa yang bisa diharapkan dari kamu?" Tanya Fernando.

Fernando melanjutkan ucapannya, "Sekarang Arzhel seorang jaksa. Pilihannya dua, eksekusi mati atas tuntutan dia buat ayah mertuanya, atau kamu mati di tangan saya?" Tanya Fernando.

Sampai kapanpun Freddy tidak akan menerimanya. Mati atas tuntutan dari Arzhel? Itu adalah penghinaan terbesar Freddy. Jika ia mati sekarang, itu akan sangat mengerikan.

Freddy memutuskan untuk kabur dari sana. "Hey!" Seorang bodyguard berusaha mengejar Freddy, tetapi dicegah oleh Fernando.

Honour From Nightmare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang