Bertemu lagi

293 38 11
                                    

*********

"Jauhin pacar gue bangsat!!!"

"If i won't?" Mas Eru mematikan sambungan telpon ku.

Aku menggelang tak habis pikir,

"Aku gak kenal siapa kamu" setelah mengucapkan kalimat itu aku berjalan cepat keluar ruangan.

Dia mengikuti ku dari belakang kemudian meraih pergelangan tanganku, namun aku menepisnya.

"We need time, aku ingin sendiri dulu untuk memikirkan semua yang terjadi" mas Eru menghembuskan nafas secara kasar.

Dia menunduk sambil meletakan kedua tangan di kepala, terlihat gelisah.

"Take your time as much as you want, tapi.. jangan pernah berpikir untuk pergi lagi dari aku, aku mohon" aku bisa melihat kedua mata beningnya memancarkan harapan sementara kedua tangannya menangkup sebelah tanganku.

Aku mengangguk kaku kemudian segera berlalu dari sana.

Dengan berlari aku terus menyusuri lorong, menaiki lift lalu tiba di unitku sendiri.

Enggak.. enggak.. ini pasti mimpii.. ini pasti mimpi.

Gak mungkin semua ini terjadi, mas Eru.. yang diam-diam menyimpan foto-foto ku.

Atau kenyataan bahwa semua orang yang pernah menjadi karyawannya di apotik tahu hal itu.

Aku menarik rambut kepala ku dengan kedua tangan, lalu perlahan terjatuh dan bersandar di balik pintu.

Menangis dalam diam, bingung harus merasa bagaimana.

Apakah aku harus bahagia dengan kenyataan itu, atau aku harus bersedih dan menyesal.

Lelucon macam apa semua ini, aku menghabiskan bertahun-tahun masa muda ku untuk mencintai seseorang dalam diam sampai rasanya sangat sesak, aku harus menyaksikan pemandangan menyakitkan sendirian lalu melalui pelarian panjang di negeri orang.

Aku harus bagaimana?

Dengan detak jantung yang bergema keras setiap memikirkannya saja aku ragu dengan perkataanku sebelumnya bahwa aku sudah melupakan mas Eru selama ini.

Tere.. aku harus bicara sama Tere..

Aku merogoh handphone ku, di sela-seka kantung celana, tapi aku melupakan satu hal.

Handphone ku ada bersama mas Eru.

*******

Aku masuk ke dalam lift yang sesak.

Hari ini dimulai dengan kacau, aku tidak bisa tidur semalaman, kantung mataku sangat tebal, bola mataku pun terasa perih, kepala ku pusing.

Setelah aku masuk ke ruangan dan duduk di kubikel, Yuna langsung menghampiriku.

"Bri, lo gak papa? Lo pucat banget"

"Gak papa kok, cuma kurang tidur aja gue"

"Lo abis nangis apa gimana sih?"

Keep It SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang