Pelatihan yang Anara jalani memang masih tergolong sebentar, namun kegigihannya semakin membuktikan dia layak berdiri di atas panggung. Kini Anara harus tetap berlatih sambil menunggu beberapa prosedur kecantikan lagi.
Satu hal yang sekarang terbilang normal di hidup Anara adalah Hael kerap datang mencarinya. Jujur Anara tidak pernah mencari Hael. Jangankan mencari, memiliki kontaknya saja tidak.
Siang ini Anara melihat Hael berbincang dengan seorang wanita. Anara mengenalnya, dia adalah senior Anara, Farrasha. Mungkin mereka sudah mengenal sejak lama.
Anara berlalu seakan-akan tidak pernah menyadari eksistensi Hael dan Farrasha. "Anara," panggil Farrasha yang berhasil membuat Anara menengok perlahan.
Farrasha memperhatikan Anara dari atas ke bawah yang membuat Anara risih. Anara sadar dia tidak sebersinar Farrasha yang memiliki aura kuat. Jadi, untuk apa Farrasha berfikir bahwa Anara akan mengusik karier dia kedepannya?
"Ca, jangan ditatap gitu. Anaknya risih," tegur Hael.
Terlihat sepele, tetapi Anara merasakannya. Hael berbicara seakan dia tidak pernah mengenal Anara. Ada sesuatu diantara mereka berdua, tetapi kenapa Farrasha menarik Anara ke tengah urusan mereka berdua?
***
Anara sendirian di ruang tata rias dan membersihkan wajahnya. Kegiatan ia di sini telah usai. Ada kegiatan lain yang harus Anara lakukan. Dia harus pergi konsultasi pada seorang psikolog tentang permasalahan dan pertimbangan yang akan ia alami.
"Anara." Farrasha masuk kedalam ruang tata rias dan berdiri bersebelahan dengan Anara.
"Kenapa?" Tanya Anara berusaha sopan.
"Panggil aja Aca kea yang lain manggil gw, termasuk Hael," ucap Farrasha.
Anara sama sekali tidak tertarik soal Hael. Satu sisi Anara menaruh kesan yang lumayan pada Hael karena Hael ada pada masa-masa sulit Anara. Sisi lain, Anara yakin setiap manusia punya ego dan jahatnya masing-masing.
"Gw peratiin lu deket sama Hael," ucap Farrasha.
Anara bingung harus bersikap bagaimana. Ia hanya diam tidak mau merespon. Barangkali mereka lebih akrab sehingga Farrasha berani berkomentar demikian.
"Lu pikir Hael orang baik?" Tanya Farrasha.
Anara menatap Farrasha dengan santai. Anara tidak pernah berekspektasi laki-laki yang sempat mendengar tangisannya itu adalah orang baik. Jika Farrasha menyatakan Hael kejam, Anara tidak akan kaget.
"Dia mantan gebetan gw sekitar dua sampai satu setengah tahun yang lalu. Kita jalan lumayan lama, tapi dia ghosting gw gitu aja. Banyak yang bilang dia sering gitu. Semoga lu gak jadi korban selanjutnya," ucap Farrasha.
Anara tersenyum tipis, "Thanks for the reminder, Ca. Semoga lu ketemu cowok yang lebih baik dari dia," ucap Anara.
"I've found him. Gw emang udah punya pacar juga sekarang, but lu masih muda banget. Jalan lu masih panjang. Lu mau spend masa muda lu sama buaya kea dia? Banyak cowok lain yang mungkin aja nungguin lu," jelas Farrasha.
"Cowok lain? Lagian Hael juga gak nganggep gw apa-apa kok. Gw juga gak ada perasaan lebih ke dia," ucap Anara jujur tanpa menyinggung siapapun diantara mereka.
"Gw rasa Hael punya perasaan ke lu," ucap Farrasha yakin.
Anara tampak tidak peduli dan berusaha mengganti topik, tetapi Farrasha tetap bersikeras mengatakannya. Anara tidak pernah berharap dirinya disukai Hael yang dikenal agak buruk. Terlebih Anara masih menyimpan perasaan lama pada masa lalunya yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honour From Nightmare
General FictionSemua kejahatan yang telah dilakukan akan mendapat balasan. Tidak, tidak perlu merepotkan Tuhan. Langsung saja pihak yang dirugikan membalas. Hari-hari baik yang sedang dinikmati akan berakhir sebagai mimpi buruk yang diterima pelaku dari kejayaan k...