Pergi Liburan

339 26 5
                                    

********

Sudah seminggu aku terus memandangi layar di depanku yang menampilkan pengumuman kelolosan beasiswa yang kuajukan bersama Tere.

Dengan perasaan tidak percaya pada awalnya, karena ternyata aku diterima di salah satu universitas di Jerman. Sedangkan dua hari setelahnya, aku juga mendapat email mengenai kelolosan ku di salah satu universitas di Indonesia.

Aku memang apply di dua negara, Jerman dan Indonesia. Aku dan Tere mencoba di beberapa universitas di Jerman. Mengikuti serangkaian tes dan wawancara, serta melengkapi berkas-berkas yang membutuhkan waktu lama. Di tengah kesibukan itu, aku juga mendaftar salah satu universitas di Semarang, seperti awal rencana ku dan Tere. Setidaknya tahun ini kalau kami berdua tidak diterima di Jerman, kami akan tetap bisa kuliah di Indonesia.

Dan syukurnya, ternyata kami diterima di Jerman maupun di universitas yang ada di Indonesia. Rasa senang tak bisa ku pungkiri. Mama bahkan berniat membuatkan syukuran dan mengundang tetangga-tetangga.

Kalau saja hasil pengumuman ini aku ketahui sebulan lalu, mungkin aku takan ragu mengambil keputusan dan akan langsung mengikuti Tere untuk mengambil  Universitas yang ada di Jerman.

Namun, sekarang aku malah ragu. Kedua keputusan ini seakan terus membayangiku, seminggu ini interaksi ku dan mas Eru meningkat pesat.

Kami sering bertukar kabar, mereply postingan di WhatsApp masing-masing tanpa ada rasa canggung. Dua hari lalu aku bahkan turut menemaninya membeli kado untuk saudaranya yang masih kecil.

Kedekatan itu dimulai setelah aku mendapat kiriman makanan darinya dan secara alami terus bergulir sampai aku merasa terlena dan terjebak ketika harus memutuskan mana yang akan kupilih untuk pendidikan ku.

Niat awal ku yang ingin melarikan diri dan hidup mandiri di kejauhan seakan sirna setelah aku merasa mendapatkan rumah baru untuk pulang.

Saat ini aku tak sanggup jika harus jauh dari mas Eru ketika keadaan hatiku bahkan sedang meletup-meletupnya.

Aku terlalu menikmati perubahan ini walaupun aku tahu bahwa tak ada ikatan pasti untuk hubungan yang baru satu minggu melesat maju.

Aku sudah meminta pendapat Tere, dan dia menyuruhku untuk mengikuti kata hatiku. Tapi sebelum itu, dia menasihati ku untuk terlebih dahulu mendapat kepastian tentang perasaan mas Eru padaku.

Masih ada sisa waktu untuk mengambil keputusan, dan kesempatan itu aku rencanakan pada hari dimana grup 'Anak Angkat Mang Ojak' memutuskan liburan bersama seperti rencana awal mereka untuk merayakan tahun baru.

Disini lah aku, bersama Tere dan juga Gilang menunggu mereka bertiga yang entah kenapa bisa lambat sekali,  padahal keberangkatan kami tinggal sebentar lagi.

Kami hanya perlu membayar akomodasi dan jajan masing-masing, karena penginapan  dan makan sudah ditanggung mas Eru. Dia bilang dia punya saudara yang memiliki villa di Bali.

Sungguh aku tak bisa membayangkan bagaimana keadaan keluarganya, semakin hari aku semakin tahu bahwa ia ini ternyata kaya sekali.

"Mereka ngeprank kita apa ya?"tanya Tere pada kami berdua yang sedang fokus memainkan ponsel masing-masing.

"Iya kali" jawab Gilang singkat masih fokus ada ponselnya.

"Macet katanya"jawabku singkat.

"Kata siapa?"tanya Gilang sambil beralih menatapku terlihat dari ekor mataku.

"Eru" jawabku membuat Gilang mendengus. Dia ini memang sejak kejadian dimana aku ditolong Mas Eru dan memakai pakaiannya, selalu saja memperlihatkan ketidaksukaan kepada pria yang saat ini sedang berbalas pesan denganku itu.

Keep It SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang