Hari ini sudah tiba. Sebuah hari yang mungkin ditunggu banyak orang. Ini mungkin adalah kesekian kalinya Anara datang ke meja hijau namun tidak untuk membela klien, tetapi untuk menonton acara sidang.
Dulu, Anara melakukannya saat ia masih magang di firma dan berstatus mahasiswi. Anara masuk ke dalam ruangan sidang dan menonton dengan santai di sana. Ia sempat berkontak mata dengan Jarrel.
"Adakah saksi untuk dihadirkan?" Tanya hakim.
"Ada Yang Mulia. Saksi ini mengetahui keaslian dari surat berharga yang dimaksud," ujar Jarrel.
Saksi tersebut adalah seorang Manager di bank swasta, Sabrina Sandrina. Anara sendiri tidak menyangka Sabrina akan langsung turun tangan seperti ini.
Setelah Sabrina disumpah, ia pun diajukan beberapa pertanyaan dan jawaban pun ia keluarkan. "Surat berharga yang disebutkan memang ada dan tersimpan di dalam bank kami, tapi gak satu surat pun yang diakui atau ada hubungannya sama terdakwa," ujar Sabrina.
"Bisa dijelaskan surat tersebut atas nama siapa?" Tanya penuntut umum.
"Surat berharga keluaran pemerintah provinsi DB disahkan oleh Samuel Eduardo Danzig. Surat tersebut diberikan pada PT C.Varo yang dialiri ke rekening Fernando Carvalho Ramirez."
Bukti tersebut ditampilkan termasuk data yang sengaja dibocorkan. Saat ditelurusi, data tersebut dibocorkan oleh seseorang berinisial TI dan BP. Ada juga sebuah rekening fiktif atas nama "Abigail" di sana.
Sebuah temuan baru yang sungguh membuat banyak orang bingung. Jarrel terus-terusan membela Hael. Ia tidak akan membuat temannya kehilangan anak dan istri.
Aliran dana tersebut terbukti sama sekali tidak menyentuh aliran dana Hael. Temuan dari rute aliran dana tersebut mengalir pada sebuah tempat hiburan malam.
Orang yang pernah masuk ke dalam sana, datang dan menjadi saksi dengan alasan khusus. Ia adalah Gillian. Ia menunjukkan rekam medis, dan apa saja yang ia temui dulu saat masih terjebak di sana.
Sayangnya, persidangan harus ditunda sebentar untuk istirahat. Anara mendadak menghampiri Jarrel. "Jarrel," panggil Anara.
"Ya?" Tanya Jarrel bingung Anara mendadak menghampiri dan memanggilnya. Kenapa ia tidak memanggil Hael? "Gak lahir-lahir anak lu," ujar Jarrel.
Anara menyerahkan sesuatu yang belum lama Aleyna berikan untuk Anara. "Dari adek gw. Ada soft file sama hard file. Gw harap itu bisa membantu," ucap Anara.
"Siapa yang dapet ini awalnya?" Tanya Jarrel.
"Suami dia. Gw cuma mau tau apa barang ini bisa berguna buat nyelamatin suami gw," ucap Anara.
Dua kata terakhir membuat Jarrel terdiam begitu juga Hael. Hael ingin memanggil Anara, tetapi Anara langsung pergi menjauh. "Gapapa, kita liat apa yang istri lu kasih."
***
"Bukti-bukti yang dihadirkan malah menimbulkan kebingungan antara putusan, apakah ada keberatan dan pembelaan yang kembali ingin disampaikan?" Tanya penuntut umum.
Jarrel dengan percaya diri memberikan pemberian Anara kepada petugas. "Silahkan kita saksikan bersama." Jarrel memamerkan senyuman manisnya.
"Gw juga bingung soalnya gw punya surat pengukuhan iman, tapi agama gw di administrasi gak berubah."
"Emang nama lu siapa?"
"Abigail. Itu nama jadi nama di rekening bank gw. Terus kode aksesnya ada tanggal ulang tahun gw."
"Tidak Heran saudara Victor Gerladino Montaner Olivares diperiksa mengingat tanggal ulang tahun mereka sama. Setelah ditelusuri pada bukti selanjutnya, surat pengukuhan iman atas nama Abigail didapatkan dari tempat ibadah XXX. Atas nama Dughandina Tiracchana Kalancika. Sidik jari di atas surat pengukuhan iman tersebut cocok dengan sidik jari pemilik rekening atas nama Abigail. Selain sidik jari, nama ibu mereka juga sama, Yupi Yaputta," ujar Jarrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honour From Nightmare
General FictionSemua kejahatan yang telah dilakukan akan mendapat balasan. Tidak, tidak perlu merepotkan Tuhan. Langsung saja pihak yang dirugikan membalas. Hari-hari baik yang sedang dinikmati akan berakhir sebagai mimpi buruk yang diterima pelaku dari kejayaan k...