{Visual : Renjun NCT Dream & Kim Minju] Kiera, si primadona sekolah tidak pernah menerima laki-laki manapun disekolah, saking fanatik dengan idolanya. Sampai suatu saat, tiba-tiba muncul gosip buruk tentang Kiera yang cukup menimbulkan masalah bagi...
Melati dan Kiano mengantar Arsen dan Theo sampai ke halaman rumah. Arsen dan Theo berjanji akan datang lagi kesana bersama lain kali. Sudah melambaikan tangan, Arsen membuka pintu mobilnya. Namun, tiba-tiba Kiano berdeham keras, membuat Arsen dan Theo menoleh ke arah Kiano. Begitupun dengan Melati yang asalnya ingin masuk duluan.
Kiano mendekati Arsen dan Theo "Sen, Yo. Om gak tau kenapa kalian mau dekat dengan Kiera, kalau bukan mengarah ke jenjang pacaran. Tapi satu hal yang Om minta, siapapun yang Kiera tidak pilih, tolong jangan sakiti Kiera ya? Kiera cuma gadis polos yang membuat keputusan dengan hatinya." Ucap Kiano dengan ekspresi yang memperlihatkan kekhawatiran tentang anak satu-satunya.
"Om tenang aja. Kita gak bakal kayak gitu, Om." Tukas Arsen dengan beribu keseriusan diwajahnya.
Theo pun mengangguk seraya membenarkan perkataan Arsen. "Bener apa yang Arsen bilang, Om. Kita gak mungkin tega nyakitin perempuan sebaik Kiera."
Baik Kiano maupun Melati yang mendengar hal itu, kini bisa bernafas lega. Sedari kecil, Kiera tidak pernah kekurangan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Namun, hal itu tidak menjadikan Kiera bersifat manja. Kiano dan Melati terkadang juga mendidik Kiera secara tegas. Agar ia mengetahui mana yang baik dan buruk untuk dirinya.
Tidak terasa usia Kiera kini semakin bertambah dan sudah mengenal cinta sepertinya. Meski, Kiano tau setiap hari Kiera hanya membicarakan Renjun dan Johnny, tapi jika situasinya seperti ini, pasti salah satu dari Arsen atau Theo ada yang menempati hatinya. Sebenarnya Kiano merasa sedih karena sebentar lagi ia tak lagi jadi cinta pertama Kiera.
Kini Kiano bisa merasa sedikit lega, karena dua laki-laki yang diduga sedang mendekati Kiera ini memiliki sifat yang baik. Siapapun diantara Arsen atau Theo yang terpilih nantinya, pasti itu yang terbaik dan benar-benar pilihan hati Kiera.
Kiera mendengar perkataan Daddy-nya dari balik pintu. Matanya memanas dan mulai berkaca-kaca. Ia sangat terharu atas perkataan Kiano. Selama ini Kiano memang sibuk bekerja dan jarang mendengarkan curhatan Kiera. Siapa sangka, Kiano tetap memikirkan Kiera di saat seperti ini.
Tadi, saat semua beranjak dan meninggalkan Kiera di ruang tamu, Kiera terbangun. Saat ia ingin menyusul keluar dan berterimakasih pada Arsen serta Theo, ia malah mendengarkan perkataan Kiano. Sedangkan Melati tidak berkata apa-apa. Mungkin sudah bersepakat dengan Kiano, untuk berbicara seperti itu pada Arsen dan Theo.
Saat deru suara mobil Arsen sudah benar-benar pergi, Kiera buru-buru menjauh dari balik pintu utama. Ia berlari ke kamarnya. Merebahkan dirinya dengan posisi telentang. Menatap langit-langit kamar yang masih berwarna putih tulang sejak sepuluh tahun lalu di cat oleh Kiano. Kiera bergeming.
"Kalau terus-terusan kayak gini, malah gue yang bakal nyakitin Arsen atau Theo. Yaaa, itu kalau seandainya mereka punya perasaan ke gue." Monolog Kiera.
"Gue harus milih salah satu diantaranya. Fokus pada pilihan gue. Jaga batasan sama yang gak dipilih. Gue gak boleh terus-terusan jadi cewek serakah gini. Mau dua-duanya sekaligus." Lanjut Kiera.
Kiera kemudian memposisikan tubuhnya ke samping. Sekarang, ia menatap langit malam cerah yang berhiaskan banyak bintang dan satu bulan sabit di luar jendela. "TAPI GUE GAK BISA MILIH WOEEE! GAK BISA FOKUS SATU AJA GITU! KALAU BISA DUA KENAPA HARUS PILIH SATU SIH?!" Kiera merutuki dirinya sendiri yang keterlaluan ini.
***
Bel tanda pulang sekolah berbunyi nyaring. Kiera buru-buru berlari ke depan kelas. Menutup pintu kelas dengan rapat sebelum ada yang keluar untuk pulang. Beberapa orang masih duduk dimejanya masing-masing, tapi ada juga yang sudah berdiri tinggal melangkah keluar kelas untuk pulang.
"GUE MAU BAGI-BAGI GRATISAN BUAT LO SEMUA!" Teriak Kiera di depan kelas seraya menggebrak-gebrak penghapus papan tulis untuk menarik perhatian teman sekelasnya.
Gratisan? Kebanyakan teman sekelas Kiera yang sudah berdiri, duduk kembali. Siapa yang tidak penasaran mendengar kata gratisan. Tapi beberapa diantaranya tetap berdiri, karena terburu-buru oleh urusan lain dan menyuruh Kiera untuk berbicara cepat.
Sebelum berbicara, Kiera mengisyaratkan Fina untuk membagikan selembar kertas yang sudah ia buat pada masing-masing temannya. Mereka bertanya-tanya. Di dalam kertas itu ada foto dua orang laki-laki yang setiap hari Kiera bicarakan sampai telinga mereka memerah. Siapa lagi kalau bukan foto Renjun dan Johnny.
"Gini guys! Gue minta waktu kalian sebentar buat milih salah satu diantaranya. Gue harap kalian milih sesuai hati nurani, bukan ikut-ikutan ya! Nah reward-nya apa setelah bantu gue? Kalian yang udah milih satu diantaranya keduanya, bakal gue traktir satu mangkok mie ayam Mang Asep!"
"Tapi dicicil ya guys! Maksudnya kayak satu hari, per lima orang gitu! Gak langsung satu kelas, satu hari ya! Soalnya gue juga perlu nafkahin Renjun sama Johnny! Dan gue bakal milih tiga orang secara random buat dapet saldo e-wallet gratis dari gue! Ralat, dua orang! Soalnya satu slotnya udah diisi sama Fina sebagai asisten gue hari ini ehehe." Lanjut Kiera.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beberapa teman-temannya menggerutu gemas pada Kiera, walau pada akhirnya mengisi kertas itu juga. Lumayan satu mangkok mie ayam bisa mengganjal perut. Beberapa lainnya, mengeluarkan beberapa celetukan yang langsung Kiera balas.
"Ya elah, Ra! Halu lo makin menjadi aja!" Ucap salah satunya.
"Ra! Lo kan suka berkoar-koar keduanya! Kenapa harus milih salah satu?!" Ucap lainnya. Sedikit bingung dengan kelakuan unik Kiera ini.
"Itu dia! Kita gak boleh serakah! Harus pilih salah satu buat prioritas ya!" Jawab Kiera.
"Gue pilih dua-duanya ah! Soalnya kalau dari kriteria, gue suka dua-duanya!" Ucap lainnya lagi.
"Kalau milih dua atau golput, gue blacklist dari mie ayam Mang Asep dan random picker saldo e-wallet ya guys!" Balas Kiera dengan tegas.
Entah mantra apa yang Kiera sebarkan pada teman sekelasnya, mereka mau saja menuruti permintaan aneh bin ajaib Kiera itu. Mereka bahkan melipat kertas suara dan mengumpulkannya pada Fina secara tertib. Sedangkan Kiera setia berdiri di dekat pintu kelas untuk mengucapkan terimakasih kepada yang sudah mengumpulkan kertas suara.
Fina tidak tahu menahu akan rencana Kiera ini. Pagi tadi, Kiera tiba-tiba datang dengan setumpuk kertas print-an. Sahabatnya itu memang selalu memiliki hal-hal random yang tidak bermanfaat untuk dilakukan. Terlebih pasti dirinya lagi yang dimintai bantuan oleh Kiera.
"Huaaahhh... Akhirnya udah semua, Ra!" Ucap Fina seraya merenggangkan tubuhnya.
Kiera berjalan mendekati Fina yang berada dimeja guru itu. Ia ikut merenggangkan tubuhnya dan sedikit memijat-mijat pinggangnya. "Pinggang gue mau copot rasanya. Nunduk buat berterimakasih mulu!"
"Abis ini, lo mampir rumah gue dulu ya? Bantuin itung perolehan suaranya! Selain, saldo e-wallet, gaji tambahannya gue traktir bakmi depan komplek ya?!" Pinta Kiera.
"Deal!"
***
Sejujurnya sebagai yang nulis, aku jg gak paham dengan kerandoman Kiera T_T