Pergi untuk kembali

258 19 5
                                    

*******

Aku berhenti di depan danau yang bulan lalu menjadi tempat pertemuan Mas Eru dan Gilang.

Aku baru sadar kalau aku pergi tanpa membawa apa-apa termasuk handphone, .. bodoh sekali!

Untungnya aku menemukan secarik uang di saku piyama, sehingga aku bisa membayar ongkos gojek. Dan kini, uang tersebut hanya sisa 5 ribu.

Ada berbagai gerobak kaki lima di sekitar danau, serta banyak pasangan muda mudi yang sedang menikmati malam sambil membeli makanan.

Akhirnya aku membeli es cekek dengan uang tersebut.

Aku menemukan kursi di tepi danau lalu duduk disana sambil meminum es, persis seperti ABG anak punk di sampingku yang juga tengah melakukan hal serupa.

Bedanya, dia lagi bahagia sambil senyum-senyum ke pacarnya yang sedang membeli kacang rebus di sebrang sana.

Lain dengan aku yang sedang galau dan bimbang, hendak pergi kemana setelah drama penolakanku tadi.

Dalam hati yang terdalam, aku juga sedang bersedih.. bagaimana mama yang selama ini selalu lembut padaku bisa menampar ku di depan banyak orang seperti itu.

Hmm.. ya sudahlah, biarlah mereka disana melakukan apa yang mereka mau, karena aku kini tak peduli.

Aku sudah berhenti bekerja dan pindah ke rumah atas perintah mama, lalu.. kalau satu saja keinginan mereka tak ku penuhi, apakah aku tak bisa menolak lagi?

Aku benar-benar lelah..

Aku letih..

Dan semua keadaan ini memang berasal dari satu orang.

Ya siapa lagi kalau bukan papa ku.

Awas aja kalau dia disana malah sedang tertawa-tawa atau dengan santai menonton debat cawapres di televisi, padahal disini anaknya malah berdebat dengan mamanya karena dirinya!

Tak terasa, sudah 1,5 jam aku disini, untungnya pasangan punk di dekat ku itu berbaik hati membagi kacang rebus nya padaku, sehingga aku memiliki kegiatan lain yaitu memakan kacang rebus selain sibuk menepuk nyamuk yang hinggap di tubuhku.

Aku hampir memejamkan mata di kursi itu sebelum seseorang menghampiriku, menghembuskan nafas lelahnya di hadapanku.

Ia berjongkok, memegang tanganku.. mengusapnya lembut dengan pandangan tak lepas menatapku.

Aku hanya bisa tersenyum, menyapu helai rambutnya yang basah karena keringat. Mungkin dia lelah mencari keberadaanku.

"Kamu gak papa?"

Aku menggeleng.

"Mana yang sakit, pipi sebelah mana?" Punggung tangannya beralih mengusap pipi ku. Dari mana dia tahu?

Tapi, aku tetap menggeleng.

"Kita pulang ya? Aku antar pulang"

Aku hanya menggeleng.

"Kenapa? Hmm?"

Aku suka saat mendengar dehemannya, rasanya aku ingin selalu mendengarnya sepanjang hidupku.

Kalau aku takut kehilangan momen itu, apakah aku salah? Apakah aku dilarang untuk itu?

Kenapa mencintainya begitu sulit?

"Dari mana kamu tau aku disini?"

Dia tersenyum sombong, "mungkin insting" jawabnya, dan aku tak mungkin percaya begitu saja.

Dengan nafas lelahnya dia mungkin sudah mencariku kesana kemari.

"Mas Eru.." aku memanggilnya.

"Yaa?"

Keep It SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang