Jika saja mereka berada di tempat lain, mungkin Anara sudah mendesah tanpa ragu-ragu, tetapi mereka tidak berada di tempat tersebut. Niat awal mereka memang singgah di rumah keluarga Montenegro. Terlebih ini adalah kali pertama Anara datang setelah menyandang status sebagai istri dari Hael.
"Ahh ...." Desah Anara pelan saat tangan Hael masih meremas dadanya. Anara merasa dirinya akan ditelan oleh Hael dalam waktu dekat. Ditambah Hael memasukan jarinya ke dalam lembah hangat di sana.
Anara lantas menggigit bibirnya. Geli dan aneh merasakan Hael menggerayangi tubuhnya, walaupun Anara tahu Hael suaminya. Mungkin karena apa yang tadi terjadi, jadi Anara sedikit tidak nyaman.
"Ra, are you okay? Kamu keliatan pucet." Hael menempelkan tangannya yang kering ke kening Anara. Tubuh Anara tidak menunjukkan gejala demam.
"Dia rusak mood aku, atau buat aku inget lagi sama kejadian yang gak mau aku inget lagi. Ada kebohongan juga di dalem sana. Aku gak tau gimana ngadepin kamu, kenapa dia ... kenapa dia dulu nyentuh aku?!"
"Gak perlu mikir sejauh itu. Semua orang pernah ngalamin sesuatu di masa lalunya. Itu bukan kemauanmu." Hael menyelipkan rambut Anara di balik daun telinga.
Anara menatap ngeri sesuatu di sana. Bisakah benda itu menembus dirinya? Dengan ukuran seperti itu, Anara takut dirinya akan menjerit dan mengganggu istirahat orang lain.
"Basah." Sebuah seringai yang tentu saja berasal dari Hael muncul seketika saat melihat ada cairan yang merembes keluar dari tubuh Anara.
Anara memerah seketika. "S-sakit?" Tanya Anara polos.
Hael menahan tawanya. Dia berjanji pada Anara akan melakukannya dengan lembut dan tidak membuat Anara menangis ataupun menjerit-jerit. "Aku bakal pelan-pelan. Kamu bisa cakar punggungku kalau sakit," bisik Hael.
Sesuai janji Hael, ia memasukkannya pelan-pelan. Anara dapat merasakan benih-benih yang lepas ke dalam tubuhnya dan memberikan kehangatan. Sedari tadi Hael menahan rasa tegang di tubuhnya. Kini, ia bisa lebih rileks.
Berbeda dengan Hael yang sibuk menggoyangkan pinggulnya, Anara sedikit merintih kesakitan karena definisi sakit menurut mereka berdua berbeda. Jika menurut Anara sakit, artinya tidak ada rasa untuk Hael.
Jika Hael mengatakan itu sakit, bagi Anara itu lebih dari sekedar sakit. Anara berkali-kali menyebut nama Hael dalam desahannya. Ia membiarkan cairan mereka bersatu di dalam.
Keduanya merasa lelah, tapi itu sudah selesai. Hael mencabut pelan-pelan bagian tubuhnya yang tadi menempel. Ia membantu Anara beranjak membersihkan diri karena Anara sedikit kesakitan.
"Aku harus apa? Marcus udah keterlaluan" Tanya Anara saat Hael tengah mengompres vulva Anara.
"Bukan cuma Marcus yang keterlaluan. Mereka semua keterlaluan. Ra, aku masih nyari cara supaya mereka bisa bayar perbuatan mereka." Batin Hael.
"Hael, kenapa kamu diem aja?" Tanya Anara.
"Maaf, Ra, aku juga lagi nyari cara terbaik. Kamu ... kamu istirahat sebentar di rumah, gapapa, kan?" Tanya Hael.
Anara mengangguk pelan. Nampaknya suasana hati Anara sudah jauh lebih baik. Tentu saja Hael berhasil menenangkan Anara jauh lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, Anara juga cukup tahu diri untuk menahan reaksinya.
***
Pernyataan kontroversial Marcus dalam mengklarifikasi keramaian di sosial media malah membuat keramaian tersebut belum selesai. Berbeda dengan Marcus yang tampak berbicara terus, Anara justru menghilang dan tak pernah muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honour From Nightmare
General FictionSemua kejahatan yang telah dilakukan akan mendapat balasan. Tidak, tidak perlu merepotkan Tuhan. Langsung saja pihak yang dirugikan membalas. Hari-hari baik yang sedang dinikmati akan berakhir sebagai mimpi buruk yang diterima pelaku dari kejayaan k...