12. Panah Asmara

50 16 12
                                    

Kiera membuka matanya perlahan. Terpampang lampu yang sangat terang di atas kepalanya. Matanya yang baru saja terbuka, agak silau melihatnya. Namun, lama-kelamaan matanya terbiasa dan pandangannya pun semakin jelas. Kiera melihat tempat yang serba putih. Di kelilingi tirai-tirai putih di sekitarnya. Ia teringat kejadian yang baru saja menimpanya. Sekarang ia berada dimana lagi kalau bukan di ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS).

Kiera mengerjap. Tubuhnya langsung terduduk dengan sekejap. Arsen yang menunggunya sejak tadi pun, sontak langsung berdiri, karena Kiera yang terbangun tiba-tiba. Tatapan mereka pun bertemu. Kiera membuka matanya lebar-lebar. Ini mimpi atau bukan?

"Coba cubit gue! Ini mimpi atau bukan? Atau gue halusinasi?" Titahnya pada Arsen, menyodorkan lengannya untuk siap dicubit.

Arsen terdiam sejenak. Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis yang di depannya ini? Tadi Kiera melihat wajahnya sampai mimisan. Bahkan, pingsan. Lalu sekarang, saat bangun, Kiera malah menyuruhnya untuk mencubit lengannya. Arsen pikir, apa ia perlu membawa Kiera ke rumah sakit? Arsen benar-benar khawatir pada kondisi Kiera.

Arsen lalu meraih lengan Kiera yang telah disodorkan. Ia meniup lengan Kiera perlahan, tapi dengan jarak yang sangat dekat. Mungkin Kiera bisa merasakannya. "Jangan dicubit. Sakit. Lo gak mimpi atau halusinasi, Ra."

Aaaaaaaaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aaaaaaaaaaa. Ingin rasanya Kiera berteriak detik itu juga. Jantungnya rasanya sudah tidak bisa menahan lagi detakannya yang terlalu cepat. Padahal Kiera menyuruh Arsen mencubitnya. Bukan meniupi tangannya. Mungkin Arsen melakukan itu, sebagai contoh pembuktian lain kalau Kiera tidak sedang bermimpi atau halusinasi. Kiera buru-buru menarik lengannya kembali.

"L-lo pusing gak, Ra? Atau ada bagian tubuh lain yang sakit? Perlu gue anter ke rumah sakit?" Tanya Arsen dengan suara merdu nan lembutnya.

Kiera tidak menggubris Arsen. Matanya mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Fina. Bukankah tadi mereka di ruang OSIS bersama? Kenapa perginya sahabatnya itu? "F-fina kemana? Kok dia gak ada?" Tanya Kiera.

"Fina baru aja balik. Dia katanya ada urusan penting. Lo biar gue yang anter pulang ya? Sebagai tanda permintaan gue. Lagian udah sore juga." Pipi Kiera seketika memerah. Ia senang sekaligus salah tingkah, karena Arsen akan mengantarnya pulang. Kenapa Arsen sangat memiliki sifat bertanggungjawab? Wajar saja ia terpilih menjadi Ketua OSIS.

Kiera tidak langsung menjawab Arsen. Ia malah meraih ponselnya yang ada di atas nakas. Mengirim pesan pada Fina.


Thanks honey <3 Tau aja lo yang gue pengen ehehe

Cielah, jadi fix nih terjerat ketampanan Arsen?

Siapa cewek yang gak kelepek-kelepek di depan cowok kayak Arsen?
Btw, kalau lo otw pulang, ntar mampir rumah gue yaa?
Bilang sama mommy, suruh Pak Adi ambil motor gue di sekolah
Gue mau dating dulu sama paksu

I'LL FIND ANOTHER YOU [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang