Bertengkar

308 28 6
                                    

Ada yang gak sabar nunggu update cerita ini gak sih gais??? atau B ajah

******

Aku memilih menginap di rumah mama karena hari Sudah malam, Gilang beserta orangtuanya sudah pulang beberapa jam yang lalu.

Kini aku duduk bersandar di kepala ranjang, berusaha mencerna apa saja yang terjadi hari ini.

Dimulai dengan fakta-fakta yang baru kuketahui melalui Deana, pengakuan mas Eru, serta keputusan Gilang, semuanya beradu di kepalaku.

Aku bingung dan sedih, kenapa semuanya menjadi seperti ini. Aku mengeratkan kedua lututku, menumpu wajahku di atasnya.

Tiba-tiba aku jadi merindukan hari-hari yang lalu, Ketika semuanya masih normal dan baik-baik saja.

Ketika aku masih menjadi siswi SMA dan masalahku hanya seputar nilai pelajaran di sekolah, lalu aku akan mengadu pada papa dan mama di ruang keluarga sambil menonton tv, mereka akan memberikan nasihat yang menenangkanku, memberikan pelukan selamat tidur lalu masalahku akan ikut hilang terbawa mimpi.

Aku merindukan saat-saat itu, sungguh. Dibanding kenyamanan yang kudapatkan hari ini, aku lebih memilih hidup sederhana dengan keluarga yang utuh dan hangat seperti dulu.

Aku bisa dengan bebas mengadu, menghampiri mama dan papa, mendapat kasih sayang yang utuh hingga tak ada lagi bingung, aku akan merasa kembali pulang.

Kebersamaan yang pernah terjalin dahulu tak akan bisa ku tukar dengan apapun di dunia ini,

Kini, aku tak bisa mendapatkan itu kembali. Ayah Helmy sangat baik dan perhatian, namun tetap saja aku merasa segan, apalagi setelah menikah dengan mama aku tinggal terpisah dengan mereka. Ayah Helmy yang baik luar biasa itu juga tak bisa menggantikan seberapa berartinya kenangan dan momen manis bersama papa walaupun ia sudah sangat brengsek kepada ku, teh Ghina dan mama.

Karena dia aku ada, karena kasih sayangnya masa kanak-kanak ku dilalui dengan bahagia, karena perjuangannya aku bisa mengenyam bangku sekolah, walaupun semua telah pupus dan hancur seketika, tapi seringkali ada sisi-sisi baik yang selalu ku ingat tentang papa karena bagaimanapun kelakuannya itu dia tetap ayah kandungku.

Namun, untuk bertemu dengannya pun aku tak sanggup, aku berusaha membenci tubuh ringkih yang penuh akan penyesalan itu mati-matian, tapii.. kenapa ketika ada masalah seperti ini sosok itu harus aku rindukan kehadirannya, dia membuang kami dulu, kenapa harus kuingat dia Kembali.

Akhirnya pertahananku runtuh, aku meneteskan air mata, aku tersadar bahwa aku telah benar-benar rindu dengan segala yang ku punya di masa lalu.

Setelah peristiwa kelabu itu, yang kuinginkan hanya dapat menjalani hidup dengan baik bersama mama dan teh Ghina, aku hanya ingin melihat mama bahagia, hanya itu aku tidak meminta lebih.

Namun, ketika kini ada sesuatu yang sangat aku inginkan.. kenapa rasanya begitu sulit untuk ku gapai.

Apa yang salah dengan hidupku, apakah aku telah melewati langkah yang salah di masa lalu.. sehingga aku harus begitu kebingungan hari ini.

Aku bahkan tidak bisa bercerita pada mama setelah aku melihat wajah bahagia nya malam ini, aku juga tidak merasa sedekat itu dengan ayah Helmy hingga harus mengadu mengenai keresahanku, pada teh Ghina pun aku segan karena ia telah memiliki keluarga dan permasalahannya sendiri, apalagi pada papa...

Aku terbiasa memendam semuanya sendiri sehingga aku tak bisa bercerita pada siapapun manusia di muka bumi selain Tuhanku sendiri.

Detik jarum jam berganti, hari semakin malam, sedangkan keresahanku tiada akhir. Aku membayangkan Tere dengan segala kekonyolannya, dengan segala tingkah lakunya yang membuatku menerbitkan senyum.

Keep It SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang