Nice to meet you

273 34 2
                                    

************

"Yang pasti, itu cewek lebih beruntung daripada elo-elo pada keles"sahut Farid sembari menghabiskan minumnya yang tinggal setengah.

"Iya juga sih"

Ketika mereka masih larut dalam pembicaraan betapa beruntungnya perempuan yang akan menjadi pasangannya kelak, kepalaku tergoda untuk menoleh ke belakang kembali, bertepatan dengan sorot matanya yang menatap ke arah kami, tidak.. maksudku ke arahku?

Ia tersenyum sekilas dan nampak tak terkejut, tidak seperti reaksi ku beberapa saat lalu.

*****

Hari mulai sore, beberapa karyawan sudah mulai meninggalkan kantor dan bergabung bersama dengan kemacetan di jalan raya.

Ruanganku sudah sepi ketika aku memutuskan untuk pulang.

Aku bergegas turun ke bawah begitu ojek online yang ku pesan mengabarkan bahwa ia sudah sampai di depan.

Dan semesta memang nyatanya selalu mempermainkan aku akhir-akhir ini.

Di tengah banyaknya karyawan dari berbagai divisi dan lantai gedung yang tinggi menjulang ini, aku kembali berpapasan dengan mas Eru.

Dia terlihat baru saja keluar dari lift eksekutif, bersamaan dengan seorang pria dan wanita yang ku taksir adalah rekan kerja nya.

Tatanan rambutnya bahkan pakaiannya masih terlihat rapi dan berkelas walau sudah bekerja seharian.

Sangat berbeda sekali dengan tampilannya dulu ketika masih bekerja di apotik. Ia terbiasa memakai kaus yang berwarna hitam atau putih, dengan celana jeans pendek yang memamerkan betis nya.

Ketika tampilannya masih seperti dulu saja aku tak bisa menjangkaunya, apalagi saat ini.

Dia semakin bersinar dan tak tergapai.

Kemudian aku segera mengetuk kepala ku beberapa kali, baru sadar bahwa aku sudah berdiri dan terbengong di lobby.

Aku mengirim pesan kepada driver ojol untuk menanyakan keberadaannya bersamaan dengan ketukan sepatu yang datang menghampiriku.

Wanginya sangat ku hafal, bahkan sudah bertahun berlalu dia masih menggunakan parfum yang sama, aku tidak cukup dekat untuk tahu tapi sepertinya Indra penciuman ku memang sudah sangat sensitif terhadap orang ini sejak dulu.

Aku masih fokus pada handphone ku sambil sesekali menengok kanan kiri tanpa menghiraukan sosok nya yang mengintimidasi.

"Pulang sama saya aja Bri"

"Ha..Hah?, oh enggak Pak saya masih nunggu ojol saya"

Ia terlihat mengernyitkan dahi,

"Pak?"ucapnya heran.

"Iya, Bapak kan tetap atasan saya"

Dia tersenyum kecil,

"Mas Eru aja, kayak biasanya, saya bukan Bapak kamu" gumamnya, sambil sesaat sebelum ojol yang ku pesan sudah sampai di hadapanku.

"Ini di kantor Pak, sudah sepatutnya saya memanggil Bapak begitu karena Bapak..."ucapanku terhenti karena seseorang dengan jaket berwarna hijau menghampiriku dengan motornya.

"Maaf mbak, dengan mbak Brigitha yang memesan Go-seng?"

"Ah iya Pak, itu saya" pengendara tersebut menyodorkan helm untuk ku pakai, namun helm tersebut sudah terlebih dahulu direbut mas Eru.

Keep It SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang