Amarah Mama

175 19 3
                                    

********

Aku tiba di rumah mama setelah melewati kemacetan cukup parah. Di sofa ruang keluarga, mama tengah duduk bersama ayah Helmi, mereka terlihat menunduk mengobrolkan sesuatu.

Ayah terlihat merangkul mama dan menenangkannya. Perlahan kaki ku melangkah, menghampiri mereka berdua.

Mama langsung mendongak menatapku dengan kilatan kecewa, sementara di atas meja di hadapan mereka berdua, foto-foto ku dan mas Eru berserakan.

Foto-foto sejak awal kami bertemu kembali pun ada disana.

"Duduk" satu kata itu mampu membuatku bergetar gugup, aku benar-benar akan disidang malam ini ternyata.

"Kamu sadar Tha apa yang udah kamu lakukan ini?, kamu mau ngikutin jejak papa kamu?!!"

"Ma.. "

"Asal kamu tau, satu hal yang mama selalu minta sama Tuhan setiap mama berdoa, mama gamau kalian berdua kena karma atas perbuatan papa kalian, cukup nasib buruk yang papa kamu buat itu berhenti di mama, Mama gak mau anak mama dikhianati sedemikian besar seperti hal nya papa kamu mengkhianati mama!"

Mama berkata sambil menangis, ayah Helmi membantu menenangkan mama di sebelahnya. Hal itu membuat hatiku teriris, seakan-akan itu adalah ungkapan hati mama yang terpendam selama ini.

"Tapi.. ternyata.. karma itu menjadikan anak mama seperti papa kamu kelakuannya, bukan kamu yang disakiti tapi kamu malah menyakiti orang lain!!, mama udah tenang karena yang akan mendampingi kamu itu Gilang!, tapi apa ini??!!, otak kamu udah kamu buang kemana Tha?!!, dia ini sepupu nya si jablay yang udah merusak keluarga kamu!"ucap mama sambil menunjuk foto mas Eru di hadapannya.

Aku terhenyak, suara mama begitu nyaring menusuk sekujur tubuhku.

Tatapan mata mama yang memerah bisa menjelaskan semua nya bahwa mama begitu marah padaku.

Ta..tapi apa aku bisa memberikan penjelasan?perasaanku? Pendapatku? mas Eru tidak sama dengan perempuan itu, dia berbeda.

"Maa.. tapi dia ga salah apa-apa, dia bukan Carissa.. dia gak pernah mau ada di posisi seperti itu" aku mendekat pada mama, berusaha menjelaskan yang aku tahu dan ku rasakan.

"Kamu udah dikasih apa sama dia sampai-sampai berani berbuat seperti ini?"

Aku menggeleng-geleng sambil menangis, mas Eru tidak memberi aku apapun, kami hanya ingin bersama karena kami saling mencintai.. itu saja.

"Segera urus surat resign kamu dari kantor itu, secepatnya pindah ke rumah ini jangan tinggal di apartemen itu lagi!"

"Mama gak ridho kalau keluarga mereka mengambil kamu lagi, udah cukup penderitaan mama, mama gak akan merelakan lagi kali ini!" Selepas mengucap itu, mama berdiri dan pergi dari hadapanku.

"Maa.. mama"

"Ma.. mas Eru gak seperti yang mama pikir"

"Ma"

Akhirnya aku hanya bisa menunduk pasrah. Ayah Helmi menghela nafas, ia menghampiriku, mengusap rambutku.

"Biarkan mama kamu tenang dulu ya.. nanti ayah bantu bicara, udah Githa istirahat dulu.. jangan berpikir yang engga-engga, kita bicarakan besok setelah mama lebih tenang, oke?"

Aku mengangguk pasrah.

Ayah membantu ku berdiri, dia menyuruhku masuk kamar untuk beristirahat, aku membiarkannya pergi terlebih dulu menuju kamar.

Kini hanya aku sendiri, ditemani temaram lampu yang masuk melalui celah celah dapur.

Aku sempat mengirim pesan pada mas Eru, memberi tahu nya kejadian ini. Telponku tak henti berdering dengan namanya di layar.

Keep It SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang